[PORTAL-ISLAM.ID] Baru saja ramai soal Traveloka dan Tokopedia yang diajak Menkominfo mewakili unicorn Indonesia menangani platform digital umroh bekerjasama dengan Saudi Arabia. Sebelumnya Presiden Jokowi membanggakan kreativitas "anak Indonesia" yang memiliki dan mengembangkan empat unicorn di samping dua di atas ditambah Gojek dan Bukalapak. Ternyata laporan Google dan Temasek bahwa keempat unicorn tersebut adalah milik Singapura. Kepala BKPM Thomas Lembong bingung dan limbung. Kaget atas fakta ini.
Kita semua bingung dan kaget betapa rendah informasi yang dimiliki Presiden dan Menteri. Apa yang digembor gemborkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Ini hoax. Artinya Presiden dan Menkominfo menjadi penyebar hoax. Bisa kena pidana. Menurut Kepala BKPM tidak ada investasi yang tercatat. Wajar saja memang keempat unicorn tersebut dimiliki oleh Singapura. Tanpa bermaksud mengejek tapi kita prihatin kualitas Presiden dan Menteri sepayah ini. Memalukan.
Ketika debat Capres nampak Jokowi "pede" dan bangga sekali dengan keberadaan unicorn yang dikembangkan anak bangsa. Bahkan komentar negatif ditujukan kepada Prabowo yang mempertanyakan soal unicorn.
Tapi sudahlah memang berulangkali rakyat tertipu oleh pernyataan dan janji janji pemimpin. Menambah keyakinan kita berada dalam millieu tipu tipu. Ditipu atau menipu.
Kembali pada Traveloka dan Tokopedia yang hendak menjadi bagian dari usaha ibadah kaum muslimin berumroh, maka benarlah Menteri kominfo sebaiknya membatalkan MOU dengan Saudi Arabia sebab akan berdampak serius karena di samping akan berpengaruh terhadap keberadaan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh (PPIU) juga jelas bertentangan dengan undang-undang. Budaya main labrak hukum demi bisnis mesti dihentikan. Stop.
Berita kekagetan dan kebingungan Lembong menjadi bahan introspeksi para pemimpin negara dalam melihat persoalan dengan seksama. Kebijakan mesti matang dan menimbang dampak. Regulasi yang jelas dan jangan asal asalan untuk sekedar kejar target keuntungan sesaat. Indonesia negara besar karenanya tak pantas punya pemimpin yang selalu berfikir pendek dan semrawut. Tidak memiliki platform jelas mengarahkan kemajuan bangsa ke depan. Empat unicorn yang dibangga banggakan nyatanya berinduk dan milik Singapura!
Menggema kembali puisi Taufik Ismail "Malu Aku menjadi Orang Indonesia"
Di negeriku yang didirikan pejuang relijius//Kini dikuasai pejabat rakus//Kejahatan bukan kelas maling sawit//Melainkan permainan lahan duit.
Unicorn dikejar, duit pun terkapar. Hoax dan kebanggaan palsu terlanjur menyebar.
31 Juli 2019
Penulis: Rizal M. Fadillah