Sivitas Akademika UGM Resah: Menyesal Pilih Jokowi!


[PORTAL-ISLAM.ID]  Suara keresahan menggema dari Balairung Universitas Gajah Mada (UGM). Sivitas Akademika dari Bulaksumur itu merawat ingatan tentang sosok Joko Widodo (Jokowi) yang dekat dengan rakyat.

Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof Koentjoro menilai revisi UU KPK akan mengebiri lembaga antirasuah itu. Para dosen, mahasiswa, hingga karyawan kampus itu berkumpul bersama kompak mengenakan pakaian berwarna hitam.

“Upaya sistematis pelemahan KPK dan gerakan antikorupsi yang agresif dan begitu brutal dalam beberapa pekan terakhir ini sungguh melecehkan moralitas bangsa kita,” kata Koentjoro saat membaca deklarasi UGM tolak pelemahan KPK di Balairung, Gedung Pusat UGM.

Deklarasi itu meminta agar Pemerintah dan DPR menghentikan revisi UU KPK agar tidak melemahkan KPK. Pembahasan revisi UU KPK itu diharapkan dievaluasi.

“Dan kita juga menyadari situasi krisis dan mengakui bersama bahwa kita telah bergeser dari amanah reformasi dan amanah konstitusi. Padahal, bangsa Indonesia wajib kembali ke rel demokrasi, sesuai haluan reformasi dan amanah konstitusi,” ucapnya.

Selain itu, seorang dosen bernama Prof Wahyudi Kumorotomo membacakan puisi. Dia bernostalgia mengenang sosok Jokowi.

“Saya adalah salah satu alumni UGM dan Pak Jokowi juga adalah alumni UGM. Karena itu, saya betul-betul meminta kepada sivitas akademika UGM untuk berada di belakang Jokowi, berada di belakang alumni kita,” katanya.

“Kita tidak menginginkan alumni kita menjadi orang yang menghabisi KPK, lembaga yang kita cintai bersama ini,” sambung Wahyudi.

Karena itu ia menyempatkan membuat puisi untuk Presiden Jokowi. Saat membacakan puisi tersebut, Wahyudi menggunakan kata ‘Mas’ sebagai kata ganti Presiden Jokowi.

“Saya ingin memanggil Presiden dengan mas, selayaknya alumni UGM,” katanya.

Berikut puisi yang dibacakan oleh Wahyudi untuk Presiden Jokowi:

Mas Joko widodo, ingatlah ketika kita makan Gudeg di Mbarek, makan nasi kucing di Bulaksumur dan kita mendaki bersama-sama di Gunung Merbabu, kita makan mie instan, makan seadanya.

Waktu itu kita berpikir bahwa di Indonesia ada banyak yang lebih menderita dari kita, walaupun kita sudah bisa menikmati nasi kucing sederhana untuk bisa kuliah di UGM. Maka, pikirkanlah sekarang ini nasib rakyat Indonesia, yang masih banyak di antara mereka makan nasi aking, makan sederhana.

Jangan biarkan mereka menjadi korban dari syahwat politik dari para legislator kita, jangan biarkan mereka habis karena kemudian pengurus kebijakan kita mengambil sebagian besar sumber daya alam yang kita miliki, sumber daya alam seperti kelapa sawit, tambang, sumber daya alam yang kita miliki melimpah ini jangan dibiarkan dikuasai para koruptor karena kepentingan-kepentingan mereka.

Ingatlah mas Joko, bahwa kita ada di belakang Presiden, kita baru saja memilih presiden kedua kalinya. Karena kita percaya bahwa Presiden akan membuat kebijakan yang terbaik untuk mendukung pemberantasan korupsi.

Alangkah naifnya, alangkah sia-sianya suara yang kami keluarkan, suara yang kami percayakan kepada mas Joko, pak Presiden kita, kalau andai kata Kemudian ternyata dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menghabisi, menguasai sumber daya alam untuk kepentingan mereka.

Tidak ada kata lain, mari kita lawan upaya para politisi untuk melemahkan KPK, sekali lagi, saya ingin semuanya teriakkan, lawan koruptor, kuatkan KPK!

Sumber: Detik
Baca juga :