[PORTAL-ISLAM.ID] Mahasiswa bergerak. Kok tiba-tiba? Kemana aja selama ini? Kemana mereka ketika emak-emak berjuang menuntut pilpres yang jujur, adil, dan benar? Masih banyak tanya yang bisa dilontarkan untuk para mahasiswa.
Tapi, sudahlah kita simpan saja. Saat ini, kita cermati gerak mereka. Kita amati arah mereka. Dan kita biarkan juga orang atau pengamat yang membuat analisa. Kita tunjukkan tentang demokrasi yang hakiki.
Disadari atau tidak, ada dua pandangan yang tajam dan berbeda menyikapi gerakan mahasiswa. Pandangan pertama, curiga. Dan pandangan kedua menyambut gembira. Menurut hemat saya, keduanya sah.
Dua kutub
Bagi mereka yang ada di kutub pertama, kecurigaannya sangat beralasan. Begini kira-kira dasarnya:
1. Tanpa ada pemanasan, tiba-tiba mahasiswa menyalak di mana-mana. Catatan, khusus gerakan mahasiswa Riau, murni marah dan bergerak karena momentumnya pas. Jadi khusus Riau, semua pihak meyakini iti murni.
2. Selama ini mahasiswa diam. Mereka seolah-olah tidak melihat ada hal yang aneh dalam politik nasional. Bahkan 700 petugas KPPS meninggal hampir bersamaan dengan pola yang juga sangat mirip, pun tak membuat mereka tergerak.
3. Melihat emak-emak mereka bahu-membahu memperjuangkan keadilan di pilpres 2019, bahkan beberapa di antaranya harus ditahan, mereka tetap diam.
4. Lalu muncul sinyalemen, ini perlu didalami dan dibuktikan, mereka, dalam hal ini BEM, dicurigai dan dituding telah ‘dirawat’ oleh satu kekuatan dengan cara digelontorkan sejumlah uang, setiap bulan agar mereka terdiam. Sekali lagi tudingan itu harus didalami dan dibuktikan. Namun yang pasti BEM selama itu memang adem-ayem.
5. Demo atau aksi kegiatan yang melibatkan masa ribuan, hampir pasti dikawal oleh ribuan petugas keamanan. Contoh demo emak-emak di KPU, Bawaslu, dan MK, petugas yang turun tidak kurang dari 30.000. Demo mahasiswa kali ini, nyaris sepi dari petugas.
6. Demo untuk alasan apa pun, sesuai UU ketertiban, wajib berakhir pukul 18.00, kecuali demo-demo khusus. Demo mahasiswa kali ini, sepertinya tak mengenal batas waktu.
7. Dicurigai gerakan ini settingan yang ujungnya akan membuat seseorang jadi hero karena bisa berkompromi dengan tekanan. Siapa hero itu? Patut dapat diduga adalah penguasa.
8. Dicurigai juga sebagai alat untuk bargaining oleh kelompok dalam yang mulai tersisih.
Lalu, bagi kutub yang menyambut demo mahasiswa ini sebagai gerakan murni, tak perduli dengan catatan-catatan itu. Bagi mereka gerakan perubahan itu memang hanya sah jika para mahasiswa itu ada di depan. Tahun 1966, Bung Karno tumbang dan 1998, Pak Harto lengser, karena mahasiswa ada di depan.
Nah, inilah saatnya mereka, para mahasiswa bergerak. Inilah saatnya rezim akan segera tumbang. Tak perduli kemarin-kemarin BEM atau para mahasiswa bertapa, dibayar untuk diam, dan sebagainya. Itu tidak penting lagi.
Kita nikmati saja anak-anak kita itu manggung. Kita nikmati saja, nyanyian atau tarian apa yang akan mereka bawakan. Kita nikmati saja pekik dan gelombang mereka. Ya, kita nikmati saja, sambil berharap: siapa tahu sssttttt…. (pelan-pelan) jadi reformasi jilid-2.
Ya, siapa tahu aja. Aamiin.
Penulis: M. Nigara