Bijaknya Seorang "Anies Baswedan"
Beritanya telah santer. Seorang netizen dilaporkan Ira Tursilowati, Kabag Hukum Pemkot Surabaya. Atas kuasa Tri Rismaharini selaku walikota. Akun yang dilaporkan bernama Zikria Dzatil sudah lenyap. Kasatreskrim Polrestabes Sudarmian membenarkan adanya laporan scr resmi pada 21-1-2020. Dan sekarang polisi telah menangani 4 saksi yang dimintai keterangannya. Menyusul kasus tersebut, polisipun juga sedang menyidik terlapor. Sungguh cepat dan tangkas gerakan Bu Risma, banyaknya laporan yang masuk dari warga sebagai alasan untuk menindak lanjuti secara hukum. Kalimat 'kodok betina' rupanya mengganggu emosionalnya. Pesan moral kepada warganet, "jangan ledek risma lagi". Wow!
Disisi lain, seorang gubernur dari segala penjuru dibully dan diteror. Dari mulai bambu getah-getih, lem aibon, pohon baobab, JPO tanpa atap, banjir, dan yang paling baru, revitalisasi monas. Belum lagi julukan kadal gurun, onta arab, wan abud, gabener, gubernur bodoh, meme joker dll. Dan itu semua sangat sistematis dan mungkin juga ada biaya untuk bullyan. Class action tentang banjir-pun juga dimainkan, tagar copot anies baswedan juga menggema, dan bullyan itu kelak akan tetap berlanjut sampai masa akhir jabatannya. Tapi apakah Anies tumbang? Apakah Anies marah? Apakah Anies menuntut? Apakah Anies menampakan wajah kesedihan? No! Anies tetaplah pejabat yang konsisten. Pejabat yang siap terima hujatan juga kritikan. Siap menerima protes juga keluhan warga. Bahkan juga cacian. Tak ada sangkalan/cari kambing hitam, apalagi sampai ada usaha mengkriminalisasi si pembully.
Dan tentu kita semua masih ingat apa yang diucapkan Anies, "Semua cacian, tuduhan juga fitnah, saya jawab dengan kerja. Karena pejabat adalah tempatnya kritik juga hujatan".
Itulah Anies Baswedan.
(By @ibhaskiswotomo)