[PORTAL-ISLAM.ID] Surat kabar asal Singapura The Straits Times memberikan gelar kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai pemimpin terbaik di Asia tahun 2019, atas upayanya menyatukan Indonesia di tengah situasi sulit.
Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai penghargaan tersebut kurang tepat.
"Penghargaannya kan terkait pemersatu. Nah kalau di tataran pemersatu dalam hal elit-elit politik dalam membagi kekuasaan, itu bisa menjadi satu ukuran," kata Koordinator Aksi KontraS Feri Kusuma, saat dihubungi Tempo, Kamis, 5 November 2019.
Ia menilai Jokowi hanya berhasil menyatukan elit politik saat berhasil menjabat untuk periode pemerintahan 2019-2024. Bagi-bagi kursi bagi para pendukungnya, hingga masuknya Prabowo Subianto ke kabinet yang merupakan lawan di konstelasi Pilpres, menjadi patokannya.
"Ini kan penghargaan lebih ke kepiawaian berkarakter Pak Jokowi dalam menyelesaikan persoalan domestik di tingkat elit. Tak menyentuh grassroot-nya," kata dia.
Namun, jika melihat konteks secara lebih jauh, Feri menilai masih banyak masalah yang tak bisa diselesaikan Jokowi. Selama lima tahun menjabat di periode pertama, KontraS memandang Jokowi belum berhasil menjadi sosok pemersatu yang diharapkan.
"Pemersatu dalam artian lebih jauh, dalam hal bagaimana polarisasi di tengah masyarakat, kemudian diskriminasi, intoleransi, dan berbagai permasalahan hak asasi manusia, kami lihat masih jauh dari harapan," kata Feri.
Terima kasih. Ini kehormatan bukan untuk saya semata-mata, tapi untuk Indonesia. pic.twitter.com/01rskM4KTz— Joko Widodo (@jokowi) December 5, 2019
Bung Karno pernah mengatakan :— ranah.muara (@dffajwhr) December 5, 2019
"Seburuk buruknya pemimpin, ialah dicintai oleh dunia dan dibenci oleh rakyat nya sendiri. Sebaik-baiknya pemimpin adalah dicintai rakyat nya sendiri walaupun di benci oleh dunia".