[PORTAL-ISLAM.ID] Pasca pelantikan Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden Ahad, 20 Oktober 2019 lalu, pergerakkan politik di Indonesia terlihat sangat dinamis.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai isu yang mencuat maupun gerakan lobi-lobi langsung dari parpol. Semua mengarah pada satu hal, yakni posisi kursi menteri di kabinet Jokowi.
Salah satu contohnya ialah Partai Gerindra yang membuat sebuah manuver mengejutkan bagi beberapa pihak, yaitu dengan merapat pada Jokowi. Bahkan baru-baru ini ramai dikabarkan Ketua Umum Gerindra sekaligus lawan politik Jokowi di pilpres 2019 lalu, Prabowo Subianto akan menjabat menjadi Menteri Pertahanan.
Menanggapi kabar tersebut, para relawan Jokowi bereaksi keras. Mereka tak rela Prabowo menduduki jabatan strategis dalam kabinet sebagai Menteri Pertahanan.
Tidak mengejutkan sebetulnya, mengingat dinamisnya pergerakan politik. Yang dulu kawan bisa jadi lawan, sebaliknya, yang dulu lawan juga bisa jadi kawan. Jika benar Prabowo menduduki kursi sebagai Menteri Pertahanan seperti yang ramai dikabarkan, bisa jadi hal ini merupakan upaya Jokowi merangkul kekuatan oposisi yang selama ini nampak solid di bawah koalisi Gerindra-PKS.
Pertarungan oposisi versus rezim pemerintah sejak periode pertama jabatan Jokowi sebagai presiden terus menajam hingga memasuki periode kedua. Maka Jokowi memang perlu mengambil jurus win-win solution dan merangkul musuh sedekat mungkin, "Keep your friend close, but your enemy closer." Namun Jokowi perlu mengingat dan mempertimbangkan berpalingnya para pendukung setianya jika memilih dan mengangkat Prabowo sebagai Menhan. Prabowo memang sebuah dilema besar bagi Jokowi. Memeluk Prabowo bisa berarti kehilangan suara pendukung setia, namun membiarkan Prabowo tetap memimpin oposisi jelas akan sangat tidak menguntungkan bagi Jokowi.
Jika Jokowi memang ingin menggerus oposisi dan mengukuhkan diri sebagai presiden yang tak tunduk dan bisa diatur-atur oleh relawannya maka Jokowi tak perlu takut untuk memilih dan mengangkat siapapun menjadi menteri, termasuk memilih dan mengangkat Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
Persoalannya, beranikah Jokowi?
[*]