Da'i Papua Ustadz Fadlan Rabbani Al-Garamatan: ISLAM MEREKATKAN PAPUA DENGAN INDONESIA


[PORTAL-ISLAM.ID]  “Lihat siapa mereka-mereka yang memberontak? Siapa mereka-mereka yang ingin melepaskan diri dari NKRI? Bukan kami Muslim Papua toh?” [Ustadz Fadlan Garamatan]

ISLAM MEREKATKAN PAPUA DENGAN INDONESIA

Masyarakat Indonesia dan luar negeri menganggap Papua sebagai daerah Kristen. Agama Islam yang menjadi agama pertama di daerah itu justru dianggap hanya sebagai agama pendatang.

Tentu saja pendapat tersebut dibantah keras oleh Ustadz M Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan. Beliau asli Papua, berkulit gelap, berjenggot, kemana-mana memilih membalut tubuhnya dengan jubah.

Lahir dari keluarga Muslim, 17 Mei 1969 di Patipi, Fak-fak, sejak kecil dia sudah belajar Islam. Ayahnya adalah guru SD, juga guru mengaji di kampungnya.

Pengetahuan ilmu agamanya semakin dalam ketika kuliah dan aktif di berbagai organisasi keagamaan di Makassar dan Jawa. Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini akhirnya memilih jalan dakwah. Dia mendirikan Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara. Melalui lembaga sosial dan pembinaan sumber daya manusia ini, Ustadz Fadlan begitu ia kerap disapa mengenalkan Islam kepada masyarakat Papua sampai ke pelosok. Dia pun mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada, mencarikan kesempatan anak-anak setempat mengenyam pendidikan di luar Papua.

Kepada wartawan tabloid Media Umat Joko Prasetyo, Ketua Umum Al-Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) tersebut membeberkan sejarah yang sebenarnya. Berikut petikannya.

BAGAIMANA MENURUT ANDA DENGAN PENDAPAT YANG MENGATAKAN PAPUA SALAH PILIH MENGAPA PADA 1969 BERGABUNG DENGAN INDONESIA?

Tidak ada yang salah pilih. Eh, Papua bergabung bukan sejak Penentuan Pendapat Rakyat (Papera) 1969. Bukan pula sejak 17 Agustus 1945, tapi dari dulu Papua sudah menjadi satu dengan daerah di Nusantara lainnya karena kesamaan iman, kesamaan agama, yaitu Islam.

BUKANKAH PAPUA ITU DAERAH KRISTEN?

Siapa bilang? Toni Victor M Wanggai dalam disertasinya berjudul “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” menuliskan bahwa Islam telah masuk ke Papua sejak abad XV atau abad sebelumnya, sementara agama Kristen dan Katholik baru disyiarkan ke Papua pada pertengahan abad XIX.

LANTAS MENGAPA OPINI YANG BERKEMBANG PAPUA ITU DAERAH KRISTEN?

Hal itu dipengaruhi oleh berkuasanya Belanda pada tahun 1850-an yang tidak saja mempunyai misi menjajah dan merampas hasil alam yang dimiliki oleh bumi Papua. Namun juga telah membuka kran gerakan penyebaran agama Kristen.

BAGAIMANA CERITANYA ISLAM BISA SAMPAI KE PAPUA?

Salah satu tradisi lisan yang berkembang di Fakfak, Papua Barat, bahwa Islam masuk ke Papua dibawa oleh Syaikh Iskandar Syah dari Kesultanan Samudera Pasai.

Syaikh Iskandar Syah yang diperintahkan oleh Syaikh Abdurrauf  yang merupakan putra ke-27 dari waliyullah Syaikh Abdul Qadir Jailani ini mulai menjejakkan dakwahnya di Papua pada abad XIII tepatnya 17 Juli 1214 di Mesia atau Mes, daerah itu kini lebih dikenal Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak.

Orang pertama yang diajarkan oleh Syaikh Iskandar Syah bernama Kris-kris. Kris-kris ketika itu sudah menjadi Raja Patipi pertama.

Kepada Kris-kris, Syaikh Iskandar Syah mengatakan, “Jika kamu mau maju, mau aman, mau berkembang, maka kamu harus mengenal Alif Lam Lam Ha (maksudnya Allah) dan Mim Ha Mim Dal (maksudnya Muhammad).”

Tertegun Raja Kris-kris dengan nasihat dari ulama asal Pasai itu, hingga akhirnya ia menyatakan ingin memeluk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Kris-kris banyak menimba ilmu kepada Syaikh Iskandarsyah.

Kebetulan dalam perjalanan itu, Syaikh Iskandar membawa beberapa kitab, di antaranya mushaf Alquran tulisan tangan, Hadits, Ilmu Tauhid, dan kumpulan doa-doa. Tiga bulan kemudian, Kris-kris diangkat menjadi imam pertama di Mesia.

Menurut pewaris Kris-kris yang masih hidup di zaman sekarang Ahmad Iba, kitab-kitab itu ditulis di atas daun koba-koba, pohon asli Papua yang kini mulai punah. Ada pula manuskrip yang ditulis di atas pelepah kayu, mirip dengan manuskrip.

Ada lagi informasi lain tentang datangnya Islam sebagai agama pertama yang dipeluk Papua.

BAGAIMANA ITU?

Dalam buku “Studi Sejarah Masuknya Islam di Fakfak” yang diterbitkan oleh Pemda Kab Fakfak, Papua Barat menjelaskan pada tanggal 8 Agustus 1360 datang seorang mubaligh bernama Abdul Ghafar di Fatagar Lama.

Kehadiran mubaligh asal Aceh ini di Semenanjung Onin dalam rangka mencari rempah-rempah yang melimpah ruah di Fakfak. Salah satu rempah yang terkenal di daerah ini adalah buah pala.

Sebagai seorang mubaligh, Abdul Ghafar sangat tekun menjalankan shalat lima waktu. Kegiatan ibadah itu mendapat perhatian dari masyarakat sekitar, bahkan di antara mereka saling bertanya-tanya perihal yang dilakukan oleh Abdul Ghafar.

Setelah Abdul Ghafar berhasil beradaptasi dengan masyarakat dan mempelajari bahasa lokal, ia mulai mengajarkan agama Islam kepada masyarakat termasuk tentang kegiatan ibadah yang ia lakukan setiap hati.

Abdul Ghafar menjelaskan, dicatat dalam buku tersebut, bahwa yang dilakukan dirinya itu sedang shalat, menyembah Allah pencipta langit dan bumi, serta segala isinya.

Penjelasan ini menyentuh dan menggugah hati penduduk setempat, hingga akhirnya masyarakat mulai membuka diri untuk menerima Islam.


LANTAS MENGAPA KRISTEN BISA LEBIH BERKEMBANG PESAT?

Itu tadi, Belanda datang. Selain menjajah, Belanda juga menyebarkan agamanya. Meski agama yang dianutnya keliru, tapi manajemen misionarisnya lebih tertata dibandingkan dengan Kesultanan Tidore yang kala itu mencakup Papua juga.

Karena itu ke depan yang  perlu dilakukan kaum Muslimin adalah memperbaiki manajemen dakwah, terutama organisasi dakwah, agar lebih modern terutama yang ditunjang oleh fasilitas, seperti transportasi dan alat komunikasi.

Mengenai kebutuhan  transportasi ini, sangat urgen diperlukan sebab kondisi Papua secara geografis dan topografis, antara satu daerah dengan daerah lain, sangat sulit ditempuh.

Yang tak kalah penting juga, untuk daerah pedalaman mereka juga membutuhkan listrik. Listrik ini selain untuk penerangan juga untuk membantu menggerakan ekonomi masyarakat di sana.

Khusus untuk para mualaf yang baru mengenal Islam yang tinggal di daerah pedalaman, mereka saat ini juga sangat memerlukan pakaian untuk menutup aurat mereka, sabun mandi dan shampo untuk membersihkan tubuh mereka, dan kitab suci Alquran untuk mengenal Islam lebih dalam. Kaum Muslimin di luar Papua sudah selayaknya untuk memperhatikan saudaranya Muslim di Papua.

Mereka harus punya kepedulian terhadap umat Islam di Papua. Dan yang pertama kali yang harus dilakukana adalah menghilangkan image bahwa Papua itu adalah Kristen. Kemudian setelah itu membantu sesuai yang dibutuhkan masyarakat Muslim di sana.

KALAU UNTUK MEREKATKAN BANGSA?

Jangan ragukan Muslim Papua. Pemerintah pusat memang telah mengucurkan dana, tetapi di daerah pembagiannya tidak merata. Yang terjadi sekarang ini, orang yang mendapatkan uang dari negara malah menghantam negara ini tetapi orang yang tidak diperhatikan negara ini terus berjuang untuk merekatkan negara ini.

Orang sudah dapat uang dari republik, merasa tidak cukup. Tetapi orang tidak mendapatkan uang dari NKRI mereka tenang saja berjuang untuk merekatkan bangsa.

Lihat siapa mereka-mereka yang memberontak? Siapa mereka-mereka yang ingin melepaskan diri dari NKRI? Bukan kami Muslim Papua toh?

Makanya tidak boleh lagi ada kantor perwakilan mereka di Papua, harus dibersihkan oleh negara.

KANTOR ULMWP ITU BAGIAN DARI MAKAR?

Itu bagian dari spionis, bagian dari titipan asing, bagian dari kepentingan asing dan bagian dari cara untuk membredel Indonesia. Juga tidak boleh ada lagi penempatan wartawan asing di Papua. Tidak boleh lagi ada LSM-LSM yang menyerukan Papua lepas dari Indonesia.

Tidak ada tentara membunuh orang, tidak ada polisi membunuh orang. Tentara dan polisi sudah berlaku baik. Spionis-spionis yang ada di Papua yang menekan tentara dan polisi. Lalu ketika polisi bertindak tegas, tentara bertindak tegas, mereka katakan aparat melanggar HAM.

Hei dengar, masyarakat Muslim di Papua lebih mencintai kemerdekaan daripada HAM. Mencintai perdamain tetapi lebih mencintai kedaulatan bangsa dan negara. Kami pijak di atas bumi Indonesia. Kami dibesarkan di atas bumi Indonesia, kami bangga menjadi anak Muslim Indonesia.

Kami anak-anak Muslim Papua selalu mengatakan, walau pun rambut kami keriting, badan kami hitam keling tetapi kami yang membangunkan orang Indonesia di awal kehidupan setiap pagi.

Orang Indonesia tengah masih tidur, kamilah yang mengatakan Allahu Akbar... Ashalatu khairum minnannauuum.

Allah kasih keberkahan kepada kami di Pulau Irian. Setelah itu kami bangunkan saudara kita di Indonesia tengah, di Indonesia barat. Bangun-bangun, bangun bangsa ini, jaga bangsa ini, jaga kedaulatan.[]

*Dimuat pada rubrik WAWANCARA I Tabloid Media Umat edisi 169, Maret 2016.

Baca juga :