[PORTAL-ISLAM.ID] Nasionalisme positif bersumber dari adanya kebutuhan internal terhadap kehidupan sosial. Ia melahirkan sikap saling kerjasama dan saling membantu. Ia juga mewujudkan kekuatan yang bermanfaat bagi masyarakat, di samping menjadi sarana yang menopang ukhuwah islamiyah.
Nasionalisme positif ini harus menjadi pelayan Islam, harus menjadi benteng yang kokoh baginya, serta menjadi pagar yang melindunginya; bukan malah menggantikan posisi Islam. Sebab, persaudaraan yang dipersembahkan oleh Islam mengandung ribuan macam persaudaraan. Ia kekal di alam abadi dan alam barzakh.
Jadi, sekuat apapun bentuk persaudaraan sebangsa dan setanah air, ia hanyalah merupakan hijab bagi ukhuwah islamiyah. Sebaliknya, penegakan nasionalisme sebagai alternatif bagi Islam merupakan kejahatan bodoh, sama seperti tindakan meletakkan batu benteng di tempat penyimpanan berlian lalu membuang berlian tersebut ke luar benteng.
Wahai putra-putri bangsa pencinta al-Qur’an! Sejak enam ratus tahun, bahkan seribu tahun yang lalu, dari masa Abbasiyah, kalian telah menantang seluruh dunia sebagai pembawa dan pengibar panji al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia. Kalian telah menjadikan spirit nasionalisme kalian sebagai benteng bagi al-Qur’an dan Islam. Kalian telah membuat dunia terdiam dan tunduk. Kalian telah menyingkirkan bencana besar yang nyaris menghancurkan kehidupan dunia Islam sehingga kalian menjadi bukti yang baik dari kebenaran ayat al-Qur’an:
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ…
“Kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum; yang dicintai oleh-Nya dan merekapun mencintai Allah; yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kar; yang berjihad di jalan Allah. (QS. al-Mâidah [5]: 54).
Karena itu, jangan kalian tertipu dan mengikuti tipu daya bangsa Eropa. Jangan sampai kalian menjadi bagian dari awal ayat di atas. (maksudnya ialah Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, –awal ayat di atas–)
Said Nursi, al-Maktubat, hlm. 562-563.
Sumber: Swamedium