[PORTAL-ISLAM.ID] Saat ini adalah salah satu momen yang tepat untuk bicara mengenai toleransi bangsa kita, khususnya toleransi antar umat beragama. Tapi sebelum kita bicara tentang bagaimana meningkatkan toleransi, saya ingin menjelaskan betapa besarnya perbedaan diantara kepercayaan kita, khususnya di antara Abrahamic faiths, atau agama-agama Ibrahim: Judaism, Christianity, dan Islam.
Islam
Pecahan dari masing-masing agama inipun juga banyak sekali. Dalam Islam, perpecahan terjadi saat penentuan penerus Muhammad SAW setelah beliau meninggal pada 632 masehi. Apakah Abu Bakar as-Siddiq, mertua Muhammad SAW, ayah dari Aisha? Atau Ali bin Abu Thalib, menantu Muhammad SAW, suami Fatimah? Sunni mengakui Abu Bakar as-Siddiq sebagai pemimpin pertama, yang memimpin Rashidin Caliphate. Sementara kalangan Syiah mengakui Ali.
Di dalam Syiah pun banyak perpecahan. Mereka percaya bahwa ada 12 Imam setelah Muhammad SAW, dengan Imam Mahdi yang terakhir, dan akan muncul sebelum akhir zaman untuk memerangkan kezaliman. Namun, sebelum mencapai 12 Imam, ternyata ada perpecahan juga, siapa yang menjadi Imam kelima? Apakah Muhammad al-Baqir atau adiknya Zayn al-Abidin yang dihormati karena sempat melakukan perlawanan terhadap Kekhalifahan Umayah, di bawah Khalifah Hisham pada 740 masehi?
Pendukung Zayn al-Abidin disebut Zaydi atau “Fivers” karena beliau adalah Imam kelima. Pada saat penentuan Imam ketujuh, perdebatan terulang kembali, karena umat “Twelvers”(yang percaya ada 12 Imam), menginginkan anak kedua dari Jafar as-Saddiq lah yang menjadi Imam, yaitu Musa al-Kazim. Sementara, pengikut anak tertua, Ismail bin Jafar, menjadi penganut Ismailism atau “Seveners.”
Dan dari pecahan ini ternyata ada kepercayaan lain lagi yang muncul. Misalkan saja, umat Druze yang berasal dari Ismailism, atau kalangan “Seveners,” dicampur dengan Greek philosophy dan sedikit sentuhan Hinduism, yang sekarang bisa ditemui di Golan Heights, bagian utara dari Israel, dekat dengan perbatasan Syria.
Belum lagi ada agama Bahai yang juga berangkat dari kepercayaan Syiah. Al Bab pada abad ke-19 di Tabriz (Persia) pernah mengatakan bahwa akan ada messiah yang lain. Lalu, Bahaullah mengklaim bahwa dialah seorang messiah. Hal ini membuat dirinya dikejar, dan kabur dari Tehran, ke Baghdad (Iraq), Constantinople (Turkey), Alexandria (Egypt), Port Said, lalu sampai Haifa (Israel).
Adapun Islam yang di Oman menganut paham yang berbeda dari Sunni maupun Syiah, yaitu Ibadi Islam, yang berasal dari penganut Kharijites atau Khawarij, walaupun sebagian mereka tidak mau disamakan dengan Khawarij, atau kelompok yang awalnya beraliansi dengan Ali untuk melawan Muawiyah di pertengahan abad ke-7, lalu meninggalkan Ali karena Ali mulai mau berdamai dengan pemimpin kekhalifahan Umayah ini.
Christianity
Tidak hanya di dalam Islam, Nasrani pun juga mengalami perpecahan yang besar. Pada tahun 1054 masehi, ada perpecahan antara Orthodox dan Catholic. Hal ini mulai dipicu saat Pope Leo di Rome (Italy) beraliansi dengan Raja Prancis Charlemagne dan meng-crowned dirinya sebagai the Holy Roman Emperor.
Aliansi ini dilakukan setelah Islam bertambah besar dan mengambil alih 3 dari 5 kerajaan Kristen, atau Pentarchy di sekitar laut Mediteranea, termasuk Alexandria (Egypt), Jerusalem (Israel?), dan Antioch (Turkey). Tentunya tindakan Rome membuat bingung kerajaan Nasrani, Byzantine Empire, yang ada di Constantinople (Turkey), yang merasa ditinggalkan.
Dan keduanya mulai menjauh dan menekankan perbedaan. Termasuk dalam atribut, misalkan Orthodox menggunakan bahasa Greek, berjenggot, baju hitam, gereja dengan lukisan 2 dimensi; Catholic menggunakan bahasa Latin, clean shaven, baju putih, gereja dengan patung 3 dimensi dan lain-lain.
Sementara secara teologi, Catholics ingin memasukan klausul filioque (father and son) ke dalam nicene creed, atau teks credo hasil dari Konsili Nicea tahun 325M, artinya the Holy Spirit berasal dari the Father and the Son, sementara Orthodox tetap beranggapan bahwa the Holy Spirit hanya berasal dari the Father. Yang lebih harus digarisbawahi, perdebatan ini juga mengenai power. Orthodox beranggapan bahwa Pope seharusnya tidak punya otoritas/power sebesar itu untuk menambahkan filioque ke dalam nicene creed
Sewaktu saya ke Mesir bulan lalu, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Gereja Orthodox. Setahu saya, Catholic percaya bahwa the first Pope adalah St Peter, Orthodox mengacu kepada St Andrew, yang mana keduanya adalah salah dua dari the Twelve Apostles of Jesus Christ. Ternyata Gereja Orthodox di Mesir lebih berkiblat kepada St Mark, yaitu salah satu dari penulis Four Gospels, selain dari Matthew, Luke dan John. Dan bentuk salib Orthodox Mesir pun berbeda dari Orthodox Rusia, dan Yunani. Wah saya jadi tambah bingung, karena baru tahu bahwa di dalam Orthodox sendiri ternyata banyak perbedaan.
Belum lagi ada perpecahan sejak gerakan Protestantism (1521) dibawah Martin Luther yang memaku kertas berisikan 95 argumen terhadap Catholic Church, lalu Calvinism (1530), Anglican (1534), Presbyterian (1560), dan pecah lagi setelah dibawa ke Amerika Serikat, termasuk Puritans yang ujungnya melahirkan Mormons, Seventh-Day adventist, Jehovah’s Witnesses, Campbellites. Lalu ada Quakers, Episcopalean, Baptism, Methodist dan masih banyak lagi. Bahkan ada satu denominasi yang namanya non-denomination.
Judaism
Dalam Judaism, tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Islam dan Nasrani. Agama ini juga terdapat beberapa streams, termasuk Orthodox, Conservative, Reform, dan Reconstructionist. Merekapun juga terbagi dalam beberapa ethnic groups, seperti Ashkenazim (Yahudi dari Germany, Poland, France), Sephardim (Yahudi dari Spain, dan beberapa daerah Maghreb di North Africa), dan Mizrahi (dari Timur Tengah).
Ketika saya ke Jerusalem, saya sedikit sok tahu mengatakan bahwa Yahudi di sini adalah Mizrahi. Lalu ada yg mengkoreksi saya, bahwa mereka adalah Hasidic. Saya jadi tambah bingung. Belum lagi saya ingat beberapa saat lalu saya lagi dengerin radio NPR News, bahwa ada kelompok Yahudi di Ethiopia, Falash Mura, yang ingin tinggal di Israel menggunakan payung hukum the Israeli Law of Return, namun mengalami kesulitan karena sebagaian dari mereka pernah pindah menjadi Kristen untuk beberapa saat
Jangan Sampai Perbedaan Ini Dimanfaatkan oleh Kelompok Tertentu
Sudah banyak sekali perbedaan diantara kepercayaan yang berasal dari Abrahamic Faiths (agama-agama Ibrahim). Ini harus menjadi Pengingat. Kita harus ingat bahwa perbedaan diantara kita ini rentan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Jangan sampai hal ini digunakan oleh kelompok tertentu untuk mengadu domba, untuk kepentingan pribadi, untuk kepentingan kekuasaan, dan untuk kepentingan politik, hanya karena kita berbeda pandangan terkait kepercayaan kita semua
Sayangnya, harus diakui bahwa ketika konflik yang membawa nama agama terjadi, biasanya melibatkan ketiga agama ini, dan pecahannya, malahan terkadang dalam satu agama i.e., Sunni-Syiah, atau Catholic-Orthodox. Walaupun perlu diketahui juga pernah ada konflik di Myanmar yang melibatkan kelompok beragama Buddha (non-Abrahamic religion) dan etnis Rohingya di Rakhine State yg kebetulan beragama Islam.
Saatnya mencari Persamaan Bukan Perbedaan
Yang mungkin lebih penting lagi, bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk mencari Persamaan di antara kita semua. Kita sudah mencari Perbedaan sejak 2,000 tahun yang lalu. Dan semakin banyak perbedaan, akan semakin banyak perdebatan. Kita sudah tidak perlu lagi mencari perbedaan. Sudah terlalu banyak. Jika kita bicara mengenai perbedaan, tidak akan ada habisnya. Kita harus mencari commonalities untuk mengingatkan bahwa masih ada persamaan diantara perbedaan kita.
Sebagai contoh, Ibrahim adalah seorang Nabi menurut Islam. Cerita mengenai beliau dan keluarganya, mulai dari pencarian air oleh Siti Hajar diantara Safa dan Marwah, sebelum Ismail menendang sebuah mata air Zam-Zam, dan ketika Ibrahim diganggu oleh iblis disebuah bukit, lalu ia melempar batu kepada para iblis—selalu kita peringati ketika kita ibadah di Mekkah. Kedua agama yang lainpun juga mengagungkan Ibrahim
Nasrani dan Yahudi pun juga sangat dekat ajarannya, bahkan Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers dan Deuteronomy atau Five Books of Moses, yang ada di Perjanjian Lama, diambil dari Torah
Cerita yang kita punyapun kurang lebih sama. Cerita Ashabul Kahfi, seputar tujuh pemuda yang bersembunyi di sebuah gua karena takut dipersekusi oleh bangsa Romawi, karena mereka memeluk agama Kristen, dan tertidur di gua tersebut selama 309 tahun dengan seekor anjing—hal ini ada di Surat al Kahf dalam al Quran. Setahu saya sempat ada perayaan oleh umat Catholic terkait peristiwa ini namun sudah dihapus tahun 1969, sementara umat orthodox tetap memperingatinya setiap 22 Oktober.
Ketika saya ke Amman, Jordan, saya diajak ke gua ini, the Cave of the Seven Sleepers. Tapi saya juga pernah dengar bahwa gua ini letaknya di Ephesus, Turkey. Dan beberapa saat yang lalu, pejabat tinggi Azerbaijan pernah mengatakan kepada saya langsung bahwa gua ini yang benar adanya di Nakhchivan, Azerbaijan, dekat daerah Nagorno-Karabakh. Mana yang benar? Jordan, Turkey, Azerbaijan? Sayapun tidak tahu.
Kita semuapun juga “mensakralkan” angka 12. Menurut Yahudi, Jacob mempunyai 12 anak (cicit Ibrahim), yaitu Ruben, Simon, Levi, Judah, Asher, Dan, Joseph, Zebulun, Gad, Naphtali, Isachar, dan Benjamin, yang disebut the Twelve Tribes of Israel. Menurut umat Nasrani, ada 12 Apostles of Jesus Christ, yaitu Peter, Andrew, James, John, Philip, Thaddeus, Bartholomew, Thomas, James, Matthes, Simon the Canaanite, dan Judas Iscariot. Sementara Nabi Ismail dipercaya memiliki 12 putra. Dan umat Shiah percaya bahwa ada 12 Imam, dengan Imam Mahdi sebagai yang terakhir.
Narasi persamaan inilah yang harus kita bangun mulai sekarang. Bukan lagi narasi perbedaan.
Bisakah Hidup Berdampingan Walaupun Berbeda?
Pasti bisa. Kebetulan saya berada di Bethlehem, Palestina saat malam natal umat Orthodox, saat mereka beribadah. Pas di sebelahnya ada umat Catholic yang juga sedang beribadah. Begitu saya keluar, terdengar suara adzan dari Masjid di seberang.
Begitu juga di Old Jerusalem, dimana ada 4 tempat yang terbagi Western Wall (Yahudi), Church of the Holy Sepulchre (Christian), dan Al Aqsa (Moslem). Dan ada juga Armenian Church, yang dapat quarter karena Armenia negara pertama yang mengakui Kristen sebagai agama resmi negara sejak tahun 301 masehi. Sempat juga katanya sewaktu Umar bin al-Khattab menaklukan Jerusalem, beliau dipersilahkan untuk shalat di Gereja, namun beliau menolaknya, dan memilih shalat di luar, sementara membiarkan gereja untuk tetap menjadi tempat ibadah umat kristen, sehingga ada Masjid Umar di dekat Gereja Makam Kudus atau Church of the Holy Sepulchre.
Bahkan bagian utara Israel, sebelah timur dari Sea of Galilee dan Tiberias, mulai dari Umm al-Fahm (47,000 Moslems), Arraba (1,200 Moslems), lalu Nazareth (50,500 Moslems), tempat dimana Jesus Christ sempat tinggal, sekarang adalah tempat pemukiman orang Arab (21% penduduk Israel adalah etnis Arab), yang mayoritas adalah Moslem (82% etnis Arab, warga negara Israel adalam Moslem), selain dari Jerusalem (272,000), dan Rahat (53,000), dekat BeerSheva, yang juga banyak kaum Moslem. Belum lagi adanya umat Baha’i di Haifa dan umat Druze di Golan Heights.
Jika kita masih mencari perbedaan, pasti masih bisa. Dan perbedaan akan semakin banyak. Kita bisa mulai mencari persamaan di antara kita semua, agar ruang dialog bisa terbangun, dan agar toleransi bisa terbangun lebih kokoh. Pada akhirnya kita semua bersaudara, dan semua pasti ingin hidup damai. Kita mulai dari sini, dari PKPI.
Penulis: Diaz Hendropriyono