[PORTAL-ISLAM.ID] Kadang saya kepikiran. Kita menyuarakan kebenaran. Sampai harus ribut, dimaki-maki di media sosial, diintai pasal-pasal karet yang kalau lagi apes bisa masuk jeruji besi.
Sebenarnya untuk siapa...?
Yang memaki-maki kita justru rakyat miskin yang kehidupannya kian sulit. Kita perduli nasib mereka. Tapi mereka malah membenci dan memaki-maki kita. Mereka pecinta buta. Mendukung mati-matian rezim Penguasa. Tapi setiap hari kebingungan kalau mau makan atau belanja beras mesti ngutang diwarung yang mana?
Kita mengkritik usulan kenaikan iuran BPJS misalnya. Bukan karena kita tidak mampu membayarnya. Justru karena kita kasihan dengan nasib sebagian saudara-saudara kita yang masih sangat sulit ekonominya. Iuran BPJS saja tidak naik, mereka sudah menunggak. Apalagi kalau dinaikkan dua kali lipat.
Tapi sekali lagi, orang-orang yang menunggak BPJS bahkan yang iurannya gratis karena masuk kategori rakyat miskin yang lebih sadis memaki-maki kita.
Kita ribut menagih sepuluh juta lapangan kerja. Tapi gerombolan rakyat melarat malah memaki-maki kita sebagai rakyat pemalas. Padahal kita semua punya usaha dan bisnis masing-masing. Justru mereka yang pengangguran atau bekerja dengan gaji yang cuma cukup buat makan. Aneh. Jujur saja, saya mulai menyerah perduli dengan nasib mereka.
Saya pikir, sudahlah.
Biarkan saja iuran BPJS naik.
Biarkan saja TDL naik.
Biarkan saja BBM naik.
Biarkan saja korupsi meraja-lela.
Biarkan saja yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin menderita.
Mari kita fokus memperbaiki kehidupan ekonomi kita masing-masing. Andai kedepan Negeri ini semakin dicengkram dan semakin dikuasai oleh asing, aseng dan segelintir pribumi, persis seperti jaman Kolonial Belanda, ijinkan saya ikut di gerbong sebagian pribumi yang kaya.
Dan kalian orang-orang miskin yang selama ini nasibnya kami perjuangkan tapi malah balik mencela, persiapakan dirimu dan anak-anak keturunan kelak jadi jongos dan kuli yang trampil untuk bekerja di rumah-rumah asing, aseng dan rumah-rumah kami.
By Azwar Siregar
[22/9/2019]