Jakarta Banjir, Susi Pudjiastuti: Enggak Aneh!


[PORTAL-ISLAM.ID]  Banjir yang menggenangi Jakarta, Jawa Barat, dan Banten menjadi perbincangan hangat di berbagai media sosial. Anehnya, meski daerah yang tergenang banjir di Jawa Barat lebih luas daripada Jakarta, namun fokus para buzzer pendukung Jokowi-Ahok hanya tertuju pada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Padahal, banjir di Jakarta bukanlah barang baru. Sekadar mengingatkan, Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan pernah secara serius memerhatikan banjir Jakarta.

Pernyataan ini disampaikan Susi lebih dari 3 tahun lalu, saat Jakarta masih dipimpin Ahok.

Dengan gaya satire, Susi menyebut ada banjir dalam program rancang bangun Ibu Kota.

"Kalau kita orang lingkungan hidup dengan (melihat) pembangunan Jakarta ini terutama tata kelola air, kita sih bilang Jakarta banjir ya tidak aneh. Wong the way it's designed and constructed right now, it's a flood in program," kata Susi dalam diskusi tentang reklamasi di Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa 4 Oktober 2016.

Susi mencontohkan beberapa hal yang membuatnya berkata demikian. Menurutnya, air dari hulu dipercepat alirannya sementara hilirnya dijauhkan.

"Sungai diluruskan, ditanggul, jadi air tidak ke mana-mana. Kencang dari hulu ke hilir, nah di pinggir di-reklamasi. Jadi air dipercepat turun ke bawah, pantainya dijauhin. It's flood in project. Bukan membendung, mempercepat air hulu, lalu memperlambat air keluar dari daratan Jakarta. Tadi Prof Emil (Salim) menerangkan bahwa Jakarta terlalu banyak penyedotan air tanah sehingga banyak pori-pori keropos sehingga air laut masuk. Jadi dua-dua. Satu banjir dari naiknya air laut, kedua cepatnya turun dari hulu karena dipercepat, penyodetan, pelurusan. Jadi tidak ada komprehensif pembangunan water set di mana DAS (daerah aliran sungai) diperbaiki, sungai direnaturalisasi, dikembalikan belok-belok supaya lambat lagi," jelas Susi.

"Karena kalau dilurusin erosinya juga akan lebih kencang. Sedimentasi tidak keluar karena kanan kirinya ditanggul. Jadi ke mana itu lumpur? Yang menaikkan permukaan dasar sungai. Permukaan dasar sungai naik, memangnya air berkurang setiap tahun? Tidak. Air tetap sama tiap tahun datangnya. Tapi permukaan dasar sungai naik berarti daya tampung air kurang. Tanggulnya ditinggiin, satu saat tidak kuat, jebol, banjir bandang. Itu yang terjadi," tambah Susi.

Baca juga :