[PORTAL-ISLAM.ID] Guru Besar Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Azyumardi Azra, membantah terlibat pelengseran Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 2001 silam.
Mantan Rektor UIN Jakarta yang memperoleh titel Commander of the Order of British Empire dari Kerajaan Inggris terebut menyebut Gus Dur adalah sosok yang dekat dengan civitas akademika UIN Jakarta, bahkan, sempat beberapa kali menjadi pembimbing untuk mahasiswa UIN Jakarta.
“Jadi terkait berita yang beredar soal pelengserang Gus Dur, saya enggak ikut. Tidak mungkin saya menjatuhkan Gus Dur,” kata Azyumardi Azra di kampus 2 UIN Jakarta, Senin 27 Januari pagi.
Ia mengatakan, saat Gus Dur dilengserkan tahun 2001, dirinya menjabat sebagai Rektor UIN Jakarta untuk periode 1998-2002. Pada waktu itu pula, Presiden Abdurrahman Wahid kerap mengunjungi UIN Jakarta. Bahkan dia menyebut, Gus Dur memiliki jasa terhadap perkembangan Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Jakarta.
“Dia (Gus Dur) berjasa ke IAIN (UIN Jakarta) Fakultas Adab. Beberapa mahasiswa dimbimbingnya, Bachtiar Efendy (Guru Besar UIN Jakarta, tokoh Muhammadiyah) Gus Dur yang membimbingnya,” tuturnya menegaskan.
Selanjutnya, cendekiawan muslim yang lahir di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatra Barat, 4 Maret 1955 tersebut menilai Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama kala itu memiliki hubungan yang harmonis. Sementara Azyumardi Azra sendiri adalah tokoh yang berafiliasi dengan Muhamadiyah.
Sebelumnya, jelang satu dasawarsa meninggalnya KH Abdurrahman Wahid, buku ‘Menjerat Gus Dur’ viral dan ludes di pasaran. Buku terbitan Numedia Digital Indonesia itu menjadi polemik sekaligus perbincangan luas di kalangan masyarakat.
Penyebabnya tak lain karena investigasi yang dipaparkan penulis memuat keterlibatan tokoh-tokoh penting yang turut dalam proses penjatuhan Gus Dur. Salah satu bagian terpenting dari karya Virdika Rizky Utama ini adalah dilampirkannya dokumen rahasia yang ditulis Fuad Bawazier. Dokumen empat halaman tersebut berupa surat laporan terkait rencana-rencana yang sudah dilakukan untuk menjatuhkan Gus Dur.
Surat yang dikirim ke Akbar Tandjung pada 29 Januari 2001 itu, mengungkap pelaksanaan rencana yang diberi nama ‘Sekenario Semut Merah’. Di dalamnya terdapat nama-nama dengan tugas masing-masing orang yang sudah dilaksanakan. Fuad Bawazier, Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VII itu menjadi ‘kepala operasi’ dan membagi tugas kepada beberapa pihak untuk penggalangan opini, menjaring dukungan masyarakat, propaganda media, termasuk merekrut preman, cendekiawan, dan pengusaha.
Tujuannya jelas; menjatuhkan kredibilitas Presiden Gus Dur melalui kasus Buloggate dan Bruneigate yang dinilai telah berjalan sesuai skenario. Fuad, dalam surat yang ditulis, meyakini kekuatan dan efek operasi tahap pertama sudah sesuai ekspektasi, sehingga menurut pandangannya harus ditingkatkan kepada pelaksanaan operasi jilid kedua yakni; memaksa Gus Dur mundur .
Dalam lampiran tersebut Azyumardi Azra disebut sebagai orang yang melakukan penggiringan opini publik dengan narasi-narasi yang mengarah pada pemojokan sosok Gus Dur sebagai Presiden RI yang gagal.
“Penggiringan opini publik oleh para tokoh dan cendekiawan atas kegagalan pemerintahan Gus Dur lewat tulisan di media massa yang dimobilisir langsung oleh Azumardi Azrha, Dr. Syahrir, dan rekan-rekan KAHMI telah mampu meyakinkan publik bahwa Gus Dur memang benar-benar gagal mengemban amanat reformasi,” tulis Surat yang dikirim Fuad Bawazir ke Akbar Tandjung pada 29 Januari 2001 itu.
Sumber: NUOnline
WargNet berkomentar.
Sementara dokumen bicara lain :) https://t.co/ERv3bkS4Oe— M.S. ALHAIDARY (@Haidary__) January 27, 2020