[PORTAL-ISLAM.ID] Istilah generasi millennial memang sudah sangat akrab di telinga kita. Istilah ini berasal dari millennials yang dipopulerkan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika: Willianm Strauss dan Neil Howe dalam bukunya, “Generations: The History of America’s Future, 1584 to 2069”, yang diterbitkan pada tahun 1991 dan buku, “Millennials Rising: The Next Great Genertion”, yang diterbitkan 9 tahun kemudian.
Secara harfiah, memang tidak ada demografi khusus mengenai penentuan kelompok generasi ini. Hanya saja, beberapa pakar berpendapat bahwa generasi millennial atau disebut juga dengan generasi Y ini lazimnya lahir pada rentang tahun 1981-1994. Jadi, anggota generasi ini, saat ini, berada pada kisaran usia 25-38. Sebagian pakar mengklasifikasikan generasi ini menjadi dua kelompok: Generasi Millennial 1/Generasi Y1 (berusia 25-29 tahun) dan Generasi Millennial 2/Generasi Y2 (usia 29-38).
Dengan demikian, siapapun orangnya dan apapun profesinya, selama ia hidup pada rentang tahun tersebut, maka ia akan disebut sebagai generasi millennial. Sehingga tidak heran, jika kemudian muncul istilah; siswa millennial, santri millennial, mahasiswa millennial, guru millennial, dosen millennial, ustadz millennial, kiai millennial, pejabat millennial dan istilah-istilah millennial yang lain.
Tentu tak ada yang salah dengan penyematan istilah ini. Karena, ini—biasanya—sifatnya temporer. Setelah rentang tahun tersebut, biasanya akan muncul lagi istilah-istilah baru. Kalaupun mau dipaksakan untuk dipermasalahkan, mungkin karena istilah ini lahir dari rahim orang Amerika Serikat, yang notebene tak beragama Islam—dan bahkan bergama Yahudi yang sangat dibenci oleh sebagian umat Islam. Tapi, hemat penulis tetap: tak ada yang salah dengan penyematan istilah ini.
Hanya saja, ada satu hal yang menarik bagi penulis untuk disoroti. Yaitu tipe ustadz millennial di era digital ini, dalam upaya, “Khairu an-nas anffa’uhum li an-nas”, atau bahasa sederhananya, berbagi manfaat kepada orang banyak.
Hemat penulis, setelah melihat beberapa konten yang beredar dan viral di medsos, mulai dari Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, WhatsApp dan media-media yang lain, sedikitnya ada tiga tipe ustadz millennial dalam rangka berbagi ilmu yang dimilikinya kepada orang lain di era digital ini.
Tipe pertama adalah ustadz mengisi kajian dan atau pengajian, baik itu berbentuk seminar atau ceramah di atas panggung, di masjid, di musalla, dan majlis-majlis ta’lim lainya. Kemudian, ada orang lain (jama’ahnya) yang tanpa sepengetahuan atau permintaan ustadznya, ia merekamnya, kemudian meng-upload dan meng-share-nya.
Tipe kedua adalah ustadz mengisi kajian dan atau pengajian, baik itu berbentuk seminar atau ceramah di atas panggung, di masjid, di musalla, dan majlis-majlis ta’lim lainya. Kemudian, ada crew khusus atau jama’ahnya yang memang sudah sepengetahuan dan permintaan ustadznya untuk merekamnya, kemudian meng-upload dan meng-share-nya.
Tipe ketiga adalah ustadz yang membuat kajian dan atau pengajian sendiri di rumah atau di tempat-tempat khusus, kemudian merekamnya sendiri, lalu meng-upload dan meng-share-nya sendiri.
Di mata sebagian orang yang jiwa su’udzan-nya sangat tinggi, mungkin hanya tipe pertama inilah yang termasuk tipe ustadz millennial yang paling mulia. Sementara, untuk tipe kedua dan ketiga, mungkin akan dianggap sebagai ustadz yang hanya ingin mencari popularitas saja atau berharap agar mendapatkan keuntungan dari video yang di-upload dan di-share tersebut. Ustadz Youtuber, mungkin istilahnya.
Tapi, bagi sebagian orang yang jiwa husnudzan-nya sangat tinggi, akan tetap beranggapan bahwa semua tipe di atas merupakan tipe ustadz millennial yang terpuji di era digital ini. Sebab, walau bagaimanapun, apa yang sudah mereka lakukan merupakan bagian dari usaha dan upaya untuk menyebarkan ilmu yang mereka miliki, yang mana, hal itu memang sangat dianjurkan dalam agama.
Terlepas, nantinya mereka menjadi sosok terkenal hingga menjadi panutan dan atau mendapatkan keuntungan dari apa yang mereka upload dan sebarkan, tentu itu merupakan bonus dari kebaikan yang sudah mereka lakukan. Pertanyaannya kemudian, Anda masuk bagian yang mana?
Wallahu a’lam bis shawab.
Oleh: Muhsin Muis
(Dosen dan Penulis Buku Motivasi Islami)
Sumber: https://www.orangramai.id/sosial/ketika-ustadz-millennial-berbagi-manfaat