[PORTAL-ISLAM.ID] Kalau dipikir-pikir, Anies ini lumayan 'sakti' juga. Setiap kali posisinya diobok-obok, yang oleng justru posisi kepala daerah yang lain.
Ketika kunjungan Anies ke luar negeri dipermasalahkan, eh nongol duo 'Men In Black' yang lagi halan-halan ke London dengan hasil cuma selfie-selfie unfaedah. Malah dikira duo gay lagi bulan madu.
Ketika karya seni bambu Getah Getih yang menghabiskan anggaran Rp550 juta dibully, eh nongol pesta 18 miliar setengah hari yang tidak bermanfaat dan hanya menghambur-hamburkan APBD. Tidak cukup sampai disitu. Peninggalan bersejarah BTR (Bus Trans-J Rongsokan), karya monumental gubernur sebelumnya yang menyedot anggaran daerah hingga 1,5 triliun, juga nongol lagi ke permukaan.
Lalu gegara ocehan seorang anggota DPRD DKI yang tidak lolos Pileg 2019 tentang sampah DKI, 'katebelece' anak Walikota Surabaya dalam kasus amblasnya jalan Gubeng karena spesifikasi jalan tidak sesuai dengan yang dianggarkan (markup), tetiba diungkit lagi.
Dan terakhir, kasus ribut polusi udara di DKI. Ternyata ini hanya permainan seorang mantan jenderal dan sindikatnya untuk memaksakan bus listriknya dibeli Pemprov DKI.
"Kok Anies bisa 'sakti' kitu ya?"
Sebenarnya Anies nggak sakti. Dia 'cuma' bersih, jadi jabatannya agak susah digoyang.
"Apakah Anies tidak boleh dikritik?"
Boleh dong. Tapi bagaimana respon atas kritik itu ya tergantung niat pengkritik. Kalau niatnya hanya ingin menyingkirkan Anies, dan yang ingin menyingkirkan kebetulan badannya penuh kotoran, ya jangan salah kalau kritiknya justru menyerang balik si pengkritik dan kroni-kroninya.
Padahal respon Anies biasa saja. Sedikit klarifikasi jika sebuah isu memang perlu diklarifikasi, lalu kembali bekerja. Tidak ada lapor-lapor polisi atas berbagai fitnah yang menyerangnya. Ini sih perbuatan banci, kata Lucinta Luna.
"Tapi, mengapa banyak yang ingin menyingkirkan Anies?"
Karena sejak Anies menjabat, banyak bisnis ilegal yang nilainya triliunan seperti reklamasi, atau bisnis esek-esek seperti Alexis ditutup.
Dan para mafia itu tentu tidak akan diam.
(By Wendra Setiawan)