[PORTAL-ISLAM.ID] Di dalam keuangan bisnis, kita mengenal dua macam pengeluaran; biaya dan beban.
Biaya adalah adalah pengeluaran yang berdampak langsung pada proses bisnis dan pendapatan. Seperti pembelian bahan baku, dll.
Sedangkan beban adalah pengeluaran yang tidak berdampak langsung pada pendapatan seperti penyusutan nilai aset.
Kita tidak pernah menyebut profit yang dinikmati si empunya bisnis sebagai biaya apa lagi beban.
Sangat absurd jika kita memasukkan profit sebagai beban perusahaan. Karena justru profit itulah paradigma bisnis bagi si owner.
Bagaimana dengan negara? Apa yang disebut sebagai beban negara? Subsidi bbm? Guru honorer? Pensiunan?
Semua berawal dari paradigma negara yang dibangun. Jika paradigmanya bahwa negara ini milik rakyat, maka segala keuntungan yang dinikmati rakyat tidak akan disebut beban negara.
Namun jika subsidi untuk rakyat disebut beban, guru honorer disebut beban, pensiunan disebut beban, maka itu adalah indikator paradigma negara yang bersangkutan.
Jika keuntungan yang dinikmati rakyat disebut sebagai beban, maka paradigma negara itu memang bukan menjadikan rakyat sebagai pemilik negara, tetapi sekedar elemen tak penting yang membebani negara.
Itulah yang terjadi dalam negara kapitalis. Rakyat adalah beban, sedangkan keuntungan bagi penguasa dan pengusaha adalah paradigmanya.
Hal itu berkebalikan dengan paradigma negara Islam. Di dalam Islam, fungsi negara memang menjadi pelayan kebutuhan ummat.
Penulis: Doni Riw