[PORTAL-ISLAM.ID] Geger wacana dibukannya kran ekspor benih lobster menandakan, betapa negara kita LEMAH menghadapi penyelundup lobster. Lha kalau negara bisa menegakkan hukum, kan mustinya masalah penyelundupan diselesaikan dengan penegakkan hukum, ditangkap penyelundupnya dan diadili dengan hukum sebesar-besarnya. Bukan dengan cara membuka kran ekspor bibit lobster.
Ini baru Lobster bagaimaan dengan penyelundupan ikan yang sudah puluhan tahun terjadi dan kita juga seperti diam saja. Ikan2 kita diambil dengan kapal2 berbendera Indonesia, dan nanti ada kapal besar di tengah laut yg menampung kapal-kapal pengambil ikan berbendera Indonesia tadi. Dan wusss langsung pergi ke negara tujuan kapal besar penampung tadi, tanpa melalui pelabuhan kita.
Gak hanya ikan, penyelundundupan dengan istilah "kencing" di tengah laut ini juga terjadi di berbagai komoditas, termasuk kayu gelondongan, BBM dll.
Makanya Indonesia subur makmur dan kaya sumber daya alam, namun rakyatnya tetap miskin karena dicolongin terus dibawa keluar dan kita seperti negara yg TIDAK BERDAYA!!
Pertanyaan kita sebagai rakyat, kemana Polisi Air? Kemana Angkat Laut Kita? Kemana petugas dari Departemen Perhubungan kita yg di laut? Alasan pasti sama, kapal-kapal kita nggak bisa mengejar kapal-kapal para penadah di tengah laut! Lho mbok beli lho! Dari pada duit dihamburin utk bermacam-macam acara seremonial cobalah beli kapal pengejar yg canggih.
Kita sibuk dengan urusan jangan impor barang, namun di satu sisi potensi ekspor kita ngowos dicuri tetangga dekat dan tetangga jaun.
Coba Anda makan udang di Singapur atau Malaysia lho kok udangnya malah dari Thailand? Yg punya laut itu sopo? Masak Indonesia yg punya laut luas kok gak bisa udangnya menguasai Singapur dan Malysia yg tetangga banget?
Sebetulnya sebelum sibuk bangun Ibu Kota baru, lebih baik kita benahi dulu potensi-potensi kekayaan negara yg hilang, dimana hukum seperti tumpul utk menghajar para pencoleng.
By Naniek S Deyang
[fb/18-12-2019]