Fahri, Hari Ulang tahun dan Partai Barunya
By: Iyut "@kafiradikal"
(aktivis buruh, pegiat lintas iman)
Sedikit bercerita tentang Fahri Hamzah, pertama kali berkenalan dengan Fahri Hamzah sekitar tahun 2012 melalui sebuah media social. Saat itu tiba-tiba muncul notifikasi di layar laptop seseorang yang lama saya ikuti di twitter mem-followback. “Wow Fahri Hamzah yang jadi common enemy mengikuti saya yang bukan siapa-siapa”.
Tak berhenti sampai di situ, bermodalkan kesamaan pendapat tentang KPK yang saat itu sedang gencar-gencarnya ingin ia bubarkan aku memberanikan diri mengirim dirrect message sekedar menyapa. Di luar dugaan ia menjawab lalu kami bertukar PIN social media yang saat itu sedang in sebagai alat komunikasi.
Kesamaan visi tentang KPK membuat saya makin intens mengikuti pemikirannya. Di balik pemikiran-pemikirannya yang diutarakan secara lugas, terbersit rasa kagum karena ia berani menyampaikan pendapat-pendapat meski harus berlawanan dengan cara berpikir seluruh manusia yang terdaftar sebagai Warga Negara Indonesia.
Konsistensi dan keberaniannya membawa dia menduduki jabatan strategis di Senayan sebagai Pimpinan DPR. Saat menjadi Pimpinan DPR itulah pemikirannya makin membuat saya terkagum. Sebagai seorang Legislator, kritik-kritik tajamnya menghias layar kaca, hinggap dalam berbagai media digital dan memenuhi lini masa media sosial yang saya ikuti.
Dia fasih berbicara mulai dari Panggung Paripurna, Mimbar Masjid, Mimbar Demokrasi hingga Mikropon Komedi. Isi kepalanya mampu didistribusikan dengan baik mulai dari tema agama, hukum, demokrasi hingga sekedar tema-tema ringan dalam berbagai acara televisi.
Surat Pemecatan yang ia terima dari sebuah partai membuat dia berusaha mempertahankan hak dan eksistensinya dalam panggung politik. Eksistensinya di luar parlemen ia pertajam melalui forum-forum diskusi yang rutin ia datangi. Pawai kebangsaan, Ngopi bareng, mendirikan ormas Garbi dan belakangan setelah pensiun ia mengumumkan akan mendirikan sebuah partai melalui teaser photo dan gambar-gambar yang ia unggah di Twitter.
Mendirikan Partai? Sebagai orang yang mengikuti pemikirannya melalui berbagai media dan buku-buku yang dia terbitkan, muncul pertanyaan-pertanyaan tentang Partai yang akan dia deklarasikan dalam waktu dekat.
Platform Partai seperti apa yang akan dia bangun, Segmen Market, Ideologi sampai tujuan Partai belum terjawab.
Selama pemikiran-pemikirannya mengudara ada sesuatu yang menarik dari seorang Fahri Hamzah. Lahir dan dibesarkan oleh sebuah Partai politik yang lekat dengan agama, ia tumbuh menjadi anomali. Dia lebih banyak berbicara tentang kebebasan dan hak individu dibanding model politisi partai lamanya yang banyak bercerita dalil-dalil dengan pemilihan diksi-diksi maupun terminologi Agama.
Jika Fahri Hamzah menjadi “faktor” dalam partai baru yang ia akan dirikan, berdasarkan pemikiran yang sering dikemukakannya maka model ideologi partai yang cocok untuk dia besarkan adalah partai berasaskan nasionalis terbuka. Fahri yang besar dalam ruang lingkup partai agama telah berhasil keluar dari ceruk pemilihnya dan berhasil mewakili berlapis kalangan melalui perspektif demokrasi, kebebasan dan hak individu yang terus menerus menjadi tema pembicaraannya.
Konsensual DPR tentang revisi UU KPK yang berhasil gol pada menit-menit terakhir masa jabatannya adalah legacy Fahri paling penting sebagai resultan dari buah pikir, keberanian dan konsistensi mengkritisi KPK.
Jika Fahri Hamzah benar-benar menjadi faktor dalam tubuh partai barunya, dia harus menjadi orang yang memimpin Partai Gelora. Di tangan dia Partai tersebut diprediksi bisa lebih membumi karena Fahri jauh dari isu primordial, tak selalu menggunakan dalil-dalil alkitabiah dan konsisten dengan pilihan monogami yang seolah lama melekat di lingkungan lamanya.
Modal keberanian dan integritas yang menumbuhkan konsistensi akan jadi modal utama dia memimpin Partai Gelora. Intelektualitas yang ia peroleh dari ketekunan membaca akan mempercepat pencapaian tujuan bernegara seperti yang sering dia kemukakan terlebih dia menjadi seorang Congressman yang khatam pada ayat-ayat konstitusi.
Pengalaman bekerja di DPR pada berbagai komisi seperti BUMN, komisi hukum sampai dengan Pimpinan yang mengkoordinasi bidang Kesra kelak akan menjadi bekal dan melengkapi bakat kepemimpinannya di Gelora.
Salah satu kelebihan yang langsung saya rasakan adalah sikap humble dalam bergaul. Dia tak memandang dengan siapa berinteraksi, dia menjawab langsung, bersedia dikritik dan mudah ditemui karena tak nampak barrier protokoler yang menjadi ciri khas Pejabat dan Tokoh Elit.
Pada akhirnya, mengucapkan selamat kepada Fahri Hamzah yang pada hari ini, bertepatan dengan ulang tahunnya ke-48 dikabarkan akan mendeklarasikan partai baru bernama Partai Gelora.
Semoga partai yang akan dia bangun menjadi partai yang memberikan diferensiasi terhadap partai lain yang telah lebih dulu eksis, partai yang mampu memberikan warna, harapan dan visi yang baru. Kalau tidak, untuk apa mendirikan partai baru? Akankah Partai Gelora sama dengan Fahri Hamzah sebagaimana dulu dia menjadi ikon dan representasi PKS?
Selamat ulang tahun, selamat berjuang, selamat bekerja menggapai cita-cita!
10 November 2019