Salah Andre atau salah PSK nya?
Sebagai putra Minang, dan pernah ngerasain kehidupan jalanan kota Padang waktu ngamen pas kuliah, pengen ikut ngebahas Andre Rosiade dengan penggerebekan PSK yang ia lakukan.
Suka dengan twit om awemany yang membahasnya tanpa memgambil keuntungan untuk menghakimi salah satu pihak.
"Kontroversi anggota DPR yg menjebak PSK di Padang ini menarik. Banyak orang-orang PKS atau konservatif yg turut bersuara untuk menyerang. Mudah2an bukan sekedar untuk menjatuhkan bekas sekutu yg menyebrang. Tapi memang didasari oleh concern terhadap ketidakpantasan."
Banyak postingan tentang Andre, tapi tidak menyasar pada konteks yang utamanya. Mempersalahkan dengan mengambil alasan si PSK, dengan kata-kata:
"Kenapa saya harus dipake dulu kalau mau menggerebek?"
Saya gak ngerti aja dengan membawa alasan itu dalam kehebohannya. Apakah dengan tidak memakai, si PSK akan lebih terhormat derajatnya? Apakah dengan tidak dipake dulu, bisa dianggap dia bukan PSK? Apakah dengan tidak dipake, bisa dikatakan bahwa prostitusi online itu gak ada?
Dari kemaren saya sempetin nanya dibeberapa postingan yang membahas si Andre dengan capturan pemberitaan di media. Pertanyaan saya hanya sebaris aja,
"Jadi siapa yang salah, si andre atau PSK nya?"
Gak ada yang bisa menjelaskan karena banyak postingan hanya berdasarkan kecenderungan membaca pada judul yang jadi kehebohan. Dengar kata "jebak", maka konotasinya udah negatif.
Padahal, pola penjebakan ini sangat banyak dilakukan dalam penyelidikan sebuah kasus pidana. Untuk menjebak pengedar narkoba, maka harus mengikuti kegiatannya. Banyak aparat yang melakukan hal itu, bahkan mungkin ada penyamaran yang mereka lakukan menjadi orang dalamnya, untuk mengetahui bagaimana peredarannya terjadi.
Belum lagi pola penyiksaan yang juga ada dilakukan untuk memperoleh keterangan yang diinginkan.
Kita protes pada penjebakan Andre, namun kita diam dengan pola penjebakan aparat dalam melakukan penyidikan. Ini yang dikatakan om awe, jangan sampai pembahasannya untuk menjatuhkan sosok Andre karena berasal dari sekutu yang pergi meninggalkan relawannya.
Bicara prostitusi di kota Padang, sebagai pihak yang pernah tinggal di Padang dan paham kehidupan kelam kota Padang, saya gak malu untuk mengakui bahwa prostitusi itu ada.
Sebelum pemimpinnya dari PKS pun, sudah ada prostitusi ini.
Dulu, setiap malam taman melati adalah tempatnya transaksi prostitusi terjadi. Para PSK menyewa taxi dan menunggu orderan di pinggir jalan yang gelap, depan gedung taman budaya lama.
Ketika ada yang menghampiri taxi, maka saat itulah transaksi terjadi. Setelahnya bagaimana? Mereka lakukan syahwat di hotel2 kelas melati.
Sekarang jaman dah canggih. Gak perlu mangkal, cukup memainkan aplikasi maka kita dah tau keberadaan mereka lengkap dengan fotonya. Bagi PSK, penggunaan aplikasi percakapan dengan memilih klik tombol "sekitaran kita", mereka sudah bisa menjual dirinya.
Ada kode tertentu antara mereka, dan hanya mereka yang tau.
Pengungkapan yang dilakukan bang Andre Rosiade ini memang menampar banyak pihak. Andre berkata mendapatkan laporan dari masyarakat, ada satu pertanyaan atas hal ini.
"Apakah Pemko Padang khususnya dan Pemprov Sumbar umumnya gak mendapatkan laporan yang sama?"
Kalau gak salah, Andre sudah wacanakan secara publik bahwa ia akan mengungkap praktek prostitusi di kota Padang. Jauh hari sebelum waktu penggerebekan, Andre upload video dirinya bersama Mardani Ali Sera yang kader PKS, mengungkapkan hal itu.
Seharusnya, wacana yang dilontarkan Andre bisa dibuatkan laporan khusus bagi pemko Padang.
Terkhusus untuk bang Andre, Kenapa gak melibatkan mereka? misalnya satpol PP yang diajak ikut menggerebek. Atau, yang menjalani penggerebekan seharusnya jangan Andre, cukup aparat pemko yang sudah mempunyai tugas dalam hal ini.
Apa yang dilakukan Andre salah atau benar?
Mungkin itu garis merah yang kita bahas. Jangan bawa PSK nya, karena bagaimanapun ia berkata, tetap saja ia salah. Walaupun Komnas Perempuan kemarin juga ikut berbicara karena cara Andre dianggap mengeksploitasi wanita secara berlebihan.
Sedikit heran dengan Komnas Perempuan apabila mereka membawa kata itu "eksploitasi". Kegiatan pelacuran yang terjadi, sejatinya sudah merendahkan harga diri wanita itu sendiri, karena ada eksploitasi disana. Dimana suara mereka?
Yang ingin diperjelas, sebagai anggota DPR, apakah menjadi tugasnya juga ketika ikut dalam penggerebekan atau menjadi sutradara dalam penggerebekan itu?
Anggota DPR mempunyai tugas dan kewajiban tertentu. Saya belum tau juga, penggerebekan yang dilakukan Andre apakah termasuk tupoksinya juga?
Jika tidak ada dalam tugas anggota DPR dan ada pihak yang dirugikan atas pemberitaannya, saya pikir bisa melaporkan tindakan Andre ke Badan Kehormatan DPR. Tapi pastinya bukan si pelacur yang melaporkan.
Pemko Padang, apabila merasa tercoreng dan dilangkahi, bisa melaporkan Andre ke DPR. Demikian juga dengan Hotel Bumi Minang, apabila penggerebekan ini dirasa menurunkan citra mereka, bisa melaporkan Andre pada BK DPR.
Point utamanya, apapun kesalahan si Andre, tetap memperlihatkan bahwa prostitusi itu ada. Sebenarnya masalah ini sudah lama terjadi, ada konsentrasi khusus yang perlu dapat perhatian kita diluar prostitusi online ini.
Pemberitaan masalah LGBT yang membawa provinsi Sumbar menjadi peringkat teratas, cukup perlu diwaspadai. Bukan hanya di kota Padang saja, LGBT sudah menyasar ke daerah kabupaten. Bahkan sampai perkampungan pun sudah nampak makhluk2 yang seharusnya bisa kita bina bersama.
"Apakah menunggu penggerebekan dulu untuk melihat keseriusan pemerintah daerah dalam menindak tegas dengan perdanya?"
Prostitusi online dan maraknya LGBT yang jadi pemberitaan adalah aib Sumbar. Sebagai daerah yang memegang falsafah,
"Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah".
Seharusnya 2 penyakit masayarakat itu zero percent, untuk menandakan masyarakatnya sadar dan mendukung bahayanya kemaksiatan atas kehadiran mereka.
Kata om awe, jangan sampai pembahasannya bertujuan untuk menjatuhkan pihak yang melakukan penggerebekan, karena masalah politik semata.
Kata saya, jangan sampai cara Andre lebih diributkan daripada ancaman prostitusi itu sendiri.
By Setiawan Budi
(Rang Agam)