Orang Sumbar Gandrung Ide Pembaharuan
Oleh: Erizal
Bertepatan dengan Hari Pahlawan, Minggu, 10 November 2019, M. Yasin dan saya (Erizal) ditunjuk sebagai Ketua dan Sekretaris, Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Sumatera Barat.
Prosesi penunjukan dilakukan di Jakarta, tepatnya di Hotel Park Regis Arion, Jalan Kemang Raya no 7, Jakarta Selatan. Ditunjuk langsung oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, yakni M. Anis Matta.
Tak banyak yang kami lakukan pasca penunjukan itu. Saya menunda kepulangan sehari untuk bertemu khusus dengan Fahri Hamzah, yang nota bene Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, dan Andi Rahmat, teman yang akhirnya mengambil jalur sebagai pengusaha. Sekadar urun rembug saja, tukar tambah gagasan sebagai penguatan.
Tentu, ucapan selamat mengalir dari mana-mana. Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya; telepon, japri lewat WA menyatakan ingin bergabung dan lain-lain. Semua sungguh membantu, membesarkan hati, sekaligus menjadi tantangan, bahwa ini memang tak main-main.
Di Sumbar, saya bukanlah orang baru. Bukan bermaksud apa-apa, saya memang relatif mengerti dengan perpolitikan di Sumbar. Dua puluhan tahun sebagai penulis aktif di koran lokal, rasanya lebih dari cukup untuk mengerti perpolitikan di sini.
Tak ada orang hebat di sini. Rata-rata air saja. Didulukan selangkah, ditinggikan seranting. Kok bagak, orang tak akan melawan, kok santiang, orang tak akan batanyo, kok kayo, orang tak akan maminta. Begitulah.
Bersama M. Yasin, saya sepakat. Kami tak akan buru-buru. Kami memilih mempersiapkan struktur partai sebagai persyaratan, agar Partai Gelora Indonesia, bisa lolos verifikasi di Menkumham, KPU, dan seterusnya. Kami terus mempersiapkan struktur hingga ke tingkat DPC, bahkan kalau bisa, lebih bawah lagi dari itu.
Satu hal yang saya yakini sejak lama, bahwa orang Sumbar itu sangat gandrung dengan ide-ide pembaharuan. Muhammadiyah boleh lahir di Yogyakarta, tapi ia berkembang pesat di sini. Dan dalam catatan saya, setidaknya sudah 4 episode golongan pembaharuan hadir di sini dengan segala dinamikanya. Mulai dari Haji Miskin dkk, Haji Khatib Al-Minangkabau, Haji Rasul (Ayah Hamka), hingga generasi Hamka sendiri, hingga sekarang.
Adalah Gelora Indonesia sebuah ide pembaharuan tentang Indonesia masa depan. Dengan segala potensinya, mestinya Indonesia bisa menjadi lima kekuatan terbesar di dunia. Dan bukan suatu kebetulan, bahwa ide tentang Indonesia sejak awal merdeka, banyak disumbang oleh tokoh-tokoh pergerakan yang berasal dari daerah ini. Mulai dari M. Yamin, Tan Malaka, Syahrir, M. Hatta, hingga M. Natsir.
Karena itu, Gelora Indonesia tak akan terlalu sulit untuk diterima dengan tangan terbuka di daerah ini. Apalagi selama beberapa dekade ini, Sumbar hanya mengalami rutinitas saja di banyak sektor. Rutinitas itu pun, banyak yang tersendat-sendat, sehingga stagnasi tak bisa dihindari dari masa ke masa.
(15/11/2019)