[PORTAL-ISLAM.ID] Jauh sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pembunuhan Panglima Pasukan Garda Revolusi Iran, Qassim Sulaimani, Trump beberapa tahun lalu berkicau Twitter bahwa Presiden AS saat itu, Barack Obama mempersiapkan perang dengan Iran dengan tujuan agar kembali memenangkan Pilpres.
Banyak pihak memperkirakan pembunuhan Sulaimani dengan serangan pesawat tanpa awak pada Jumat (3/1/2020) pagi dinilai bagian kampanye Trump di pilpres periode kedua dan sekaligus pengalihan isu pemakzulan yang sedang berjalan.
Perintah Trump untuk membunuh Sulaimani turun 10 bulan sebelum Pilpres, dimana Trump akan maju kembali sebagai capres untuk periode kedua dan beberapa pekan setelah DPR AS menyetujui proses pemakzulannya.
Trump membenarkan tindakannya dengan alasan Sulaimani telah membunuh dan melukai ribuan warga Amerika dan berencana membunuh lebih banyak lagi.
Obama Pilpres Kedua
Pada November 2011, setahun sebelum Pilpres AS 2012, dimana Obama menang untuk kedua kali, Trump berkicau di Twitter: "Demi terpilih kembali, @BarackObama akan mulai perang dengan Iran."
In order to get elected, @BarackObama will start a war with Iran.— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 29, 2011
Di bulan yang sama dia juga mengunggah video.
"Presiden kita (Obama) akan mulai perang dengan Iran karena dia tak memiliki kemampuan untuk negosiasi. Dia lemah dan tak efektif. Jadi satu-satunya cara dia memperkirakan dia akan terpilih kembali, dan yakin bisa menjabat lagi, adalah memulai perang dengan Iran," kata Trump saat itu seperti dikutip dari CNBC.
David Mark menulis di kolom Think NBC News, bahwa tindakan Trump yang memerintahkan pembunuhan Sulaimani untuk mengalihkan isu pemakzulan yang akan segera memasuki tahap persidangan di Senat. Dia juga menilai dapat merugikan Trump secara politik apalagi tingkat persetujuan atau penerimaan masyarakat atas Trump cukup rendah.
Tingkat penerimaan terhadap Trump hampir tidak berubah sepanjang masa kepresidenannya, terjebak di bawah 40 persen.
"Dia adalah presiden yang paling terpolarisasi, dan sikap partisan terhadapnya ada di kedua sisi," ujarnya.
Trump dapat menghadapi konsekuensi politik yang tidak menguntungkan lainnya: Ketidakstabilan dengan Iran dapat membantu naiknya elektabilitas kandidat Demokrat seperti Joe Biden dan Bernie Sanders. Biden, mantan Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, dalam hasil jajak pendapat dinilai tokoh yang memiliki kapabilitas dalam menangani kebijakan luar negeri.
"Sejauh ini, kemenangan politik terbesar Trump dalam membunuh Sulaimani telah mengalihkan isu nasional dari pemakzulan. Tapi kemungkinan akan cepat berlalu begitu Demokrat mengirim pasal pemakzulan ke Senat dan sidang dimulai. Dan bahkan jika obrolan politik sekali lagi beralih ke Iran, itu mungkin karena pembalasan Iran - dengan hasil yang buruk membuat sulit bagi Trump untuk melakukan pukulan efektif terhadap Demokrat," tulisnya.
Sumber:
- https://www.cnbc.com/2020/01/03/before-qasem-soleimani-killing-trump-warned-of-iran-war-by-obama.html
- https://www.nbcnews.com/think/opinion/trump-s-iran-attack-distracts-impeachment-can-still-hurt-him-ncna1110506