Hiburan Ini akan Berlalu
Menjelang pengumuman kabinet Jokowi-Ma'ruf, perkenalan menteri-menterinya, menurut saya lumayan menghibur. Belum lagi ditingkahi pengamat yang nangkring di studio televisi yang lagi sibuk ber-"breaking news".
Dibanding periode sebelumnya, termasuk masa SBY-Boediono maupun SBY-JK, pengumuman kabinet kali ini, entah kenapa bisa saya katakan menghibur? Mungkin secara politik, kita telah terlalu lama, jauh dari hiburan.
Ternyata, Pak Jokowi bisa juga menghibur. Bayangan saya, hari Senin yang dijanjikan buat memperkenalkan menteri-menterinya, Pak Jokowi yang didampingi KH. Ma'ruf, akan membacakan menteri-menterinya, satu satu.
Ternyata, saya salah. Tiba-tiba, Pak Mahfud MD datang dengan langkah pasti dibarengi senyum yang tak putus-putus, sambil melambaikan tangan ke arah wartawan. Terhibur betul saya dengan gaya Pak Mahfud ini, datang ke Istana.
Lalu, datang lagi seorang perempuan yang setelannya mirip Pak Mahfud, hitam-putih, yang kemudian saya tahu namanya Tetty Paruntu. Berturut-turut, hingga kedatangan Pak Prabowo dengan gaya dan setelan agak berbeda. Waw.
Ini puncak hiburan pada hari itu. Orang bilang, ini kejutan. Bukan. Ini bagi saya, hiburan politik yang paling menyenangkan. Saya terpingkal-pingkal menyaksikan kedatangan Pak Prabowo ke Istana. Bukan apa-apa, geli-geli senang saja.
Pak Prabowo luar biasa, Pak Jokowi juga. Ibu Tetty dikabarkan tak jadi ketemu Pak Jokowi. Selalu ada begitu. Tapi jangan dibawa ke dalam hati. Biasa saja. Bakal ada hiburan lain, ternyata tidak. Pak Jokowi tak sedang buru-buru. Santai.
Besoknya juga begitu. Masih ada yang datang ke Istana dengan wajah gembira. Kira-kira mirip Pak Mahfud yang datang pertama, walau coba dibiasakan saja, tapi tak bisa menyembunyikan kegembiraan di wajah mereka. Mungkin begitu esensi dari wajah penerima kuasa sebenarnya.
Sedih, takut, menerima amanah? Tak tercermin dari wajah-wajah kemarin. Justru yang belum kebagian, terlihat murung, bahkan ada yang marah-marah karena merasa sudah dikhianati. Pokoknya, kemarin itu, hari tanpa kebohongan. Karena itu, menghibur dan membuat gembira.
Pengamat yang mengomentari prosesi itu juga lumayan menghibur. Ada yang jurusnya setiap saat soal KPK saja. KPK tak dilibatkan, dan lain-lain. Itu terus ukurannya. Entah kenapa begitu? Padahal kalau KPK libatkan hiburan bisa jadi akan diinterupsi setiap saat. Tak ada enaknya.
Agaknya dia belum move on dengan kenyataan yang ada. Tapi, itu tetap saja dapat menghibur. Memang, hiburan ini akan segera berlalu. Pasti tak akan bisa terus-terusan begini. Karena luka masa lalu dan tantangan masa depan, tak bisa dijadikan hiburan belaka. Itu semua riil harus dihadapi, tak bisa ditutupi.
23/10/2019
Oleh: Erizal