[PORTAL-ISLAM.ID] Sebuah ide Anies Baswedan yang merupakan salah satu penananganan musibah banjir pakai toa, membuat politisi PSI nyinyir. Apalagi anggaran toa mencapai Rp 4 miliar.
Anggota DPRD DKI dari Fraksi PSI William Aditya Sarana menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengalami kemunduran dalam sistem peringatan dini bencana. Mereka masih mengandalkan pengeras suara atau toa.
“Saya melihat sistem ini mirip seperti yang digunakan pada era Perang Dunia II. Seharusnya Jakarta bisa memiliki sistem peringatan yang lebih modern,” kata William, Kamis (16/1/2020), seperti dilansir Tirto.
Pernyataan politisi PSI ini ramai ditanggapi netizen.
"TOA seharga 4 M yg dibeli Pemprov DKI adalah EWS J-Alert System dari Jepang digunakan banyak negara seperti Jepang Korea dll dan diakui dunia. Ada Menara, antena, detector di beberapa wilayah DKI. Air level 3 langsung bunyi. Jadi...bukan spt TOA Masjid..babang PSI!!! Kok dodol banget seeh..," komen @DavidHaris10.
TOA seharga 4 M yg dibeli Pemprov DKI adlh EWS J-Alert System dari Jepang di gunakan byk negara spt Jepang Korea dll n diakui dunia. Ada Menara, antena, detector d bbrp wilayah DKI. Air level 3 langsung bunyi. Jadi...bukan spt TOA Masjid..babang PSI!!! Kok dodol banget seeh..
— David Haris St Parmato (@DavidHaris10) January 17, 2020
Seperti diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta akan menambah alat peringatan dini banjir, yaitu Disaster Warning Sistyem (DWS) di enam kelurahan dengan anggaran Rp 4,03 miliar.
Kepala Pusat Data dan Komunikasi BPBD DKI, Muhamad Insyaf, mengatakan BPBD akan membangun DWS baru di enam kelurahan rawan banjir, yaitu di Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate, dan Marunda.
Berdasarkan data apbd.dki.go.id, anggaran Rp 4,03 miliar tersebut terdiri dari pengadaan enam Stasiun Ekspansi Peringatan Dini Bencana Transmisi Vhf Radio dengan anggaran Rp 3,1 miliar. Enam set pole DWS seharga Rp 353 juta, enam set Modifikasi software telementary dan Warning Console dengan Amplifier 100W senilai Rp 416 juta.
Lalu enam set Coaxial arrester DWS seharga Rp 14.124.172. Enam set Horn speaker 30 W senilai Rp 7.062.086, enam set Storage battery 20 Ah, 24V seharga Rp 70.618.918, dan enam set elemen antena yang dibanderol Rp 90.392.564.
Kepala BPBD DKI mengatakan, DWS terkoneksi dengan sistem peringatan dini banjir. Saat tinggi muka air di pintu air Jakarta mencapai siaga III, DWS secara otomatis akan membunyikan sirine sebagai peringatan banjir kepada warga.
"Ini (toa) berbunyi saat pintu air siaga III. Bersamaan dengan peringatan dini yang dikirimkan SMS blast, dan WhatsApp grup kelurahan-kelurahan," ujar Insyaf, seperti dilansir Tempo.
Namanya juga @psi_id Partai Selangkangan Indochina.,πππ
— Neng Anyar (@NengAnyar15) January 18, 2020
psi kalo denger TOA yg di otaknya cuma iniπ Sempit ya otaknya pic.twitter.com/UuXoefS9Vu
— Polly in Bloom (@kaprikurt) January 17, 2020
Koar2 dulu ga penting manfaatnya TOA itu apa...smpai keluar otot nyari sedekah buat makan bang.
— kopi jowo (@Ragil_Alhaq) January 17, 2020
Sekelaa pak @aniesbaswedan ga mkn ngeluarkan anggaran APBD g ada manfaatnya buat warganya
BRAVO Pemprov DKI
Salam