Politik DPR ke Depan?
Oleh: Erizal
Hampir separuh ketidakhadiran anggota DPR yang baru saja dilantik 1 Oktober kemarin, menanda politik DPR ke depan tak lagi menarik. Bukan soal malas atau rajin, disiplin atau tak disiplin. Yang tak hadir malas atau tak disiplin, sementara yang hadir rajin atau disiplin. Bukan, sama sekali bukan.
Bisa jadi yang tak hadir itu justru yang lebih hebat dan efektif. Buat apa hadir, kalau semua hasil atau keputusan sudah diketahui. Justru, yang hadir itu yang memang tak ada kerjaan. Hanya buang-buang waktu saja. Sudah jelas hasil atau keputusannya, masih saja ongkang-ongkang kaki, duduk di kursi empuk itu.
Mungkin kebanyakan orang baru. Masih butuh belajar, membaca situasi, mematut-matut diri bahwa ia memang pantas mewakili rakyatnya. Sementara orang lama yang sudah tahu betul permainan langsung menyimpulkan bahwa ini sudah selesai. Bahkan, setelah dilantik semua tak perlu lagi hadir menyaksikan dagelan yang memang sudah selesai, sejak awal.
Agak anomali memang, elitenya (wakil rakyat) pada rukun semua sementara rakyatnya sendiri di mana-mana sedang menjerit. Belum lama, persis di luar gedung anggota DPR itu, rakyat lantang bersuara di tengah terik panas, peluh yang tak sempat mengering, sementara dalam gedung sendiri tak banyak yang dipersoalkan.
Entah akan seperti apa nantinya politik DPR dengan awalan yang seperti ini? Apakah akan terus dengan pola "bagi-bagi" ini? Atau, akan muncul pola baru yang lebih berpihak kepada nasib rakyat tak kunjung membaik? Publik layak curiga dengan suasana adem-ayem ini. Bisa jadi, bakal ada saja yang hilang dan negara-bangsa ini bakal rugi serugi-ruginya rugi.
__
*Foto: Sejumlah anggota dewan berselebrasi dengan berswafoto bersama Puan Maharani setelah pelantikan, 1 Oktober 2019. TEMPO/M Taufan Rengganis.