[PORTAL-ISLAM.ID] Organisasi Ikhwanul Muslimin (الإخوان المسلمين) menggelar Mu'tamar Internasional pada 14-15 September 2019 di Istanbul, Turki.
Berikut analisa dan hasil, disampaikan oleh pengamat internasional Hasmi Bakhtiar (alumni Al-Azhar yang tengah menempuh S2 Hubungan Internasional Lille Perancis):
Walaupun jamaah tersebut mendapatkan cobaan bertubi-tubi tapi tidak bisa dipungkiri IM adalah organisasi Islam terbesar dan paling berpengaruh di dunia saat ini.
Ikhwanul Muslimin (IM) menggelar mu’tamar internasional di Istanbul pada tanggal 14-15 September di Istanbul. Sekitar 500 para petinggi IM dari seluruh dunia termasuk para tamu khusus hadir dalam mu’tamar tersebut.
Ini kelebihan IM dari banyak jamaah lainnya dalam Islam. IM sifatnya internasional. Issue yang dibahas lebih dominan issue keumatan global. Fikroh IM yang diwariskan Albanna melewati batas suku dan negara membuat kader IM terhampar di seluruh penjuru dunia.
Turkey menjadi tempat bernafas para petinggi IM selain London dan kota2 lainnya di Eropa Pasca robohnya demokrasi di Mesir ulah pengkhianat As-Sisi dan pendukungnya para diktator Arab.
Mu’tamar Istanbul menjadi jawaban atas banyak kekahwatiran tentang nasib IM pasca kudeta dan syahidnya Mursi. Dari tema mu’tamar “Asholatul fikroh wastimroriyatul masyru” ("أصالة الفكرة واستمرارية المشروع") kita bisa memahami bahwa IM akan terus eksis sepahit apapun cobaan dan ujian.
Tema “Orisinalitas fikroh dan kontinuitas cita-cita” menjadi jawaban terhadap banyak pihak yang mengira IM telah “selesai” pasca kudeta. Walaupun saya punya kritik sendiri tapi saya mengapresiasi Qiyadah IM di Istanbul atas terselenggaranya mu’tamar ini.
Ada 15 rekomendasi dari mu’tamar Istanbul yang akan menjadi warna jamaah dalam menyongsong satu abad perjalanan IM.
1. Asas fikroh yang dianut jamaah menjadi titik tolak menuju 100 tahun umur Ikhwanul Muslimin.
2. Pemahaman dan kesadaran yang dimiliki manusia dalam memahami hak dan kewajibannya menjadikannnya sebagai agen perubahan dan perbaikan dg cara konstitusional.
3. Konsistensi umat Islam dalam memperjungkan hak untuk terbebas dari diktator dan memilih pemimpin dengan demokratis.
4. Konsistensi IM dalam manhajnya yang washatiyah dan moderat. IM menolak semua bentuk kekerasan baik dalam pemikiran maupun perbuatan dg alasan apapun.
5. Urgensi menjawab semua tantangan di medan politik dan menyelaraskan dengan tsawabit yang dianut jamaah.
6. Urgensi memiliki negara percontohan yang islami dan modern dengan melahirkan para figur politisi yang qualified sesuai manhaj IM.
7. Mendalami fikroh Assyahid Hasan Albanna sebagai petunjuk bagi jamaah dalam beramal islami.
8. IM kembali menegaskan bahwa IM adalah "Jamaatu Minal Muslimin" BUKAN "Jamaatul Muslimin".
9. IM menolak monopoli satu figur, jamaah atau partai yang mengatasnamakan rakyat.
10. IM menolak semua bentuk kekerasan yang dilakukan oleh para diktator terhadap rakyatnya yang meminta kebebasan.
11. IM menghimbau semua pihak, politisi, pemikir dan siapapun agar menjadi pelopor kebangkitan umat dengan tolong menolong dalam mewujudkan cita-cita bersama yaitu kemajuan umat dan mengenyampingkan perbedaan.
12. Negara islami dan madani yang dipahami IM seperti yang digambarkan Albanna adalah negara yang berlandaskan keadilan dan hukum yang benar.
13. IM berkomitmen untuk lebih mengoptimalkan potensi perempuan dan pemuda dalam memikul risalah dakwah.
14. Mu’tamar merekomandasikan pembentukan pusat kajian strategis tentang muslim yang menjadi minoritas di negara tertentu.
15. Mu’tamar juga merekomendasikan penyelenggaraan kajian dan diskusi rutin tentang masalah aktual keumatan.
Itu rangkuman hasil mu’tamar Istanbul.
CATATAN
Dari mu’tamar ini saya menjadi tambah yakin bahwa kader2 IM yang masih muda dan progresif harus segera mengisi posisi strategis dalam jamaah ini. Saya pribadi melihat tema mu’tamar ini seperti berlari ke belakang bukan ke depan.
Tema “Orisinalitas fikroh dan kontinuitas cita-cita” seperti menjawab ketidakpercayaan diri kader internal IM akan kelanjutan jamaah. Qiyadah tua yang sekarang masih memegang tempuk kekuasan di IM seperti meragukan ketahanan kadernya sendiri dalam berjuang.
Apalagi ttg orisinalitas fikroh, Qiyadah IM seperti membela diri bahwa langkah mereka selama ini sudah sesuai fikroh IM dan jangan disalahkan. Menurut saya pertanyan yang harus dijawab IM dalam mu’tamar adalah “apa yang akan kita lakukan hari ini, besok dan selanjutnya?”.
Dalam kondisi Mesir yang sedang goyang oleh konflik internal petinggi kudeta ditambah kondisi Kawasan yang gonjang ganjing, di mana posisi IM? Bagaimana IM membaca semu skenario yang ada? Itu yang sebenarnya harus dijawab IM.
Saya memahami ini semua bahwa era ustadz Ibrahim Munir (wakil mursyid IM) sebenarnya sudah selesai. Tugas hari ini seharusnya diselesaikam oleh generasi baru yang bisa membaca manhaj Albanna dg cara baru dan arah baru. Kader tua seharusnya tinggal mencurahkan hikmah kepada yang muda.
Kondisi Mesir, Kawasan dan dunia mengharuskan IM berlari cepat dan berpikir cepat. Generasi tua spt ust Ibrahim Munir akan sulit mengikuti tuntutan zaman spt sekarang. Bukan hanya kendala umur, tapi yang utama adalah mental yang lahir dari umur yang sudah tidak lagi muda.
Bagaimana bisa mu’tamar yang seharusnya membuat kondisi As-Sisi dan pendukungnya semakin goyang kalau bisa roboh dibuat percuma dg tema pembelaan diri spt tadi? Saat ini IM butuh hamasatussyabab, hamasah di kepala dan dada. Itu adanya di pemuda.
Kita lihat sekarang, As-Sisi dan pendukungnya hampir frustasi menghadapi @MohamedAliEgy
seorang diri. Bagaimana bisa IM yang sekuat itu 8 tahun lamanya belum bisa menggoyang As-Sisi? Mesti ada yang diperbaiki IM.
Alakullihal, IM termasuk aset umat Islam yang paling berharga. Kadernya menyebar di seluruh dunia memberi manfaat dalam berbagai bidang. Kita doakan semua kebaikan untuk jamaah ini dan Allah selalu memberi petunjuk kepada Qiyadah dan kadernya. Ya Rabb. Sekian.
[Twitter @hasmi_bakhtiar 20/9/2019]
***
NB: Berita tentang Mu'tamar IM dari situs Ikhwanonline.com [LINK]