[PORTAL-ISLAM.ID] Tujuan Pengenalan Tagar Radikalisme dan Terorisme Islam
Perkembangan skema penghancuran dan pengendalian Islam di seluruh dunia (bagian dari tujuan New Age Movement) sungguh di luar dugaan para perancang tagar radikalisme dan terorisme Islam. Pengenalan dua kata tersebut sesungguhnya bertujuan untuk mendegradasi Islam, sebagai agama yang mengirimkan pesan perdamaian dan keselamatan kepada dunia. Bahkan kata Islam itu sendiri sudah mengandung pesan perdamaian dan keselamatan.
1. Islam berasal dari kata "salm" yang memiliki arti damai.
"Dan bila mereka condong kepada perdamaian, maka condong pulalah kalian kepada perdamaian dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (QS 8 : 61).
Kata "salm" dalam ayat di atas memiliki arti kata damai atau perdamaian. Ini merupakan salah satu makna dan ciri Islam, artinya Islam merupakan agama yang senantiasa mensyiarkan perdamaian kepada seluruh umat manusia, karena Islam diturunkan oleh Allah melalui Muhammad untuk umat manusia.
2. Islam berasal dari kata "aslama" yang berarti berpasrah diri.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an:
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya" (QS 4 : 125).
3. Islam berasal dari kata "salam" yang memiliki arti selamat atau sejahtera.
Berkata Ibrahim (Abraham) : "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku" (QS 19 : 47).
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa menuntun umat manusia kepada perdamaian, keselamatan dan kesejahteraan.
Kalau kita pahami dengan benar ulasan singkat di atas, tak nampak sekilas atau sekelebat pun bahwa kata "Islam" berkonotasi permusuhan ataupun kekerasan. Jadi sungguh sebuah kekonyolan luar biasa, kata radikalisme dan terorisme yang berkonotasi pembangkangan dan kekejaman disandingkan dengan kata Islam.
*Peristiwa Pemantik Tagar Radikalisme dan Terorisme Menjadi Kosa Kata Penggandeng Kata Islam*
Dunia tak akan pernah melupakan Peristiwa 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11, yang memakan korban tewas sejumlah 2.996 orang dan luka-luka sekitar 25 ribuan orang. Kerugian dalam bentuk nilai uang diperkirakan mencapai 10 Milyar $ US dan dalam bentuk kegiatan yang terkorbankan diperkirakan mencapai 123 Milyar $ US. Itulah peristiwa runtuhnya 2 Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York. Peristiwa besar yang tanggung jawabnya ditimpakan kepada Organisasi Al Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden, seorang Pejuang Afganistan binaan CIA yang pernah berjuang dalam pembebasan Afganistan dari penjajahan Uni Soviet (Rusia). Meskipun banyak ahli mempertanyakan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi, tuduhan tersebut tetap dilancarkan kepada Al Qaeda yang pada akhirnya dinisbatkan kepada Islam.
Beberapa kejanggalan yang sebenarnya sangat sederhana tak pernah terjawab oleh Pemerintah Amerika Serikat dan yang lebih penting lagi juga tak terjawab oleh akal sehat.
1. Bagaimana mungkin 4 pesawat komersil yaitu American Airlines Penerbangan 11, American Airlines Penerbangan 77, United Airlines Penerbangan 175 dan United Airlines Penerbangan 93 sekaligus bisa dibajak oleh 19 orang teroris bertampang Arab dalam waktu bersamaan, sementara penjagaan ketat di bandara-bandara Amerika sedang berlangsung akibat perseteruan Pemerintah Amerika Serikat dengan kelompok-kelompok yang mereka sebut teroris terutama Al Qaeda sendiri. Apalagi menurut CIA, mereka telah memantau kegiatan Al Qaeda jauh hari sebelumnya. Sesuatu yang sangat diragukan karena toh penyerangan tetap terjadi atau... CIA terlibat dalam serangan tersebut.
2. Bagaimana bisa keempat kelompok teroris dalam keempat pesawat dengan mudah secara serempak bisa menguasai pesawat yang artinya dengan mudah masuk ke kokpit pesawat tanpa perlawanan kecuali satu pesawat yaitu United Airlines Penerbangan 93 yang konon akibat perebutan kemudi pesawat, pesawat tersebut terjatuh di lapangan terbuka dekat Shanksville, Pennsylvania.
3. Bagaimana bisa ataukah memang kebetulan keempat pesawat mengalami penurunan jumlah penumpang yang signifikan secara bersamaan sehingga keempat pesawat bersangkutan memiliki kesamaan pula dalam pengendalian, yaitu kemudahan dalam menukik. American 11 bertolak dari Boston menuju Los Angeles hanya membawa 81 penumpang dari total kursi yang berjumlah 158 orang. American 77 bertolak dari Washington menuju Los Angeles hanya bermuatan 58 penumpang dari kapasitas 176 orang. United 175 hanya berisi 56 penumpang dari total 168 orang. United 93 berisi 37 penumpang dari total 168 orang. Semuanya jauh di bawah rata-rata penumpang komersial saat itu yaitu berkisar antara 60 % - sampai 80 %. Dan semua mengalami pembajakan dari kelompok yang sama untuk tujuan yang serupa.
4. Bagaimana bisa kedua tower runtuh dengan sempurna hanya akibat ditabrak 2 pesawat? Majalah sains Europhysics volume 47/4 Tahun 2016 melaporkan hasil penelitian bertajuk “15 Tahun Kemudian : Kajian Fisika di Balik Runtuhnya Bangunan Tinggi 9/11 atau runtuhnya Menara Kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 lalu"
Penulis penelitian ini adalah Steven Jones (profesor fisika Universitas Brigham Young), Robert Korol (profesor teknik sipil Universitas McMaster), Anthony Szamboti (insinyur konstruksi mesin di industri pelayaran), dan Ted Walter (arsitek dan insinyur penulis Kebenaran 9/11). Menurut mereka adalah sebuah kemustahilan, tiang baja bisa runtuh akibat kobaran api dan ini adalah satu-satunya kejadian di dunia yang menyangkut kebakaran meluluh-lantakkan sebuah gedung. Sepanas-panasnya api yang membakar baja pada ketinggian di atas 80 meter (kedua tower tingginya masing-masing 110 lantai), sangat tidak mungkin melelehkan baja yang jaraknya lebih dari 80 meter dari sumber api. Kalau anda menempa besi untuk membuat pedang, maka besi yang berpijar dan lunak hanya yang langsung terkena apinya. Besi yang dipegang (tentunya pakai sarung tangan non pengantar panas), tidak akan turut berpijar menyala, apalagi melunak.
5. Fakta yang tidak terungkap pula adalah turut runtuhnya Gedung 7 WTC bertiang baja berlantai 47 yang tidak ditabrak pesawat. Akibat tidak percayanya masyarakat Amerika pada hasil investigasi resmi NIST (Institut Standard Technologi Nasional) pada 2008 yang lalu, maka bermunculanlah lembaga independen yang melakukan studi penelitian sendiri meski akses mendapatkan barang bukti runtuhan dan kepingan pesawat tidak dibuka pemerintah (sesuatu yang menambah kecurigaan). Sebuah studi di tahun 2016 dari Chapman University of California, menemukan lebih dari separuh orang Amerika percaya bahwa pemerintah menyembunyikan informasi tentang serangan 9/11.
6. Banyak saksi hidup (sebagian diduga dibunuh) yang mendengar ledakan besar, sesaat sebelum Pesawat Kedua menabrak Gedung Kedua (Gedung Selatan) yang ditabrak 17 menit setelah Pesawat Pertama menabrakkan diri ke Gedung Pertama (Gedung Utara). Ledakan besar tersebut langsung diikuti tabrakan Pesawat Kedua ke Tower Kedua yang kemudian juga meruntuhkan tower tersebut. Ledakan besar apakah itu? Tak ada penelusuran yang dilakukan pemerintah atas terdengarnya ledakan besar bersangkutan, meski telah menjadi isu populer di masyarakat.
7. Kenapa Pemerintah AS tidak sigap dan waspada, sehingga Pesawat Kedua lolos tanpa halangan sedikit pun menabrakkan diri ke Gedung Kedua pada pukul 09.03, padahal ada jeda 17 menit setelah peristiwa tabrakan pertama pada pukul 08.46 pagi. Sesuatu yang tidak biasa dalam pengamanan pemerintahan AS yang selalu cepat tanggap (biasa dalam ukuran detik) dalam bereaksi mengantisipasi suatu peristiwa sabotase. Lebih parah lagi, penabrakan Pesawat Ketiga ke Gedung Pentagon terjadi pukul 09.30 tidak juga terelakkan, yang berarti jeda waktu yang sangat panjang dalam ukuran Amerika, yaitu 39 menit.
8. Ke mana 4 "black box" pesawat yang seharusnya bisa menjadi acuan untuk mengetahui apa yang terjadi pada keempat pesawat bersangkutan sesaat sebelum pesawat menabrak Gedung Kembar WTC? Termasuk juga untuk mengetahui kejadian proses pembajakan pesawat oleh keempat kelompok teroris yang masing-masing berjumlah 5 orang? Karena hal ini menimbulkan banyak tanda tanya termasuk pada poin 2 di atas. Sampai saat ini isi pembicaraan di dalam keempat "black box" yang dipastikan ditemukan itu, tidak pernah diberitakan kepada publik.
9. Terlalu banyak bila diungkapkan di sini, termasuk kejanggalan selamatnya 4.000-an pekerja Yahudi di WTC yang secara serentak tidak masuk kerja pada hari yang sama serta yang paling dipertanyakan adalah kejanggalan *tidak diperbolehkannya penyelidik independen turut menginvestigasi tragedi tersebut*. Karena ternyata banyak fakta yang terjadi sebelum tragedi menunjukkan bahwa pemerintahan Amerika Serikat dan Israel telah mengetahui akan terjadinya peristiwa tersebut.
Yang tak pernah terpikirkan adalah bahwa banyak orang cerdas Amerika merasa tersinggung dengan kejadian 9/11, karena merasa tragedi 9/11 yang begitu spektakuler tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang Arab yang mereka anggap masih barbar. Keberhasilan itu seperti melecehkan kecerdasan bangsa Amerika, karenanya mereka kemudian beramai-ramai melakukan penyelidikan sendiri-sendiri ataupun bersama. Kesimpulan yang didapat kini menjadi kepercayaan bagian terbesar rakyat Amerika, 9/11 adalah ciptaan orang Amerika sendiri (he he...).
Intinya adalah bahwa peristiwa tersebut dipersiapkan untuk menjadi *pemantik* Perang Suci Peradaban Melawan Islam (Huntington). Terbukti dengan telah dipersiapkannya dana sebesar total 6,4 Trilyun Dolar US untuk perang ini sampai tahun 2020.
"Sejak akhir 2001, Amerika Serikat telah menyetujui dan wajib menghabiskan sekitar USD 6,4 triliun sampai Tahun Anggaran 2020 dalam biaya anggaran terkait dan disebabkan oleh perang pasca-9/11," bunyi laporan yang dirilis Costs of War Project pada 13 November 2019 lalu seperti disitir dari Sputnik, Jumat (15/11/2019).
Lembaga yang berbasis di Brown University itu melanjutkan bahwa angka biaya itu terdiri dari sekitar USD 5,4 triliun alokasi dalam dolar saat perang peradaban dimulai dan tambahan minimum USD 1 triliun untuk kewajiban AS merawat para veteran perang ini selama beberapa dekade berikutnya. Sebuah studi terpisah yang diterbitkan pada hari yang sama oleh Costs of War Project melaporkan korban manusia dari perang itu telah mencapai antara 770 ribu dan 801 ribu orang di seluruh dunia, terbanyak di Timur Tengah. Barat bersama sekutu-sekutunya memang berhasil memporak-porandakan pusat peradaban Islam di Timur Tengah dengan menciptakan boneka-boneka teroris sejenis ISIS dan mengadu domba Islam Sunni dengan Syiah, tetapi Barat mungkin tak menyadari bahwa yang sesungguhnya terjadi dulu pun Islam berkembang bukan karena peperangan, tetapi lebih kepada pembebasan bangsa-bangsa dari cengkeraman Romawi dan Persia.
Apa yang Terjadi Saat Ini?
Di Amerika Serikat.
Mengutip pemberitaan Aljazira, Jumat (5/1) yang melihat data Pusat Penelitian Pew, tahun ini warga penganut agama Islam di AS mencapai 3,45 juta. Jumlah itu mewakili 1,1 persen total penduduk di Amerika. Salah satu periset Studi Pew Reseach, John Gramlich mengatakan, saat ini pertumbuhan umat muslim di AS terbilang sangat cepat.
John mengungkapkan, saat ini masih banyak masyarakat AS yang menentang Muslim, dan agama Yahudi masih menjadi kepercayaan terbesar kedua di AS. Namun, dia melanjutkan, jumlah itu akan berubah secara drastis dalam kurun waktu 22 tahun mendatang.
"Populasi Muslim akan tumbuh lebih cepat daripada populasi Yahudi di Amerika," kata John Gramlich melihat penelitian yang telah dilakukannya.
Hasil penelitian demografis yang dilakukan Pew, mengungkapkan bahwa pemeluk agama Islam di Amerika tumbuh sekitar 100 ribu setiap tahun. Hal yang didukung oleh pertambahan pemeluk baru dan tingkat kesuburan yang lebih tinggi dikalangan Muslim AS. John mengatakan, saat ini pemeluk agama Kristen masih mendominasi penduduk Amerika. Berdasarkan data, pemeluk kristiani mewakili 71 persen angka partisipasi di Amerika Serikat. John juga memprediksi, umat Muslim di Amerika pada 2050 akan terus tumbuh mencapai 8,1 juta penduduk.
Jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah sebanyak 74 persen sejak tahun 2000. Pada 2000, baru ada 1,209 masjid di seluruh negeri Paman Sam. Jumlah masjid meningkat menjadi 2.106 masjid pada 2010. Masjid besar telah dibangun di New York dengan jumlah total 257 masjid, California dengan 246 masjid, Texas dengan 166 masjid dan Florida dengan 118 masjid. Bagby menjelaskan, "Peningkatan jumlah masjid itu juga menambah Sumber keuangan masyarakat Muslim dan juga peningkatan jumlah warga Muslim di Amerika Serikat. ""
Di Eropah.
Kanselir Angela Merkel mengatakan bahwa Jerman telah gagal untuk memahami bagaimana imigran Muslim telah mengubah negara mereka dan harus menerima kenyataan bahwa jumlah masjid lebih banyak dari gereja di seluruh negeri, begitulah menurut harian Frankfurter Allgemeine Zeitung.
"Negara kita akan terus berubah, dan integrasi (proses pembauran) juga merupakan tugas bagi masyarakat dalam menghadapi imigran," kata Ms. Merkel. "Selama bertahun-tahun kita telah menipu diri sendiri tentang ini. Masjid, misalnya, akan menjadi bagian lebih menonjol dari kota-kota kita dibanding sebelumnya. "
Pernyataan Kanselir Jerman ini, yang dihadapkan pada kenyataan tak terbantahkan bahwa sekitar 5 juta rakyat Jerman (6,1 % penduduk) beragama Islam, mewakili pengakuan resmi pertama bahwa Jerman, seperti negara-negara Eropa lainnya, pada saatnya ditakdirkan akan menjadi benteng Islam.
Di pertengahan tahun 2016 tercatat sebanyak 5,7 juta warga Prancis beragama Islam (sekitar 8,8% dari total penduduk Prancis), tiga puluh persen di antaranya adalah anak usia 20 tahun ke bawah, yang berarti menjadi cikal bakal pertambahan penduduk Muslim mendatang. Rasio di Paris dan Marseille bahkan telah melonjak 45 %, sehingga data bahwa jumlah mesjid di Perancis Selatan, lebih banyak dari gereja bukan lagi fakta yang mencengangkan.
Situasi di Britania Raya menunjukkan kecenderungan yang sama. Dalam 30 tahun terakhir, populasi Muslim di sana telah meningkat dari 82.000 menjadi 2,5 juta. Saat ini, ada lebih dari 1000 masjid di seluruh Inggris dan banyak yang dikonversi dari gereja.
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni antara 21 - 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk. Kehidupan Muslim di Rusia saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan masa kekuasaan Komunis dahulu. Bahkan kini Sholat Iedul Fitri maupun Sholat Iedul Adha setiap tahun di Moskow, menjadi ajang pertunjukkan kebesaran kekuatan silaturahmi umat Islam Rusia. Dan sekaligus hal itu menjadi media dakwah (serangan senyap) luar biasa yang menarik perhatian rakyat Rusia untuk mengenal Islam lebih baik.
Di Belgia tak jauh berbeda, 50% dari bayi yang baru lahir adalah Muslim dan ditengarai penduduk Islamnya sudah lebih dari 25%.
Berita terbaru dari negeri Belanda, Jum"at tanggal 15 November 2019, telah dikumandangkan azan pertama di Kota Amsterdam (Ibukota Belanda) melalui pengeras suara saat Sholat Jum"at. Hal ini menunjukkan telah diterimanya agama Islam di hati masyarakat Amsterdam, Ibukota Belanda. Kini di seluruh Belanda terdapat sekitar 500 mesjid yang aktif dan 7 % di antaranya telah mengumandangkan azan melalui pengeras suara.
Warga muslim dipastikan belum merupakan mayoritas di Benua Eropa, rata-rata hanya 5% dari total populasi Benua Biru tersebut. Namun, di beberapa negara seperti Prancis dan Swedia, populasi muslim tercatat meningkat dengan pesat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, pertumbuhan mereka melesat hingga 2 kali lipat. Fenomena ini menjadi perhatian banyak pihak termasuk bagi politisi. Menanggapi hal ini, beberapa kebijakan politik dibuat berdasarkan isu-isu imigrasi, keberagaman, kesetaraan, dan hak asasi manusia..
Tren warga muslim di Eropah ini menunjukkan peningkatan yang sungguh signifikan dari tahun ke tahun. Menurut penelitian sejak tahun 2010, mereka bertumbuh 1% atau sekitar 6 juta orang setiap tahun. Diperkirakan pada tahun 2050, penduduk muslim akan mampu mencapai populasi 60 juta orang, sama dengan total penduduk Perancis saat ini.
Tahun 2016, rata-rata usia penduduk muslim adalah 30 tahun, sedangkan rata-rata usia penduduk Eropa adalah 43 tahun. Warga muslim rata-rata memiliki 2 anak dalam 1 keluarga, sementara warga non muslim hanya memiliki 1 anak saja dalam 1 keluarga. Dan bahkan banyak juga warga non muslim karena satu dan lain (salah satunya pengidap LGBT) yang enggan memiliki keluarga ataupun memiliki keluarga normal, sehingga secara pasti menutup pertumbuhan warga non muslim meski mungkin belum signifikan mempengaruhi pertumbuhan warga muslim secara total.
Meski migrasi merupakan faktor utama pertumbuhan penduduk muslim Eropah, faktor perpindahan agama ternyata juga mendukung pertumbuhan populasi muslim. Sejak tahun 2010, sebanyak 2,5 juta warga muslim masuk ke wilayah Eropa untuk mencari kehidupan baru. Dari angka tersebut, hanya 1,3 juta orang yang mendapat status warga negara tujuan. Sisanya, hanya menjadi pengungsi. Namun, pertumbuhan muslim dari negara Eropa yang berganti agama juga cukup nencengangkan. Setidaknya 160 ribu warga Eropah berganti agama menjadi Islam sejak 2010.
Semua fakta di atas menunjukkan bahwa *skenario penghancuran Islam melalui Isu Perang Terhadap Radikalisme dan Terorisme Islam* gagal total, walau pada awalnya sukses di Timur Tengah. Presiden Libya Muammar Kgadafy, salah satu korban fitnah 9/11, sebelum keruntuhannya akibat serangan Amerika dan sekutu Eropahnya, pernah menyatakan bahwa "Ada tanda-tanda Allah akan memberikan kemenangan kepada Islam di Eropa tanpa pedang, tanpa senjata, tanpa penaklukan. Kita tidak perlu teroris; kita tidak perlu pelaku bom bunuh diri, 50 juta Muslim lebih (di Eropa) akan mengubahnya menjadi benua Muslim dalam beberapa dekade."
Bagaimana di Indonesia?
Sesungguhnya sejak era Orde Baru, perang senyap terhadap Islam di Indonesia telah terjadi, dan pasti tidak terlepas dari peran Amerika Serikat melalui agen-agen yang dibina mereka saat para kolaborator itu menuntut ilmu di negara tersebut. Cukup signifikan ilmuwan-ilmuwan ataupun aparat-aparat militer cerdas yang mereka rekrut sebagai agen.
Setelah Era Reformasi, pertempuran senyap terhadap Islam semakin kental. Bahkan Pemerintah Amerika Serikat menggulirkan jutaan dolar untuk membantu aparat keamanan Indonesia, dengan dalih menghancurkan terorisme. Bukan hanya ke Indonesia, tetapi hampir ke seluruh negara-negara Islam seperti Mesir, Pakistan dan lain sebagainya. Kini Amerika mendapatkan sumber energi baru dengan masuknya China sebagai partner yang memiliki misi tak jauh berbeda. Kerjasama ini telah terbukti pada Pilpres 2014 dengan bantuan agen-agen mereka di Indonesia.
Dalam Pilpres 2019, meski masih berjalan, kerjasama tersebut ternyata tak semulus yang diharapkan. Karena masing-masing mulai menunjukkan ambisi yang selama ini dicoba untuk ditahan, mencuat bersama dengan kepentingan ekonomi yang tak mampu disembunyikan. Pertempuran menjadi *pertempuran segitiga* Amerika, China dan Indonesia (Islam). Tak mungkin senyap lagi, meski masih dicoba dengan berbisik.
Rezim ini dengan sangat transparan saat ini memerangi Islam dengan mendudukkan menteri-menteri yang anti Islam. Posisi paling menyolok dari jabatan strategis tersebut adalah mendudukkan seorang militer anti Islam di posisi Menteri Agama dan mendudukkan tokoh kapitalis liberal di Menteri Pendidikan. Sungguh posisi paling strategis untuk menghancurkan Islam melalui pendidikan. Tapi apakah akan efektif? Kita coba lihat.
Kondisi Pendidikan Islam di Indonesia.
Bila kita prediksi, dengan mendudukkan tokoh anti Islam di Menteri Pendidikan akan berhasil membonsai pendidikan Islam melalui sekolah-sekolah negeri, baik sejak jenjang paling dasar yaitu Sekolah Dasar sampai pendidikan tinggi yaitu Perguruan Tinggi, akan berhasil? Tunggu dulu. Meskipun pendidikan Islam, misalnya hanya akan berlangsung di luar sekolah-sekolah resmi pemerintah. Akan tetapi, tengoklah sekolah-sekolah non pemerintah tersebut, seberapa besar jumlahnya untuk mengimbangi sekolah-sekolah resmi pemerintah?
Kalau mengacu pada jumlah Pesantren NU di wilayah Jawa Timur saat inii yaitu berjumlah total 1.229 pesantren dengan jumlah terbesar berada di Kabupaten Malang yaitu sebanyak 239 pesantren, maka di wilayah Jawa Timur saja sudah terdidik setidaknya ratusan ribu kader-kader muslim baru yang akan turut mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Belum lagi bila kita hitung hasil pendidikan pesantren-pesantren NU di Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan 30 propinsi lain yang tersebar hampir merata.
Kita coba lihat lagi, berapa jumlah lembaga pendidikan di bawah ormas terbesar kedua, yaitu Muhammadiyah. Menurut data yang penulis peroleh melalui Google, data sekolah dan lembaga pendidikan di lingkungan Muhammadiyah saat ini adalah sebagai berikut :
Sekolah2 di lingkungan Muhammadiyah :
1. TK/TPQ 4.623
2. SD/MI 2.604
3. SMP/MTs 1.772
4. SMA/MA 1.141
5. Pondok
Pesantren 67
6. Perguruan
Tinggi 172
Ditambah dengan lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Persis, Al Wasliyah, Al Irsyad, PKS, dan ribuan yayasan-yayasan Islam yang mendirikan SDIT, SMPIT dan lain sebagainya, lengkaplah pertahanan Islam untuk menangkal serangan dari lawan-lawan mereka baik secara terbuka maupun tersembunyi. Jadi dengan Menteri Agama selevel Fahrul Razi dan Menteri Pendidikan sekelas Nadiem, "Islamic psywar" ini sudah bisa dipastikan, akan mengharu-biru kedua menteri "kebanyakan" bersangkutan. Belum lagi kader-kader alumni Pesantren Modern Gontor Ponorogo dan Pesantren Hidayatullah Kalimantan Timur dengan cabang-cabangnya di Bogor, Depok dan Batam (keduanya adalah Pesantren Non NU) yang banyak mendirikan Sekolah-Sekolah Tahfiz Qur"an, lengkaplah sudah kekuatan Islam untuk meluluh-lantakkan musuh-musuh Islam ke liang lahat.
Bagi umat Islam, tidak penting apakah 9/11 adalah karya Osama bin Laden atau karya Intelejen Amerika sendiri, yang pasti 9/11 adalah *terompet peperangan Barat terhadap Islam, dan Islam menjawabnya dengan terompet perdamaian melalui perlawanan senyap (dakwah) ke jantung pertahanan Barat sendiri*.
The end.
Al Qur"an 3-54 :
"Dan mereka (orang-orang kafir), membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu daya. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya"
Penulis: Indra Adil