JANGAN BERGANTUNG PADA CHINA!!
Malam tadi iseng unduh aplikasi Alibaba. Situs jual beli antar negara, dan disitu product China emang luar biasa banyak dan murah-murah.
Mewabahnya virus Corona, membuat pukulan telak pada perekonomian China. Ada pemberlakuan pembatasan impor dan ekspor yang mereka lakukan. Bukan hanya di China sendiri, dinegara lain pun begitu. Banyak negara mengatakan akan stop impor dr china sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Hal ini menjadi dampak perekonomian China akan mengalami keterpurukannya. Pembatasan impor dari negara lain untuk China akan membuat sektor produksi mereka terganggu.
Indonesia sudah membuat aturannya akan menghentikan impor produk makanan dan minuman dari China. Hanya 2 sektor itu saja, yang lain belum ada keputusan apapun. Selain larangan masuk bagi WNA China ke negara Indonesia.
Atas opsi yang dipilih Indonesia, pemerintah China melalui duta besarnya memberikan pernyataan yang sedikit "mengancam". Bahwa kebijakan itu akan merugikan negara Indonesia sendiri. Mengingat sebagai mitra kerja yang banyak melakukan kerjasama dalam segala bidang, China adalah negara paling dekat.
Kerugian Indonesia dipastikan dalam sektor wisata. 2 juta wisatawan China per tahun akan hilang. Selaian itu, ada komoditi ekspor yang bergantung pada China. Sektor ini pun akan mengalami kegoyangan luar biasa.
Keuntungannya, negara kita bisa lepas dari ketergantungan pada China. Negara ini harus bisa memutar arah haluan pada negara lain dalam memutar roda ekonominya. Bergantung pada China, akan membuat Indonesia lebih dalam jatuhnya. Walaupun sudah di "embargo" negara dunia karena Corona, China akan sukar untuk terpuruk. Ini karena pondasi usaha rakyat yang sudah sangat kokoh dijalankan.
Wabah corona memang berdampak besar, namun untuk menjatuhkan China gak bisa serta merta kita asumsikan.
China pasti akan bangkit lebih cepat dari yang kita duga. Namun saat mereka sedang pemulihan, apakah negara kita akan menunggu mereka untuk berdiri kembali? Jika itu yang dilakukan, negara ini akan menjadi tumbalnya China.
Pemerintah harus pandai melobi negara-negara lain untuk kerjasama menerima ekspor dari sektor yang terganggu karena China. Selain itu, promosi wisata pun harus digiatkan ke daerah lainnya, selain harapkan kunjungan China. Walaupun wisatawan China termasuk yang menyumbang devisa, namun bukan rahasia lagi kalau wisatawan China sangat pelit berbelanja ke usaha warga pribumi dalam kunjungannya.
Jangan bergantung pada China, justru ada berkah dalam wabah Corona ini.
Kita harus memperlihatkan bahwa kita mampu untuk menjalin kerjasama dengan negara luar dan menciptakan ruang yang menguntungkan.
Selain itu, larangan WNA China masuk akan membuka lapangan kerja di proyek-proyek yang perusahaan China jalankan. Kebijakan larangan WNA China masuk akan berimbas pada pengadaan TKA mereka untuk mengisi pos-pos yang ada.
Walau tipis kemungkinan, kita harus mendorong pemerintah untuk berani mengubah perjanjian Turn Key Project akibat force majeur (kejadian luar biasa) wabah corona ini. Bukan rahasia lagi bahwa setiap bulannya selalu terjadi arus kedatangan TKA China diberbagai pintu masuk negara kita. Mereka datang untuk menggantikan pekerja lama dalam kurun waktu tertentu.
Akibat larangan ini, pastinya akan berimbas pada pergantian pekerja mereka. Dan itu bisa dimanfaatkan oleh tenaga kerja pribumi untuk mengisi.
Jangan sampai ada kongkalikong dengan bermain dibelakang. Ada larangan, namun arus masuk TKA asal China tetap dibuka. Masyarakat harus menjadi penjaga kebijakan pemerintah. Mereka yang menjadi mata dan telinga kedatangan TKA asal China yang disamarkan.
Ini semua dapat terjadi apabila negara bersungguh-sungguh menjalankan apa yang mereka katakan. Jangan sampai kebijakan hanya lips service untuk memperlihatkan pada rakyat, namun prakteknya setengah hati. Yang akhirnya, pelarangan akan dicabut dengan berbagai alasan keharusan pada perekonomian Indonesia.
Mengikuti apa kata Dubes China ini, bahwa larangan yang diambil akan merugikan negara kita sendiri.
Sebagai rakyat, kita percaya negara ini tangguh. Namun semuanya ada ditangan pejabat negara, merekalah yang menyelenggarakan semuanya.
Jika memang berani, kita siap mendukung. Namun jika setengah hati, kita siap untuk meramaikan kembali walau banyak ancamannya.
Cuma meyakinkan diri sendiri, bahwa kita bisa!
(By Setiawan Budi)