[PORTAL-ISLAM.ID] Demo yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa dan masyarakat sipil di berbagai daerah pada Senin (23/9/2019) dan Selasa (24/9/2019) berujung ricuh dengan aparat keamanan.
Diketahui, demo tersebut digelar karena menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK).
Diberitakan Kompas, hingga Rabu (25//9/2019) dini hari, setidaknya 232 orang menjadi korban dari aksi demonstrasi yang berlangsung di berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Bandung, Sumatera hingga Sulawesi Selatan tersebut.
Palembang - Over Represif.#RakyatMenuntutKedaulatan pic.twitter.com/z7KuDR2Zgu
— marshallrama - #IsyKarimanAwMutSyahidan (@Mrmarshall_rama) September 24, 2019
Medan pic.twitter.com/odisSAGjay
— Tampubolon (@dektampu) September 24, 2019
Siapa yang bertanggung jawab?
"Beberapa aparat kenapa brutal sekali. Apa yang ada di pikiran orang-orang ini?" kata pendukung Jokowi dari kalangan terdidik, Pak @mantriss, yang rupanya telat sadar.
Beberapa aparat kenapa brutal sekali. Apa yang ada di pikiran orang-orang ini?
— sumantri suwarno (@mantriss) September 25, 2019
***
"Lima tahun terakhir ini polisi udah terbiasa untuk mengambil sikap represif. Kaum terdidik berbasis liberal umumnya memicingkan mata untuk semua kekerasan itu. Karena korbannya biasanya adalah kaum celana cingkrang atau petani/buruh yg jauh dari kepentingan mereka," kata @awemany.
"Hari-hari ini secara hampir serentak polisi melakukan tindakan represif/kekerasan di berbagai kota. Terhadap mahasiswa yg menyuarakan kepentingan mereka. Sebagian penyembah Jokowi berusaha untuk memakluminya. Sebagian yg lain mulai tersadar. Ada yg salah."
"Denial (penyangkalan) yg terbesar adalah berupaya menjauhkan kaitan tindakan polisi dengan Jokowi. Yes, the police force is bad but not Jokowi. Seolah Jokowi itu tidak punya garis perintah pada Kapolri. Denial seperti ini tidak menolong kita untuk beroleh masyarakat madani. Dipelihara buat apa?"
"Berulang kali saya bilang, Jokowi itu kuat. Tidak bakal bisa diturunkan. Blio punya legitimasi sebagai pemenang pemilu. Yang lemah itu kita. Yg ngga punya kuasa. Yg cuma bisa berharap rezim ini punya hati buat mendengar. Maka berteriaklah. Sebelum kita beneran digulung rezim."
Lima tahun terakhir ini polisi udah terbiasa untuk mengambil sikap represif. Kaum terdidik berbasis liberal umumnya memicingkan mata untuk semua kekerasan itu. Karena korbannya biasanya adalah kaum celana cingkrang atau petani"/buruh yg jauh dari kepentingan mereka.
— Bitte langsam, Awe! (@awemany) September 25, 2019
Hari" ini secara hampir serentak polisi melakukan tindakan represif/kekerasan di berbagai kota. Terhadap mahasiswa yg menyuarakan kepentingan mereka. Sebagian penyembah Jokowi berusaha untuk memakluminya. Sebagian yg lain mulai tersadar. Ada yg salah.
— Bitte langsam, Awe! (@awemany) September 25, 2019
Denial yg terbesar adalah berupaya menjauhkan kaitan tindakan polisi dengan Jokowi. Yes, the police force is bad but not Jokowi. Seolah Jokowi itu tidak punya garis perintah pada Kapolri. Denial seperti ini tidak menolong kita untuk beroleh masyarakat madani. Dipelihara buat apa?
— Bitte langsam, Awe! (@awemany) September 25, 2019
Berulang kali saya bilang, Jokowi itu kuat. Tidak bakal bisa diturunkan. Blio punya legitimasi sebagai pemenang pemilu. Yang lemah itu kita. Yg ngga punya kuasa. Yg cuma bisa berharap rezim ini punya hati buat mendengar. Maka berteriaklah. Sebelum kita beneran digulung rezim.
— Bitte langsam, Awe! (@awemany) September 25, 2019