DEMO ANIES KARENA BANJIR?
SENYUMIN AJA..😆
Kabarnya pembenci Anies akan mendemo Anies. Lebih tepat, menggugat karena merasa dirugikan karena banjir kemarin. Kalau karena alasan banjir lantas Gubernur Anies didemo, pasti sejak jaman Belanda orang Jakarta sudah melakukannya. Coba sebutkan kapan pernah warga DKI mendemo gubernurnya karena banjir?
Sebenci-bencinya muslim pada gubernur penista agama, tidak permah sekalipun ia didemo karena alasan banjir. Mereka lebih waras menyampaikan pernyataan sikapnya karena agamanya dilecehkan, bukan karena banjir. Bahkan pengelolaan Jakarta yang amburadul plus kasus-kasus korupsi yang dilakukan gubernur penista agama, tak ada juga warga yang mendemonya. Paling nulis di sosmed.
Sekedar saran, demolah gubernur Anies, atau biasa yang orang sebut Gubernur Indonesia itu, karena alasan yang lebih masuk akal supaya tetap ditandai orang sebagai manusia berakal.
Contoh, demolah Anies karena ia tidak masuk selokan. Atau demolah Anies karena tidak berjanji mengatasi banjir harus jadi presiden dulu. Atau Demolah Anies kenapa selalu santun dan menyayangi orang kecil serta tidak memaki-maki warga DKI dengan kata-kata kasar. Itu lebih masuk akal, karena gubernur lain melakukannya.
Atau, oleh karena jumlah pendemo itu bisa menentukan persepsi orang pada objek yang didemo, coba kumpulkan jumlah massa pendemonya sampai 7 juta orang di Monas, mungkin itu bisa dipertimbangkan sebagai dampak banjir yang dahsyat sehingga Anies Baswedan memang harus didemo. Meskipun tetap tak waras kalau 7 juta itu berasal dari luar Jakarta. Tapi tak apalah, toh tak ada.juga yang periksa KTP saat demo kan?
Kesimpulannya, banjir tidak bisa dijadikan alasan orang mendemo gubernur DKI karena banjir adalah problem DKI sejak jaman Belanda. Maka jika ada sekumpulan orang yang mendemo gubernur DKI karena banjir, dipastikan demo tersebut bukan karena alasan banjir tetapi karena alsan politis, sakit hati yang berdarah-darah karena junjungan kalah pilkada, atau untuk menyindir pemprovnya yang tak bekerja sebaik Anies.
Maju Kotanya
Bahagia Warganya
(Yanto Hendrawan)