Hidayah dan petujuk dari Allah bisa datang kepada siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Termasuk salah satunya terjadi pada saat peperangan genting antara pasukan Muslim dan Romawi pada perang Yarmuk, penaklukkan Damaskus di tahun 13 H. Kisah itu diabadikan oleh Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidayah Wan Nihayah (terjm:155-156). Tentang seorang panglima besar Romawi bernama Jarajah (Gregorius Theodorus) keluar dari barisannya dan meminta Khalid bin Walid, yang ditunjuk menjadi panglima besar saat itu oleh Abu Bakar, untuk menemuinya secara khusus. Jarajah menyampaikan tujuh pertanyaan kepada Khalid dan akhirnya membuat dirinya masuk ke dalam barisan kaum Muslim.
Kejujuran Khalid
Saat bertemu dan saling berhadap-hadapan antara kuda keduanya. Salah satu panglima Romawi itu berkata kepada Khalid. “Wahai Khalid beritahukan aku dan jujurlah, sebab orang merdeka tidak akan pernah berbohong dan janganlah engkau membohongiku, sesungguhnya orang mulia tidak akan berbohong terhadap orang yang berhubungan dengan Allah.”
Pertama, Jarajah memberikan pertanyaan kepada Khalid perihal kemenangan mereka pada saat berperang. Terkhusus yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, yang dijuluki oleh Rasulullah sebagai saifullah, pedang Allah.
“Apakah Allah pernah menurunkan kepada Nabi kalian sebuah pedang yang diberikan kepadamu hingga setiap kali pedang itu kau hunus kepada musuhmu, pasti mereka akan kalah?“
“Tidak,” jawab Khalid. “ Lantas mengapa kau dijuluki sebagai pedang Allah?” lanjut Jarajah.
“Sesungguhnya Allah telah mengutus NabiNya kepada kami. Nabi tersebut menyeru kepada kami, kami malah lari menjauhinya. Kemudian sebagian dari kami membenarkannya dan sebagian mendustakannya. Dan aku termasuk salah seorang yang mendustakannya dan menjauhinya. Hingga Allah memberikan hidayah kepada kami untuk beriman kepadanya dan membaiatnya. Lalu Rasulullah berkata kepadaku, ’Engkau adalah pedang Allah yang terhunus terhadap kaum musyrikin.’ (Shahih Al Bukhari, kitab Al Maghazi, bab Ghazwatu Mu’tah, hadist no 4260). Beliau juga mendoakan agar aku diberi kemenangan. Sejak saat itulah aku disebut pedang Allah. Jadilah aku orang yang paling keras terhadap orang musyrik,” jawab Khalid.
Kedua, Jarajah bertanya kepada Khalid tentang apa tujuan mereka berperang, ”Wahai Khalid apa yang kalian serukan?”
Khalid menjawab, ”Kami menyeru agar manusia bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya. Dan agar mereka membenarkan seluruh syariat yang beliau bawa dari Allah.”
“Bagaimana jika mereka tidak mau menerima dakwah kalian?” lanjut Jurajah. “ Kami serukan kepada mereka agar membayar upeti dan kami siap melindungi mereka,” jawab khalid. Jurajah lantas bertanya kembali, “Bagaimana jika mereka tetap tidak mau membayar upeti?”. “Maka kami akan mengumumkan perang kepada mereka,” jawab Khalid.
Tujuh Pertanyaan
Ketiga, Jarajah menyampaikan pertanyaan tentang kedudukan orang muslim diantara mereka, ”Wahai khalid apa kedudukan bagi orang yang menerima seruan kalian dan masuk ke dalam agama kalian hari ini?”
“Kedudukannya sama dengan kami dalam seluruh kewajiban yang dibebankan Allah kepada kami. Orang yang mulia diantara kami, orang biasa, bahkan orang yang pertama masuk islam dan yang terakhir seluruhnya sama kedudukannya,” jawab Khalid.
“Apakah orang yang hari ini masuk ke dalam agama kalian memiliki ganjaran yang sama dengan yang masuk sebelumnya?” tanya Jurajah.
“Ya, bahkan lebih banyak.” Jawab Khalid, singkat.
“Bagaimana bisa sama sedang kalian telah mendahuluinya masuk islam?”
“Sesungguhnya kami menerima Islam melalui jalur peperangan dan kami membaiat nabi kami sementara beliau hidup ditengah tengah kami. Selalu datang kepadanya berita dari langit dan beliau memberitakannya kepada kami tentang Al Quran, menujukkan kepada kami tentang mukjizatnya. Maka pasti orang yang melihat apa yang telah kami lihat, mendengar apa yang kami dengar, tentang hujjah hujjahnya dan keajaiban mukjizat pasti akan beriman dan membaiat beliau,”
Baca Juga Tobatnya al-Zamakhsyari dari Paham Mu’tazilah Karena Malam Pertama
Khalid melanjutkan, ”Namun kalian tidak melihat apa yang kami lihat dan belum pernah mendengar apa yang kami dengar mengenai mukzijatnya dan perkara lainnya. Maka barang siapa, masuk agama kami dengan niat yang benar dan jujur akan lebih utama daripada kami.”
Lalu jarajah berkata kepada Khalid, ”Demi Allah apakah engkau menjawab pertanyaanku dengan jujur dan tidak berbohong kepadaku?”
“Demi Allah aku telah menjawab pertanyaanmu dengan benar dan Allah sebagai saksi atas apa yang kau tanyakan wahai Jurajah,” jawab Khalid.
Seketika itu, Jurajah masuk dan bergabung dengan pasukan muslim. “Demi Allah, ajari aku tentang islam ya Khalid,” ujar Jurajah.
Mendengar itu, Khalid membawanya ke tenda dan menyediakan satu bejana, dan menyuruhnya mandi kemudian besyahadat dan sholat bersamanya dua rakaat.
Tiga Pokok Penting
Dari kisah diatas, seyogyanya kita bisa mengambil tiga pokok pelajaran penting. Bahwa siapapun kita, dapat menjadi duta-duta Islam yang baik untuk perkembangan Islam di masa yang akan datang. Dengan cara, pertama bersikap jujur dan tidak mengunggulkan diri sebagaimana Khalid menerima Jurajah dengan tangan terbuka dan lapang dada. Kedua, bersikap tegas atas tujuan kita berdakwah, mengagungkan kalimat Allah Swt. Dan yang ketiga, tidak merasa paling benar dan paling baik.
Sebab Allah mengukur kebaikan hambaNya dengan ukuran ketakwaan kita dihadapan-Nya.
Oleh: Irvan Shaifullah
Pengasuh di PA PP Al Mizan Muhammadiyah Lamongan
(Sumber: ibtimes.id)