[PORTAL-ISLAM.ID] Yusuf Mansur pernah berkomentar terkait kondisi muslim Uighur di Xinjiang melalui akun resmi Instagamnya.
Yusuf Mansur seperti menggambarkan kondisi Xinjiang baik-baik saja, bahkan ada pesantren besar dengan ribuan santri (1200 santri) yang bernama Pesantren Ya Xing.
"Saya banyak dapat cerita indah tentang Xinjiang. Termasuk sahabat saya, DR. Abu Bakar. Yang punya pesantren di Xinjiang, dengan 1200 santri. Mukim loh. Saya pernah ditunjukkan berbagai video sekolah/madrasah/pesantren DR. Abu Bakar. Ya Xing Education namanya. Ya Xing itu Yaasiin," kata Yusuf Mansur di akun IG-nya, Rabu (18/12/2019).
Pengusaha muslim yang juga aktivis kemanusiaan, Azzam Izzulhaq, saat itu membantah pernyataan Yusuf Mansur. Dia mengajak langsung Yusuf Mansur berkunjung ke Xinjiang. Entah kendala apa, sampai saat ini Yusuf Mansur belum juga ke Xinjiang.
Pada 4 Januari 2020, Azzam Izzulhaq pun berangkat ke Xinjiang dan menengok ke "Pesantren" yang diklaim Yusuf Mansur. Ini merupakan kunjungan Azzam yang kedua.
Melalui akun twitternya hari ini, Jumat (10/1/2020), Azzam menyampaikan hasil investigasi langsung ke lokasi.
Berikut selengkapnya disampaikan Azzam Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq), seperti dirangkum redaksi portal-islam.id:
1. Yaxing, sebetulnya saya sudah cukup lama tahu. Dulu, hingga 2016 adalah sekolah untuk anak-anak yg kurikulumnya memasukkan hafalan Al Quran di dalamnya. Tak salah jika kita di sini menyebutnya pesantren. Tapi, Yaxing bukan di Xinjiang. Yaxing berada di Kab. Linxia, Gansu.
2. Dari Xinjiang, saya harus naik pesawat selama 3 jam ke Lanzhou. Lalu berperjalanan darat selama 3,5 jam ke Linxia. Linxia adalah juga kota yg Muslimnya cukup banyak. Tapi bukan dari etnis Uyghur, melainkan etnis Hui. Maka, Linxia juga sering disebut Huimin Linxia.
3. "Xianzai, zhe shi yige wenti. Now, it's a problem" kata Abu Bakar, Direktur Yaxing, ketika saya tanya kenapa sekarang Yaxing hanya menjadi sekolah 'biasa' seperti sekolah lain di China. Sejak 2016, kurikulum agama Islam di Yaxing ditiadakan. Pemerintah melarang.
4. Ruang Musholla dialih fungsi menjadi ruang dansa. Disimpan piano di dalamnya. Tempat wudhu dijadikan washtafel biasa. Jam sholat, tak boleh lagi shalat berjamaah. Bahkan, saya di Yaxing hingga zhuhur tiba, tak ada 'perintah' atau ajakan ke siswa untuk melaksanakan shalat.
5. Para guru wanita, tak lagi semua berjilbab. Saya tak lagi bertanya kenapa. Sudah tahu alasannya: it's danger and problem. Di Linxia banyak 'pesantren' dan juga masjid. Tapi, juga dalam pengawasan khusus. Pesantren tak lagi banyak santrinya. Sebagiannya lagi malah ditutup.
6. Sejak dibangun kurang lebih 10 tahun lalu, Yaxing memang sekolah swasta unggulan. Murid-muridnya andalan. Disiplinnya ketat. Standar Internasional. Namun, memang ada yg hilang sejak 2016: ke-Islam-an. Yaxing terpaksa menjadi sekolah unggulan pada umumnya. Jika tidak, ditutup.
7. Mengajarkan membaca apalagi menghafal Al Quran dilarang. Namun, Abu Bakar tetap mensiasatinya dengan berbagai macam cara agar anak-anak tak 'hilang' nilai ke-Islamannya.
1200 santri? Sejak awal berdiri tak sampai. Sekarang sekitar 500 saja muridnya. Itupun TK sampai SMP saja.
8. Cukup ya. Hal yg sensitif lain tak akan saya cerita. Kasihan. Jadi bukan hanya #Uyghur yg dilarang ini itu. Hui juga diperketat. Muslim Hui sekarang khawatir dan takut akan di-Xinjiang-kan oleh pemerintah China. Maka, mereka memilih nurut saja. Apa mau dikata.
9. Oh ya, mohon di-RT hingga 10.000 ya thread atau utas-nya. Biar semua orang tahu fakta yg sebenarnya tanpa direkayasa.
1. Yaxing, sebetulnya saya sudah cukup lama tahu. Dulu, hingga 2016 adalah sekolah untuk anak-anak yg kurikulumnya memasukkan hafalan Al Quran di dalamnya. Tak salah jika kita di sini menyebutnya pesantren.— Azzam M Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) January 10, 2020
Tapi, Yaxing bukan di Xinjiang. Yaxing berada di Kab. Linxia, Gansu. pic.twitter.com/UQQkUval8V
4. Ruang Musholla dialih fungsi menjadi ruang dansa. Disimpan piano di dalamnya. Tempat wudhu dijadikan washtafel biasa. Jam sholat, tak boleh lagi shalat berjamaah.— Azzam M Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) January 10, 2020
Bahkan, saya di Yaxing hingga zhuhur tiba, tak ada 'perintah' atau ajakan ke siswa untuk melaksanakan shalat. pic.twitter.com/aymI4qJbkJ
5. Para guru wanita, tak lagi semua berjilbab. Saya tak lagi bertanya kenapa. Sudah tahu alasannya: it's danger and problem.— Azzam M Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) January 10, 2020
Di Linxia banyak 'pesantren' dan juga masjid. Tapi, juga dalam pengawasan khusus. Pesantren tak lagi banyak santrinya. Sebagiannya lagi malah ditutup. pic.twitter.com/3BrgoLXCsi
6. Sejak dibangun kurang lebih 10 tahun lalu, Yaxing memang sekolah swasta unggulan. Murid-muridnya andalan. Disiplinnya ketat. Standar Internasional.— Azzam M Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) January 10, 2020
Namun, memang ada yg hilang sejak 2016: ke-Islam-an. Yaxing terpaksa menjadi sekolah unggulan pada umumnya. Jika tidak, ditutup. pic.twitter.com/YEzIhYvWN3