[PORTAL-ISLAM.ID] Dalam tempo kurang dari dua tahun terakhir, industri persenjataan AS seperti kena tampar, tamparan terakhir ketika pemerintah India menyatakan untuk “reconsidering plans to purchase U.S. Global Hawk drones after Iran downed one of the armed drones in the Persian Gulf last month” (Mempertimbangkan kembali rencana untuk membeli drone Global Hawk A.S. setelah Iran menjatuhkan salah satu drone bersenjata di Teluk Persia bulan lalu), sebagaimana dilansir oleh Hindustan Times.
Militer India merencanakan untuk membeli 30 unit drone RQ-4 Global Hawk dari AS senilai USD 6 miliar. Awalnya India beranggapan bahwa drone RQ-4 Global Hawk telah berhasil dalam misinya di Afghanistan, Pakistan, Irak dan Suriah, jadi pantas untuk dimiliki oleh militer India.
Sebenarnya itu wajar saja, karena memang wilayah langit di negara-negara tersebut didominasi oleh pesawat tempur AS. Apalagi di Suriah, untuk wilayah utara dan timur Laut Suriah, wilayah udaranya dikuasai oleh AS, even pesawat tempur atau any flying object milik Suriah atau Rusia tidak berani melewati daerah tersebut.
Tapi, dalam misinya di dekat selat Hormuz, drone RQ-4 Global Hawk berhasil “diajak turun” (ditembak) oleh misil Iran. Hal itu membuat militer India berpikir ulang untuk membeli produk yang sudah terlihat kekurangannya.
“Kalau drone RQ-4 Global Hawk bisa ditembak jatuh oleh misil “antah berantah” milik Iran, maka dapat dipastikan drone itu dengan mudah dapat dijatuhkan oleh militer Pakistan!”, begitu kata Inspektur Singham kepada Inspektur Chulbul Pandey.
India memperkuat pertahanannya untuk menyaingi kekuatan militer Pakistan, dan mengimbangi kekuatan militer Tiongkok, secara keduanya adalah tetangga yang “menyeramkan” bagi India, in case terjadi kemungkinan terburuk. Makanya, India berpikir kembali sebelum menghabiskan uang sampai 6 miliar Dollar untuk membeli drone yang mungkin dengan mudah dapat dihajar oleh Pakistan dan Tiongkok.
Apa yang terjadi pada drone RQ-4 Global Hawk di selat Hormuz sama seperti yang terjadi pada misil MIM-104 Patriot di Arab Saudi, ketika tidak mampu menahan seluruh rudal yang ditembakkan oleh kelompok Houthi Yaman. Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa Turki batal membeli MIM-104 Patriot dan beralih ke misil S-400 Rusia.
Pada Februari 2018 lalu, pertahanan udara Suriah berhasil menembak jatuh F-16 Israel. Pesawat tempur F-16 itu tidak ditembak dengan misil mutakhir S-300 atau S-400 Rusia, tetapi hanya dengan misil lawas S-200 sisa peninggalan Uni Soviet. Insiden tersebut juga berdampak negatif terhadap industri pertahanan AS, dimana banyak negara mulai berpikir ulang untuk membeli F-16.
Bagi negara-negara besar, seperti India, yang secara militer merupakan kekuatan ke empat di dunia, dan secara ekonomi berada di urutan ke enam dunia, selalu berpegang pada kata orang Latin jaman dulu, “Si vis pacem, para bellum”, Jika Anda ingin damai, bersiaplah untuk perang!
[By Saief Alemdar]