SINGA SENAYAN
Oleh: Setiawan Budi*
Senayan, tempatnya legislatif mengabdi. Di gedung seperti kura-kura itu, legislatif bekerja dengan berbagai cara.
Seorang Fahri, dalam beberapa periode ia menjabat sebagai legislatif telah meninggalkan banyan jejak. Keberadaannya, membuat gedung parlement menjadi menarik. Selama menjabat, ia bukanlah wakil rakyat seperti dalam lagu Iwan Fals.
Tidak ada nyanyian setuju yang keluar dari mulutnya dengan mata terpejam.
Walau oposisi, Fahri mempunyai gaya dalam bersuara. Walau kerap kalah dalam voting, ia mempunya cara memberi tau pada publik bagaimana putusan di ambil dan bagaimana sikap ia atas kebijakan pemerintah yang di gol kan parlemen.
Singa senayan..
Itu julukannya. Bersama Fadli Zon, duo F ini sukses mengacak-acak gedung parlement dengan komentar pedasnya. Fahri yang akhirnya menjadi independet setelah konflik di partainya dahulu. Berdiri secara merdeka, gak membuat Fahri mati Gaya. Tetap keras dan bertahan di pendapatnya.
Kontroversial Fahri ketika meminta KPK di bubarkan. Ada emosi dan luapan kemarahan karena KPK hanya memilih lawan untuk kasus yang di ungkap. Anggaran besar KPK di anggapnya percuma ketika KPK hanya menjadi alat pembungkaman pada pihak yang melawan penguasa.
Fahri seorang yang konsisten dengan pendapatnya. Tidak akan goyah dengan ancaman atau rayuan. Setiap pertentangan, dia siap tampil menjelaskan dan beradu pandangan.
Dia konsisten dalam menilai KPK dan setuju revisi UU KPK, walau saya yakin ada pasal dalam revisi itu yang tidak sesuai dengan keinginan dia. Fahri mendapatkan pertentangan dan lawan, namun Fahri berani melawan arus pencitraan.
Gak banyak anggota dewan yang bersikap layaknya Fahri. Ketegasannya membuat dirinya menjadi incaran, berbagai cara dicari agar Fahri bisa dilemahkan. Tapi, dia bersih. Tidak terbeban, dan tidak ada hutang pada kekuasaan.
Dari 10 keistimewaan Fahri, ada 1 yang tidak saya suka. Selebihnya saya hormat pada dirinya.
Sekarang, singa senayan itu pergi membawa kenangannya.
Esok tidak ada lagi auman singa dalam senayan, esok tidak ada lagi ketegasan pada anggota dewan seperti yang ia contohkan. Bayangan parlement esok, adalah parade lomba tidur kala bersidang. Baru di lantik, separuh anggota tidak hadir saat sidang perdana. Ini cermin bagaimana kerja mereka 5 tahun ke depan.
Jika ada yang menganggap DPR kemarin buruk, yakinlah yang kali ini lebih buruk lagi. Seorang Fahri tidak akan terlahir kembali di gedung itu. Seorang Fahri hanya akan terulang ketika ia kembali datang ke senayan.
Thanx Fahri, sudah memberi arti selama ini.
Pertama masuk DPR berbadan kurus, keluar DPR berbadan tambun. Ada perubahan pada penampakan, tapi gak ada yang berubah dengan pemikiran.
Fahri akan tetap berdiri dengan pandangannya, siap melawan dengan argument atas penilaiannya. Walau akhir ini berbeda pandangan atas komentarnya, secara keseluruhan saya angkat topi atas perjuangan Fahri selama mengabdi di senayan.
Good job Fahri..
(05/10/2019)
[fb]
SINGA SENAYAN ... Senayan, tempatnya legislatif mengabdi. Di gedung seperti kura-kura itu, legislatif bekerja dengan...
Dikirim oleh Setiawan Budi pada Jumat, 04 Oktober 2019