[PORTAL-ISLAM.ID] Seru ya. Apapun mengenai Anies Baswedan dan Jakarta selalu jadi perhatian. Kini soal instalasi batu gabion di bunderan HI.
Keseruan itu dibuktikan oleh data dari google trend yang dirilis beberapa hari lalu. Data dicari dari semua google search mengenai 5 gubernur di pulau Jawa. Hasilnya kira-kira 7 dari 10 pencarian (70.73%) terkait Anies Baswedan. Baru gubernur-gubernur lain mengikuti dibelakangnya. (Link)
Pencarian itu tentu tak hanya dilakukan oleh penggemar, pembenci (haters) juga ikut mencari. Bukan untuk mencari sisi positive Anies Baswedan atau Jakarta tentunya. Para haters selalu mencari sisi lemahnya. Maka riuh rendahlah jagat dunia maya dengan berita Jakarta, bahkan hal remeh temeh sekalipun. Seperti pohon plastik, yang ternyata dibeli jaman Pak Ahok. Instalasi bambu Getah Getih, yang ternyata bukan dari duwit APBD. Dan kini mempermasalahkan instalasi batu gabion.
Cercaan netizens (hatters?) soal instalasi batu gabion berputar pada beberapa isu:
PERTAMA. Instalasi batu gabion katanya jelek. Padahal soal "keindahan" seni instalasi mah relatif ya. Yang terpenting sebetulnya bahwa instalasi seni ini dibuat sendiri oleh tim kreatif ASN Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Dan instalasi seni memang dimaksudkan untuk temporer, bukan permanen.
KEDUA. Instalasi batu gabion mahal sekali. Cuma tumpukan batu gitu menghabiskan Rp 150 juta. Padahal harga tersebut BUKAN hanya untuk instalasi batu gabion. Tapi juga untuk taman dan keseluruhan instalasi peringatan 17 Agustus di beberapa tempat. Ini bukan hal baru di Jakarta menghias kota untuk even-even besar. Dan yang terpenting, Kepala Dinas juga bersedia membuka detail budget-nya. Karena memang semuanya jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
KETIGA. Instalasi batu gabion menggunakan material yang dilarang oleh UU. Ternyata SALAH. Instalasi Batu Gabion bukan memakai terumbu karang yang dilarang, tetapi memakai batu gamping. Kebetulan batu gamping-nya mirip terumbu karang. Karena jutaan tahun lalu ia memang berasal dari terumbu karang yang telah mengalami proses pengapuran. Dan penambangan batu gamping dilakukan di gunung BUKAN di laut atau di pantai.
Ahli Geologi UI, Asri Oktaviani, turut memberi penjelasan ilmiah terkait material gabion. Asri menyatakan batu yang digunakan merupakan batu gamping terumbu atau gamping kerangka.
Apapun isu tentang Anies Baswedan dan Jakarta, selalu diperhatikan. Jika merupakan masukan positif, akan dipakai memperbaiki kebijakan DKI. Jika salah paham, akan diluruskan. Jika merupakan keluhan, akan dibantu selesaikan. Kecuali nyinyiran atau makian ya. Tak akan dibalas -- tapi hanya akan diabaikan.
Pastinya saya juga bersikap demikian. Jika orang mencolek di medsos hanya untuk nyinyir sudah pasti saya abaikan. Malas dong ya, menghabiskan umur untuk hal-hal yang tak berfaedah.
Menurut saya beberapa influencer dan netizen ini sudah over attention pada Jakarta. Sehingga hal-hal kecil saja sengaja di-ZOOM untuk diributkan. Merdeka sih, boleh saja. Kan ini negara demokrasi. TAPI saya cuma takut, nanti kita malah lupa memperhatikan masalah krusial bangsa. Yang jauh lebih besar.
Demo mahasiswa PAPUA kemarin itu, hanyalah simptom. Tanda media dan kita semua, kurang memberi perhatian pada masalah-masalah yang di hadapi saudara-saudara kita di sana. Semestinya HARUS lebih banyak diperhatikan. Didengarkan, direspon, dirangkul, dibantu jika membutuhkan.
Aneh memang. Kenapa netizen lebih banyak mengurus hal-hal kecil yang tak substansial ya. Menurutmu, mungkinkah ini semua berubah?
26-08-2019
(By Tatak Ujiyati)