Fahri, Diamlah!
Fahri Hamzah itu banyak ngomong. Jadi wajar kalau dia rentan salah ngomong. Sebagaimana pembalap, wajar kalau ia rentan kecelakaan. Sebagaimana penerbang, wajar kalau ia rentan terjatuh. Sebagaimana pelayar, wajar kalau ia rentan tenggelam. Beda dengan mereka yang tidak pernah ngomong, gimana akan salah omong, lha ngomong aja tidak!
Orang semakin banyak ngomong, semakin besar kemungkinan salahnya. Orang jarang ngomong, kemungkinan salahnya, pun tidak banyak.
Maka, terkait dengan kesalahan Fahri kali ini, saya sepakat bahwa Fahri harus dihantam! Ke depan Fahri harus lebih hati-hati. Menghindari kesalahan ngomong, bukan hanya karena secara normatif memang salah. Tapi memperhatikan sangkaan orang awam, itu juga penting.
Terkait Ahok, orang ini sudah selesai! Di mata banyak orang, Ahok adalah comberan yang tidak mungkin lagi dijernihkan. Ahok pernah menjadi musuh nomer satu ummat Islam Indonesia. Kecuali sekedar penjara yang tak sampai dua tahun itu, sampai sekarang Ahok tidak pernah melakukan upaya damai dengan kita. Jadi, memberikan pembelaan pada Ahok, sama saja sengaja membiarkan diri dilempari berbagai kotoran.
Dan itulah yang terjadi. Ada banyak orang yang menghujat Fahri. Terlebih lagi (sebagian) kader-kader PKS, yang memang telah memposisikan Fahri Hamzah sebagai musuh nomer satu. Fahri dianggap jahat. Bahkan lebih jahat dari Ahok sendiri. Sebab cibiran dan makian kader-kader PKS kepada Fahri jauh lebih sadis, daripada hujatan mereka kepada Ahok.
Bahkan terkait sobeknya mulut Ahok yang telah melecehkan Al Maidah 51, awalnya PKS malah menganggap Ahok seperti tidak bersalah. Makanya mereka enggan terlibat pada Aksi 411. Baru ketika gelombang ummat sudah menggelora, akhirnya mereka ambil bagian pada Aksi 212.
Fahri memberikan penjelasan, bahwa seorang mantan narapidana sudah bukan lagi narapidana. Pun, pasal 27 UUD menjamin bahwa semua warga Negara mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum. Dan ini adalah pondasi seluruh regulasi anti diskriminasi di Indonesia. Maka, dalam konteks itulah menurut Fahri, Ahok pun berhak menduduki jabatan di BUMN.
Tapi Fahri memberikan catatan, agar Pemerintah (Menteri BUMN) memberikan penjelasan tentang latar belakang penunjukan Ahok, serta memastikan bahwa pada penunjukan tersebut tidak ada hukum yang dilanggar.
Terkait alasan normatif seperti itu, mudah sebenarnya memahami maksud Fahri. Orang ini memang selalu mendahulukan kebenaran hukum dan aturan Negara yang semestinya. Walau kebenaran yang digenggamnya itu adalah hal yang tidak populer. Walau untuk itu, ia harus menangguk cacian.
Tapi, terkait pendapat Fahri yang menyebut beberapa BUMN memerlukan orang keras seperti Ahok, yang ini Fahri salah! Fahri mengada-ada. Keras boleh, tapi bukan caci maki hanum seperti yang diperagakan Ahok waktu jadi gubernur DKI periode lalu.
Sebagai mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan telah memberikan kesaksiannya, bahwa BUMN tidak akan bisa maju kalau hebohnya lebih besar daripada kerjanya. Sebab kehebohan, sebagaimana gaya Ahok selama ini hanyalah memperlihatkan hasil di permukaan saja. Itu pun hanya jangka pendek!
Lebih jauh lagi, Pak Dahlan mempertanyakan, “Apakah Ahok itu orang yang berprestasi?” Tidak hanya itu, tanya berlanjut, “Bagaimana kalau ada penilaian Ahok itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan?”
Sehingga karena prestasi Ahok tidak jelas, ditambah lagi dengan gaya heboh dan cacimakinya, maka menurut Dahlan Islan, menempatkan Ahok sebagai pejabat BUMN adalah suatu perjudian!
Jadi, memberikan dukungan kepada Ahok untuk menjadi pejabat di BUMN atau jabatan apapun semata hanya karena keabsahan hukum, adalah blunder besar seorang Fahri Hamzah. Terlebih pada saat-saat ia sedang berkutat membidani kelahiran Partai Gelora. Saran saya, untuk saat ini sebaiknya Fahri menghindari pernyataan-pernyataan kontroversi. Atau kalau tidak, lebih baik Fahri diam dulu!
Orang banyak omong, sekali-kali puasa ngomong itu sangat baik. Sebagaimana orang banyak makan, pada waktu-waktu tertentu ia dituntut untuk berpuasa. Agar perutnya kembali sehat. Agar pikirannya kembali jernih. Agar hatinya kembali bening.
By Abrar Rifai
(Gelora Malang)
[Video - Pernyataan Fahri tentang Ahok BUMN]
Saksikan videonya daripada ribet menafsirkan potongan kalimat media online— Raja Purwa (@R4jaPurwa) November 19, 2019
Pro Kontra Gelanggang Baru Ahok @Fahrihamzah - AIMAN
link https://t.co/pzz9DX0A7j
Setelah disaksikan dan disimak seutuhnya baru silakan berkomentar! pic.twitter.com/pUX8lFPWrt
Jika seorang warga negara divonis bersalah, lalu negara menahannya menjadi narapidana dan ia menjalankannya sampai selesai, maka ia kembali menjadi #warganegara biasa. Inilah konsep negara hukum yg akan kita bangun. Kita tak mengenal hukuman tambahan apalagi seumur hidup.
— #ArahBaru2019 (@Fahrihamzah) November 19, 2019
Meski punya hak, Kalau saya jadi Ahok dalam situasi begini, mending jadi pengusaha besar...sama saja, itu bisa bantu negara juga. https://t.co/YRH3ElNjTS
— #ArahBaru2019 (@Fahrihamzah) November 19, 2019