[PORTAL-ISLAM.ID] Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menggulirkan wacana wisata halal di kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara.
Namun banyak yang menolak wacana tersebut karena dikhawatirkan bakal menghilangkan identitas dan budaya lokal di sana, salah satunya soal kuliner babi.
Diantara yang menolak bahkan sampai memfitnah Islam sebagai "agama teroris", "anjing-anjing khilafah".
"Woii anjing-anjing khilafah! Batak akan tetap makan babi di tanah kami dan kami sudah lebih dulu ada disini jauh sebelum agama terorismu itu eksis. Kau ganggu, kita perang!" kicau akun twitter @tioharimurtie.
Ocehan akun pendukung Jokowi ini dibalas telak oleh netizen.
"Bang klo tolol tuh nanya, jgn ngegas. Tanah Batak juga milik orang muslim, banyak muslim yg berdarah batak disana. Wisata halal yg dimasudkan. Biar org muslim bisa punya pilihan utk hal makan jika berkunjung ke tanah batak. Tak harus juga disuguhkan babi utk muslim," ujar Dyra @XpetzD.
"Dan itu hanya menambah option bukan menghilangkan yg asli dimana kental dgn budaya makan babi. Kau yg bukan muslim nak makan babi sekaligus kandang kotorannya gag ada satupun muslim yg perduli. Gag ada pun diantara muslim yg tertarik utk melarang dan menggantikan."
"Otak dan hati kau kotor. suudzon sama kami. Padahal sudi juga nggak kami ngurusi kafir makan babi. Dalam hal wisata halal ini maksudnya menambahkan yang halal agar muslim punya pilihan utk makan. Ya kurang lebih analoginya seperti menu penambahan tanpa menghilangkan yg asli. Gag paham juga? Otak atau tai yg ada dikepala kau tuh! Bengak kali," balas Dyra @XpetzD.
Orang-orang Islamophobia memang begitu wataknya.
***
Humas Pemprov Sumut melalui akun twitternya juga sudah menjelaskan apa itu yang dimaksud Wisata Halal.
"Menyediakan produk wisata halal bukan berarti menerapkan syariat Islam. Bukan juga melarang budaya yang sudah ada di Daerah Tujuan Wisata," papar Humas Pemprov Sumut.
"Wisata halal tidak lebih dari upaya menarik pasar wisatawan muslim. Caranya dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan pelancong muslim lokal maupun asing. Seperti makanan halal, tempat sholat."
"Apalagi mayoritas wisatawan di Sumut adalah warga Malaysia (36,22%) yang sebagian besar penduduknya muslim."
"Wisata halal memiliki ceruk pasar besar di dunia karena meningkatnya jumlah pelancong muslim. Pada tahun 2020 akan diperkirakan jumlah wisatawan muslim dunia mencapai 156 juta."
"Ceruk pasar ini harus dimanfaatkan. Indonesia sendiri berada di peringkat satu negara tujuan wisata halal dengan kunjungan terbanyak."
"Negara non muslim seperti Inggris saja ikut mengembangkan wisata halal. Inggris berada di peringkat 3 tujuan wisata halal, disusul Jepang di peringkat 4."
"Meningkatnya wisatawan akan memberi dampak langsung bagi ekonomi lokal. Memberi multiplier effect karena melibatkan banyak sektor seperti hotel, transportasi, industri kerajinan dan meningkatkan kesempatan kerja."
Demikian disampaikan Humas Pemprov Sumut.
[Video]
Wisata halal bukan islamisasi, dijamin tidak hilangkan budaya asal.#wisatahalal #wonderfullindonesia #danautoba#humassumut pic.twitter.com/CnpAXqcgEN— Humas Sumut (@HumasPemprovsu) September 1, 2019
2)@tioharimurtie dan itu hanya menambah option bukan menghilangkan yg asli dimana kental dgn budaya makan babi. Kau yg bukan muslim nak makan babi sekaligus kandang kotorannya gag ada satupun muslim yg perduli. Gag ada pun diantara muslim yg tertarik utk melarang dan menggantikan pic.twitter.com/EOHcvHCeTj— Dyra (@XpetzD) September 2, 2019
4)@tioharimurtie penambahan tanpa menghilangkan yg asli.. Gag paham juga? Otak atau tai yg ada dikepala kau tuh! Bengak kali. Gag paham juga? Otak atau tai yg ada dikepala kau tuh! Bengak kali. Mati ajalah klo terlalu bengak pic.twitter.com/O6Yex8xXdz— Dyra (@XpetzD) September 2, 2019