[PORTAL-ISLAM.ID] Baca berita Jawa Pos, rada tergelitik dengan judulnya, "Pelacur Informasi Serang Novel Dengan Isu Soflens". Sebuah judul yang mengupas bagaimana tuduhan rekayasa penyiraman air keras ditujukan pada diri Novel Baswedan.
Mereka yang mempercayai ada rekayasa yang dilakukan oleh Novel pada kasusnya, dianggap sebagai Pelacur Informasi.
Kata Pelacur mungkin identik dengan wanita asusila seperti PSK. Kata pelacur memang membuat imajinasi kita berada pada satu point, yaitu PSK. Sebenarnya kata pelacur banyak mengandung makna didalamnya.
Pelacur ini bukan orang atau pelakunya, melainkan sebuah makna tentang aktifitas dan cara seseorang dalam kegiatannya. Namun, mengartikan kata pelacur bisa juga mengambil contoh pada PSK.
Pelacur adalah orang yang mendustai hati nuraninya, pelacur adalah orang yang mendustai kebenaran, pelacur adalah orang yang berorientasi atas kepuasannya dalam mencapai tujuan.
Bisa dikatakan, pelacur adalah orang yang menjual harga dirinya untuk mencapai sesuatu yang ia harapkan.
Pelacur cinta, adalah orang yang mendustai rasa cinta itu sendiri. Pelacur politik, adalah orang yang menjual idialisme politiknya demi mencapai apa yang ia inginkan. Pelacur hukum, adalah orang yang menjadikan hukum untuk memperlihatkan kekuasaannya.
Lalu bagaimana dengan Pelacur Informasi?
Pelacur Informasi adalah mereka yang mendustai sebuah kebenaran informasi dan membelokkannya menjadi informasi dusta demi memuaskan tuduhannya.
Pelacur informasi adalah bibit awal dari penyebaran hoax. Mereka bisa memainkan opini dusta, sebagai dasar pergerakannya. Kasus Novel adalah bukti bagaimana sebuah kebenaran, bisa dibelokkan dengan opini sampah yang berujung tuduhan.
Sudah ada keterangan dari rumah sakit, sudah ada hasil dari tim pecari fakta kepolisian, dan sudah ada pernyataan dari pihak-pihak yang berwenang menyatakan bahwa penyiraman itu benar. Pernyataan mereka secara tertulis maupun lisan berdasarkan data dan fakta yang ada.
Informasi fakta itu, mereka belokkan dengan opini dangkal dengan tuduhan rekayasa. Dengan kemampuan investigasi ala penonton FTV, mereka tuliskan temuan itu dengan alibi kerusakan mata yang bisa berpindah dan adanya pemasangan soflen.
Seorang pengacara ternama yang terlibat debat dengan salah satu pelapor di stasiun TV, menuliskan kesannya ketika selesai acara.
"Gila..!!, 5 tahun kuliah hukum, 4 tahun ambil S2 di AS, dan ratusan kasus yang saya selesaikan seperti percuma saat menghadapi tudingan dia."
Seorang pengacara hebatpun akan geleng-geleng kepala mendengar alibi mereka yang mengatakan bahwa kasus Novel adalah rekayasa Novel sendiri.
Bagi pelacur informasi, berita benar adalah sebuah lawan yang harus dihabisi. Jangan tanya malu pada mereka, karena saat memutuskan menjadi pelacur, rasa malu itu sudah mereka kuburkan bersama harga dirinya.
Begitulah sifat pelacur
Periksa diri sendiri, selama ini sudah sejauh apa informasi yang kita sebarkan menuju arah yang benar? Jika masih opini, jangan paksakan hal itu membunuh fakta yang ada. Jika tidak ada aturannya, jangan jadikan sebuah cerita menutupi kebenaran yang ada.
Informasi akan rusak ketika rasa benci mengiringinya.
"Bukankah begitu, Marimar...?"
👌
(By Iwan Baloe)