ANALISIS DI BALIK VIRUS CORONA DARI PERSPEKTIF THEOLOGIS, THEORI KONSPIRASI, DAN GEOPOLITIK NASIONAL
Oleh: Anton Permana
(Direktur Forum Musyawarah Majelis Bangsa Indonesia)
Hari Selasa (04/02/2020) WHO mengabarkan virus corona positif tersebar di 27 negara. Diantaranya, Amerika, Australia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Singapore, Nepal, Angola, dan beberapa negara besar di Eropah. Tercatat 425 orang dinyatakan meninggal dunia, dan 17.825 orang terinfeksi virus corona.
52 negara juga mengumumkan berbagai warning kepada setiap warga negaranya yang berkunjung ke China. Secara ekonomi, pasar bursa di China juga mengalami kepanikan yg luar biasa. CNBC Indonesia menberitakan, 5700 trilyun dana bursa diamankan para pemain bursa. Sehingga bank central China harus menyuntikkan dana sangat fantastis yaitu sebesar 178 milyar dolar agar pasar bursa tetap hidup plus berbagai macam instrumen insentif per-bank-kan yang dilakukan otoritas China untuk menjaga stabilitas ekonomi negaranya.
Ditataran masyarakat kepanikan lebih menjadi-jadi. Hampir sudah seluruh daratan China dinyatakan ‘berbahaya’ dan berpotensi terjadi penularan virus. Jutaan masyarkatnya dikarantina, diberlakukan jam malam super ketat, tidak boleh bepergian keluar rumah. Sontak kota-kota China saat ini berubah menjadi kota hantu. Rusuh sering terjadi akibat rebutan makanan. ATM ludes karena penduduk China mengambil uangnya di rekening.
Tidak hanya sampai disitu. Perlakuan dunia internasionalpun juga beragam. China saat ini bagaikan terisolasi dari peta dunia. Tindakan rasisme terhadap etnis China terjadi dimana-mana. Eropah yang dianggap moderat dalam hal rasisme, namun dengan teror virus corona ini berubah menjadi over protective dan cenderung rasial.
Tentu banyak yang bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi dengan China? Kenapa kondisi China hari ini begitu berbanding terbalik dengan China yang super megah dengan berbagai macam kemajuan dan lompatan teknologi yang mereka capai?
Hampir dua dasawarsa ini, ramai kita dengar berbagai rasa takjub, puji-pujian terhadap kemajuan yang di raih China. Baik itu melalui berita media, maupun statemen pemerintah serta para akademisi yang begitu takjub dan menyanjung China setengah mati.
Kita tidak juga memungkiri lompatan dan kemajuan yang diraih China. Dengan geostrategi politik BRI (Belt, and Road Initiative) China menjelma menjadi raksasa baru ekonomi dunia. Secara ekonomi dan lompatan penguasaan teknologi China bahkan dianggap setara atau sudah melampaui Amerika. Produk-produk China membanjiri santero dunia. Chinapun adalah negara yang mempunyai cadangan devisa negara dalam bentuk dolar terbesar didunia.
Namun saat ini kita melihat, kemegahan China semerta-merta layu tertutup awam gelap mencekam yang begitu mengerikan. Dimana-mana warganya yg biasanya begitu superior tapi sekarang dikucilkan dan dianggap ‘menakutkan’. China yang gagah perkasa bagaikan Naga raksasa, saat ini seakan mengkerut sakit dan merintih menahan amarah. Dan hal inilah yang menarik hati penulis untuk menganalisis fenomena dan hipotesa apa yang menjadikan China bisa seperti ini ?
SECARA THEOLOGIS
Sebagai manusia yang beragama hidup di Indonesia kita tentu tidak bisa melepaskan diri dari faktor spritualitas keagamaan dalam memahami sebuah fenomena kehidupan. Karena agama adalah jalan hidup, dimana basis pemikirannya tetap tidak bisa memisahkan intervensi dan kehadiran Tuhan pencipta alam jagad raya ini dalam kehidupan manusia. Konsepsi theologis keagamaan ini, akan memberikan makna mendalam kepada kita semua bahwa, sehebat apapun China ternyata ada Dzat yang lebih berkuasa dan berkehendak. Alasannya adalah ;
1. Baru dua hari presiden China dalam pidato kenegaraannya dengan penuh rasa percaya diri mengatakan, “Tidak ada satu kekuatanpun dimuka bumi ini yang bisa menghambat kemajuan China”. Kata Xin Jinping dalam pidatonya.
Secara theologis Islam, pernyataan Xin Jinping inilah yang disebut dengan takabur dan sombong. Padahal sombong dan takabur itu hanyalah milik Allah SWT. Mari kita lihat sejarah ketika insiden kapal raksasa Titanic. Bagaimana dengan sombong dan takabur menyatakan bahwa kapal Titanic adalah kapal pesiar paling aman, terjamin, dan tercanggih menaklukan samudera. Tapi akhirnya, kapal yang dikatakan super canggih itu tenggelam karena hanya lambung kapalnya robek terbentur es kutub atlantik. Padahal gunung es tersebut hanya terbuat dari kumpulan air yg membeku.
Begitu juga dengan kisah Firaun dalam Alquran. Begitu Firaun mengklaim dirinya sebagai Tuhan dan membunuhi setiap bayi laki-laki yang lahir, lalu muncullah Musa dengan segala mukjizat dari Allah melumpuhkan para tukang sihir Firaun, dan kemudian Allah menenggelamkan Firaun dengan hina di laut merah berserta bala tentaranya. Padahal ketika masa itu, Firaun adalah Raja yang sukses mrmbangun negerinya dengan megah, bala tentara yang kuat, serta dikenal cerdas dan tak pernah sakit. Tetapi karena kesombongannya itu yang melewati batas maka Allah menurunkan azabnya melalui tangan Nabi Musa yang Firaun rawat sendiri dari bayi.
Dengan ucapan sombong dan takabur dari pemimpin China ini, ternyata berbanding terbalik dengan kejadian hari ini. Ternyata tak perlu kirim tentara, pesawat tempur, atau nuklir untuk menyerang China. Cukup dengan hanya bakteri kecil yang tidak tampak, sebuah makhluk Tuhan yang mungil ternyata berhasil membuat China kalang kabut dan panik luar biasa.
Hanya karena bakteri kecil bernama virus Corona, ternyata China tak berdaya menghadapinya dan diambang kehancuran. Secara konsep theologis keagamaan, hal seperti ini adalah bentuk dari murka Allah terhadap manusia-manusia yang melampaui batas.
2. Kita tentu melihat bagaimana kebiadaban negara komunis China menperlakukan muslim Uyghur. 2 juta muslim Uyghur di karantina. Dilarang beribadah, menggunakan atribut Islam seperti hijab, cadar, dan jilbab. Puasa dilarang, mesjid ditutup, masyarakatnya diisolasi dan dipaksa makan babi, anjing, ular, atau apa yang haram di dalam Islam.
Tapi lihatlah sendiri saat ini di santero China. Justru sekarang mereka juga mengkarantina jutaan masyarakatnya secara paksa. Menganjurkan masyarakatnya pakai masker, baju anti bakteri mirip hijab, dan melarang makan hewan liar, serta mewajibkan masyarakatnya untuk selalu membasuh tangan, muka, kaki, hidung dengan air mirip prosesi berwudhu ummat Islam menjelang sholat. Padahal sebelumnua, turis China adalah turis yang paling jorok di dunia. Mereka membuang kotoran di tempat umum dan terbuka. Tanpa rasa malu dan tidak menjaga kebersihan dan kesehatan. Video-video tentang ini bertebaran di dunia maya.
Semua ini diumumkan keseluruh daerah China tanpa terkecuali. Dulu mereka sweeping paksa masyarakat Uyghur, sekarang mereka juga sweeping tanpa ampun masyarakatnya dengan bengis.
Kejadian ini seakan menampar keras, dan pukulan balik bagi pemerintahan komunis China. Dan wajar kalau dalam kaca mata theologis hal ini bisa dianggap sebagai balasan dan azab dari Allah atas kebiadaban China kepada muslim Uyghur.
SECARA THEORY KONSPIRASI
Beredar tulisan dari seorang analis berkewarganegaraan Israel, yang mengatakan bahwa virus corona berasal dari kebocoran laboratorium markas senjata biologi China.
Selain itu juga beredar kabar bahwasanya, virus corona yang boleh dikatakan masih satu keluarga dengan virus SARS pada tahun 2003 yang lalu itu berasal dari hewan liar (ular, kelelawar) yang dimakan manusia di China.
Entah informasi ini mana yang benar dan salah. Muncul lagi hipotesa bahwasanya, virus corona ini adalah senjata virus dari Amerika dan sekutunya yang sengaja disebarkan melalui operasi inteligent khusus, untuk menimbulkan kepanikan dan merusak stabillitas nasional China. Dasar argumentasinya adalah;
1. Saat ini Amerikalah negara yang sedang bersiteru dengan China dalam mempertahankan hegemoninya di dunia. Kehadiran China sebagai raksasa baru ekonomi dunia sangat mengganggu kepentingan dan eksistensi Amerika. Dan hal ini sudah kita saksikan bersama bagaimana Amerika dibawah kepemimpinan Donald Trump melancarkan ‘trade war’ alias perang dagang kepada China untuk memukul perekonomian China dan menahan laju pertumbuhan ekonomi China yang berkembang pesat.
2. Tidak saja Amerika, para negara adikuasa lain juga mulai terganggu dengan agresifitas China. Untuk memerangi China secara invansi militer tidak mungkin. Dan cara yang paling ampuh adalah bagaimana menghancurkan China dari dalam dengan menciptakan instabilitas perlawanan, kepanikan, dan pergolakan ekonomi yang dahsyat.
Dikarenakan China adalah negara komunis yang begitu kuat memegang kontrol sosial politik masyarakatnya, maka serangan virus ini adalah senjata ampuh untuk melumpuhkan China dari dalam. Karena, walaupun China maju dalam ekonomi dan teknologi militer, tetapi untuk urusan senjata bioteknologi virus tentu masih negara barat jagoannya.
Menggunakan serangan virus tentu juga akan lebih mudah dan praktis dari pada menggunakan kekuatan militer sehebat apapun militer Amerika.
Konspirasi ini sepertinya terbaca oleh pemerintah China. Karena hal ini bisa kita lihat dari motivasi dan bentuk kampanye propaganda pemerintahnya melalui spanduk yang menyatakan “ We love China “. Kami tidak takut. Kami akan menang. Atau banyak lagi slogan atau jargon yang mengisyaratkan bahwa China akan melawan serangan virus ini dan yakin akan mengalahkannya.
3. Akhir-akhir ini sentimen anti China semakin merebak dibanyak belahan dunia. Strategi ‘debt trab’ atau jebakan hutang ala China saat ini mulai dirasakan oleh beberapa negara yang terlanjur menerima investasi China sebagai bentuk ekspansi dan penjajahan gaya baru China untuk menguasai dunia. Beberapa negara Afrika seperti Angola, Zimbabwe, dan juga Malaysia mulai terbuka berani melawan China.
Apalagi kalau kita berbicara Jepang, Korsel, Australia dan Eropah. Karena komoditas barang export dunia bagaikan momok bagi produk export dalam negeri mereka. Jadi wajar, para negara ini akan mendapatkan keuntungan imbal dagang apabila produksi China terhenti.
SECARA GEOPOLITIK NASIONAL
Lalu bagaimana dengan sikap Indonesia terhadap China? Disinilah kita akan melihat wujud asli pemerintahan Indonesia hari ini.
Kalau kita melihat pola penindakan negara dalam menyambut WNI dari Wuhan yang saat ini dikarantina di pulau Natuna. Akan kelihatan pemerintah hari ini “gagap” dan galau menyikapi hal ini. Jadi sangat wajar, ketidakjelasan sikap pemerintah pusat menimbulkan kemarahan masyarakat Batam dan Natuna ketika mau dijadikan tempat karantina. Saling lempar dan ketidakjelasan siapa yang bertanggung jawab, akhirnya semakin menambah ketidak percayaan masyarakat pada pemerintah hari ini.
Untuk kejelasan status travel ban dan kebijakan import barang dari China juga kita lihat serba lelet dan setengah hati. Ketika Singapore, Malaysia, Jepang tegas menyatakan tutup penerbangan dari China, Indonesia masih asyik bermain opini melodramatic memainkan emosi masyarakat. Bukannya berupaya membuat masyarakat tenang. Karena yang dibutuhkan masyarakat itu adalah jaminan dan kejelasan tindakan pemerintah. Bukan permainan narasi melankolis pembodohan mengadu domba masyarakat.
Masyarakat jelas cemas dan meminta tindakan preventif yang terukur, ehh malah digiring kepermasalahan agama turis china dan isu kemanusiaan. Inti masalahnya adalah bagaimana perlindungan terhadap anak bangsa yang jelas. Bukan asal-asalan cari selamat dan muka.
Kondisi ini sebenarnya kalau Indonesia jeli bisa memanfaatkan tantangan ini justru menjadi peluang. Yaitu;
1. Ini saatnya Indonesia belajar bagaimana mandiri dan stop import barang dari China yang membunuh komoditas produksi dalam negeri. Ini saat yang tepat untuk konsolidasi potensi dan produksi lokal Indonesia untuk menutupi perdagangan produk China yang diboikot negara negara dunia
2. Kalau melihat bagaimana reaksi duta besar China Xiao Qian yang sedikit menekan pemerintah Indonesia untuk tidak bersikap “over reactive” terhadap virus Corona. Dan menyebut Indonesia adalah sahabat baik China dan jangan rusak hubungan dagang dan investasi China di Indonesia.
Hal ini mengisyaratkan pada kita tentang pentingnya Indonesia di mata China. Komunis China lah yang sangat membutuhkan Indonesia. Bahkan boleh dibilang, masa depan China itu ada pada Indonesia. Cuma yang kita sayangkan, banyak pejabat kita yang “keok” pada China. Banyak pejabat kita yang justru pro dan kemungkinan malah jadi antek China yang bekerja melayani kepentingan China.
3. Penulis melihat, kondisi hari ini sedikit ada kemiripan dengan suasana kebatinan Indonesia pada masa perang dunia ke dua. Dimana Indonesia diapit oleh dua pertempuran dua kutub penguasa dunia yaitu Amerika dan Jepang. Cuma bedanya, kalau dulu itu perang dengan senjata. Tapi hari ini perang ekonomi, politik dan budaya.
Nah penulis melihat China hari ini seperti Jepang ketika perang dunia dengan Amerika. Cuma bedanya, Jepang dihajar Amerika dengan bomb atom, China hari ini dihajar Amerika dengan bomb virus mematikan.
Namun efect dan pengaruhnya sama. Yaitu China seperti menuju ambang kehancuran. Nah kondisi ini sebenarnya yang menurut penulis bisa dimanfaatkan Indonesia untuk merdeka dan lepas dari himpitan China. Kalau dulu jatuhnya bomb atom di Nagasaki dan Hiroshima dimanfaatkan Indonesia untuk momentum proklamasi kemerdekaan, nah sekarang saatnya Indonesia ambil sikap dan kondolidasi nasional, rapatkan barisan, evaluasi seluruh kontrak yang merugikan dengan China, dan bangun kembali komoditas produksi dalam negeri untuk kembali membangun perekonomian nasional.
Ini saat yang tepat untuk Indonesia melepaskan diri dari segala bentuk cengkraman hutang dan investasi China. Inilah yang kita harapkan pada para pemimpin di negeri ini, bagaimana menyiapkan langkah-langkah strategis dalam menyikapi gejolak ekonomi dan dampak politik virus corona ini yang mana tahu juga bisa membuat nasib China seperti kehancuran Uni Soviet era perang dingin. Namun bedanya, saat ini Indonesia terlanjur condong ke China dan pro China. Hal ini tentu akan otomatis berdampak negatif terhadap Indonesia kalau tidak cepat mengambil langkah antisipasi.
Semoga kondisi kondisi kedepan yang tidak terduga ini, bisa menjadi perhatian khusus kita bersama agar segera bersatu padu, buang perbedaan dan sentimen apapun. Dan ini saatnya kita bangkit bersama untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman keterpurukan dampak kejatuhan China. Wallahualam.
Jakarta, 04 Februari 2020.
(Penulis adalah pengamat sosial politik dan pertahanan alumni Lemhannas RI angkatan PPRA 58 tahun 2018).
*Sumber: Fb penulis