“Kami baik-baik saja”


Kenapa?

Kemarin beredar gambar kehadiran kader PKS, Garbi dan Gelora secara bersamaan di lokasi banjir. Saya mendapatkan kiriman foto dan videonya.

Mereka berpose dengan senyum masing-masing. Ada bahagia yang saya tatap pada sunggingan senyum mereka. Seakan menyampaikan pesan, “Kami baik-baik saja.”

“Walau pertikaian akut telah membantai kami, kami tetap bersaudara!”.

Seketika gambar gambar tersebut memenuhi laman Facebook saya. Saya ikut bahagia menatapnya.

Tapi, kemudian ada tanya yang bergelayut hingga kini. Tak menemukan jawaban. Coba dijawab sendiri, tapi jawaban tersebut lantas menghambur di udara. Seperti kilauan kembang api, terang berasap dan kemudian hilang.

Kenapa yang memposting foto dan video tersebut hanya orang-orang Garbi dan Gelora?

Tak seorangpun kawan PKS yang saya dapati ikut menyebarkannya. Padahal itu adalah senyatanya hal yang bisa ditunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang dewasa yang berdada lapang dan berpikiran jernih.

Tapi ketika orang-orang PKS tidak mau ikut menyebarkan momentum kebersamaan tersebut, orang-orang yang menonton pertikaian ini dari luar akan memperoleh pemebenaran baru, bahwa orang-orang PKS memang sedang sesak dada.

Atau mungkin orang-orang PKS sedang mengalami pengembalian masa muda, kembali muda lagi. Seakan mereka masih usia SMA, yang rentan terkena masalah andilaw: Antara dilema dan galau.

Kalau keengganan menyebar foto kebersamaan antara pelaku kebaikan tersebut karena kesadaran bersama kader PKS, bolehlah nanti kawan-kawan itu dicubit-cubit dan disenggol.

Tapi kalau ini atas seruan struktur atau arahan pembina masing-masing, tak akan lagi bisa digoyang. Sebab itu adalah titah suci, yang tak boleh dibantah.

So?

Catatan: mungkin ada kader PKS yang ikutan posting, tapi tidak saya ketahui. Coba kalau ada, mention saya, yaa.

(By Abrar Rifai)

Kenapa? Kemarin beredar gambar kehadiran kader PKS, Garbi dan Gelora secara bersamaan di lokasi banjir. Saya...
Dikirim oleh Abrar Rusdi Rifai pada Sabtu, 04 Januari 2020
Baca juga :