"CERITA HAJI"
Oleh Anis Matta
Menunaikan rukun Islam kelima ini berarti menyelesaikan tahap dasar dari perjalanan kita menuju Allah SWT.
Fondasi keislaman kita sempurna dengan rukun ini.. Tapi sesungguhnya perjalanan menuju Allah masih panjang dan di atas fondasi itulah kita membangun sisa bangunan keagamaan kita.
[Bagian Pertama: 3 Agustus 2019]
Rasanya ada yang berbeda setiap kali saya menunaikan ibadah haji.. Mungkin bermanfaat untuk saling berbagi cerita.
Saya bersyukur bisa menunaikan haji pertama tahun 1996 atas fasilitas dari mantan rektor saya di LIPIA, Syekh Ibrahim Al Husaen.
Suatu hari Beliau memanggil saya ke kantornya dan menanyakan sudah haji belum.. Saya jawab belum.. Mau haji gak?? Saya jawab tentu mau.
Saya memberi tahu peristiwa itu kepada kedua sahabat saya.. Ahmad Rilyadi dan Aboe Bakar Al-Habsyi.. Ternyata mereka berdua juga mau ikut.. Saya kembali menemui Syekh Ibrahim dan bersyukur mereka berdua juga dapat kesempatan haji bersama.
Begitulah di tahun 1996 kami bertiga menunaikan ibadah haji dengan kegembiraan yang tak terkata.. semendadak itu.. secepat itu.. dan gratis..!!
Saya bersyukur karena bisa menyempurnakan rukun agama di usia muda.. tapi saya juga datang dengan semangat lain yang tak kalah bergeloranya.. yaitu melakukan napak tilas sejarah.
Haji adalah fakta sejarah dari sebuah agama yang tidak pernah selesai bertumbuh, berkembang dan menyebar.. dan takkan pernah berhenti bertumbuh hingga kiamat kelak.
Haji adalah sejarah iman yang terangkai sejak ribuan tahun lalu.. sejak Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail.. hingga Nabi Muhammad saw.. Jadi haji saya itu adalah kesinambungan sejarah iman itu.
Tapai mengapa saya datang?? Padahal saya tidak pernah bertemu Nabi Muhammad SAW.. apalagi Nabi Ibrahim AS.. Saya beriman kepada Allah yang gaib dan kepada Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS yang tidak pernah saya lihat.
Kerja apakah yang bisa membuat iman seperti ini tumbuh tanpa disertai pandangan mata?? Rahasia apakah yang membuat agama ini terus berkembang setelah mata rantai kenabian diputus??
Rasulullah SAW menyebut mereka yang berjumpa dengannya lalu beriman kepadanya sebagai ‘sahabat’.. Tapi mereka yang tidak menjumpainya namun beriman kepadanya disebut ‘saudara’.
Sebutan 'saudara' menjelaskan betapa dalamnya pemahaman Rasulullah SAW ttg kesulitan manusia untuk menerima agama yang dibawanya tanpa harus bertemu dgn pembawa risalah.
Faktor visual dalam proses keimanan manusia sangat penting.. Itu sebabnya beriman kepada yang gaib itu berat.. Seperti itulah beratnya beriman kepada pembawa risalah yang tidak pernah kita lihat.. karena itulah Rasul menyebut kita ‘saudara’.
Tapi beriman lalu ‘mencintai’ sosok yang tak pernah kita lihat bagaimana bisa?? Bagaimana mungkin seseorang bisa mengisi seluruh imajinasi kita lalu berubah menjadi keyakinan yg mengisi seluruh rongga hati kita??
Saat haji pertama itu saya datang melengkapi rukun agama dan mencari jawaban dari sejarah iman dan cinta itu.
[Bagian Kedua: 4 Agustus 2019]
Begitu memasuki kota Mekkah.. lalu Rumah Allah.. lalu memandang Ka’bah.. imajinasi saya langsung tersedot kedalam pusaran memori spiritual manusia-manusia agung yang memulai semua cerita ini.
Jadi di lembah inilah semuanya dimulai.. lahan gersang yang bukan saja tak berpenghuni.. bahkan tumbuhan pun tidak tumbuh disini.. tapi kesinilah Ibrahim diperintah membawa istri dan bayinya, Hajar dan Ismail.
Saya membayangkan perjalanan panjang itu ribuan tahun lalu.. dari Palestina ke Jazirah Arab.. hanya ada dua manusia dewasa dan satu bayi.. itu pasti bukan kafilah.. betapa mengerikan..!!
Lebih mengerikan lagi membayangkan tempat yang akan dituju.. lembah kosong, tandus dan gersang.. tak ada siapa2.. tak ada tumbuhan.. tak ada kehidupan.
Apa makna dari semua ini?? Apa yang akan meraka lakukan?? Kehidupan apa yg ingin mereka bangun sementara disitu hanya ada mereka bertiga?? Apa yg membuat perintah itu logis??
Justru perintah yang datang sesudahnya lebih mengagetkan: "Tinggalkan istri dan bayimu di lembah itu, hai Ibrahim..!!"
Saya tidak pernah bisa membayangkan apa yg ada dalam benak Hajar saat ia mengejar Ibrahim mencari jawab.. Kecuali setelah ia mengubah pertanyaannya: ini perintah Allah??
Begitu Ibrahim memastikan ini adalah wahyu.. situasi jadi jelas bagi Hajar.. masalah memang tidak selesai.. tapi ia yakin takkan disia-siakan oleh Allah..
Inilah momen itu.. saat akal berhenti di depan pintu wahyu.. saat keraguan terurai iman pada rencana Allah.. saat keterbatasan manusia diregangkan semangat ketaatan..
Ka’bah bukanlah permulaannya.. langkah-langkah Hajar berlari mencari air lah awalnya.. Sai itu maknanya usaha.. kerja sampai batas kemampuan terakhir..
Dari hentakan kaki sang bayilah mata air kehidupan bermula.. zamzam menandai awal dari sebuah kehidupan baru yang kelak mengubah wajah gurun tandus itu.
Itulah kisah iman tanpa syarat.. keyakinan tanpa keraguan.. kepasrahan tanpa pertanyaan.. kerja tanpa lelah.. pengorbanan tanpa akhir.
Inilah watak dari kerja aqidah.. keyakinan selalu melampaui kemampuan.. cita2 selalu melebihi sumber daya.. karenanya ia selalu dimulai tanpa menanyakan hasil akhirnya.
Di batas kemampuan terakhir manusia itulah keyakinan mulai bekerja.. bahwa adalah pekerjaan Allah utk menumbuhkannya tanpa henti.. bukan pekerjaan manusia..
Kewajiban manusia adalah mencapai limit terakhir kemampuannya.. lalu berdiri pasrah di situ.. melepas semua pada rencana dan keputusan Allah.. disitulah Ibrahim berdiri..
[Bagian Ketiga: 5 Agustus 2019]
Hajar dan Ismail.. Sai dan Zamzam.. Usaha dan mata air.. Menandai makna dasar agama: menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi manusia di bumi.
Jadi itulah tujuan Allah membawa mereka ke lembah tandus itu.. Menciptakan kehidupan baru, komunitas baru, peradaban baru.. Memperluas batas hunian manusia dari wilayah bumi yang belum terjangkau.. Itu semacam peregangan geografis..
Zamzam adalah simbol kehidupan baru.. Ia menghidupi manusia dan mengubah wajah ketandusan dan kekerasan gurun jadi makmur dan indah.. “dan dari airlah Kami ciptakan semua yg hidup..” (QS:Al Anbiyaa:30).
Itu mengapa secara perlahan Zamzam menjadi titik persinggahan kaum nomaden dan para musafir.. Ia menjadi sumber kehidupan dan magnet yang menyedot manusia utk datang dan menetap..
Dari Zamzamlah awalnya sebuah persentuhan sosial tercipta dan sebuah komunitas baru terbangun dengan ciri yang sama sekali baru: multikultur..!!
Ibrahim dari Irak menikah dengan Hajar dari Mesir.. Putra mereka Ismail membaur dan menikah dengan putri dari kabilah Arab bernama Jurhum yang melintasi mereka.. pembauran yg sempurna..
Kelak klan yg turun dari Ismail itu dikenal sebagai salah satu klan utama Arab yg disebut Al ‘Arab Al Musta’rabah (العرب المستعربة) .. menjadi Arab karena ‘terarabkan’ dari pembauran.
Dari hasil pembauran klan Ismail inilah kelak lahir nabi terakhir yang menutup mata rantai kenabian: Muhammad SAW.
Jenis klan itu membedakannya dgn klan asli Arab yang dikenal dengan Al ‘Arab Al ‘Aribah (العرب العاربة) yang berasal dari turunan Bani Qahthan.
Ada klan Arab lain yang sudah punah dan karenanya disebut Al ‘Arab Al Baidah (العرب البائدة).
Zamzam ditakdirkan menjadi tempat pembauran komunitas baru dari berbagai etnis.. Kelak inilah ciri utama dan paling kuat dari pesan agama nabi terakhir Muhammad SAW.
“Wahai sekalian manusia, sungguh Kami ciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku... Sungguh yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertakwa..” (QS: Al Hujurat:13)
Panorama kehidupan apakah yang paling kuat kita rasakan saat berhaji?? Keragaman.. semua warna kulit, postur, bahasa, watak, budaya, makanan.. tumpah ruah dalam kebersamaan.. tampak acak tapi mengalir teratur..
Keragaman dan kebersamaan.. keacakan dan keteraturan.. itulah integrasi yang menjadi watak dasar agama.. karena manusia disatukan asal dan tujuan yang sama.
Keragaman dan kebersamaan itulah yang kita rayakan dalam balutan ihram putih saat wukuf di Arafah.. Keacakan dan keteraturan yang kita saksikan dalam putaran Thawaf dan perjalanan Sai..
[Bagian Keempat: 7 Agustus 2019]
Panorama Arafah adalah miniatur panorama padang mahsyar.. Keragaman manusia disatukan dalam balutan ihram putih utk menandai kesamaan asal dan akhir perjalanan hidup mereka.
Itu mengapa Surat Al Hajj dimulai dengan panggilan kepada seluruh manusia..(يا أيها الناس).. bukan hanya orang beriman.. agar bersiap menghadapi kebenaran mutlak tentang peristiwa kiamat..
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّڪُمۡۚ إِنَّ زَلۡزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَىۡءٌ عَظِيمٌ۬
“Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah, sesunguhnya goncangan kiamat itu sesuatu yg sangat dahsyat” (QS: Al Hajj:1)
Bangunan masyarakat multikultur di kawasan zamzam yang kelak menjadi pembeda Islam dgn agama lainnya berdiri diatas fondasi kebenaran dasar ini: kesamaan asal dan tujuan.. kesamaan awal dan akhir manusia..
Maka egalitarianisme menjadi prinsip dasar agama: kemuliaan dan kehinaan asasnya adalah takwa.. Bukan efek dari status sosial.. Memuliakan dan menghinakan manusia adalah ‘pekerjaan Allah’.
“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka takkan ada yang dapat memuliakannya..” (QS: Al Hajj:18)
Tapi sebenarnya manusia juga disatukan oleh kebutuhan yang sama dalam hal penghidupan.. Yg eksistensial diantaranya adalah pangan dan keamanan.. Sisi spiritual dalam diri manusia sulit mendapatkan ruang selama dua masalah itu tidak diselesaikan..
Cerita Allah tentang Quraisy mengisyaratkan kelembutan dan kasih sayang-Nya bagi manusia bahwa perintah untuk menyembah-Nya baru datang setelah Ia memberi mereka makan dan rasa aman..
فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَـٰذَا ٱلۡبَيۡتِ
ٱلَّذِىٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٍ۬ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۭ
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (Pemilik) rumah ini (Ka’bah) yang telah memberi mereka makan dari kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan..” (QS: Quraisy:3-4)
Peran memberi minum atau pelayanan yang disebut dgn istilah ‘siqoyah’ (السقاية) kelak menjadi peran tradisional turunan Ismail sampai Bani Hasyim yang mengistimewakannya dari klan Quraisy yang lain.. Hingga sekarang kemelimpahan selalu jadi fenomena di tanah haram ini.
Jadi Zamzam menjadi magnet dari bangunan masyarakat multikultur karena ia secara fundamental menyelesaikan problem eksistensial manusia yang melintasi kawasan itu.
Apakah makna masyarakat multikultur kalau perbedaan antara mereka bersifat aksesoris? Sementara kebutuhan dasar mereka dalam hal penghidupan, kata Abu Bakar, pada dasarnya sama? Seperti yang kemudian disebut Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia.
Air adalah sumber kehidupan bagi semua penghuni bumi.. Agama adalah sumber kehidupan bagi hati manusia.. Agama akan mendapatkan ruang dalam hati manusia jika pada waktu yang sama kita membantu menyelesaikan problematika dasar mereka.
Kelak ketika Ibrahim bersama Ismail diperintahkan membangun Ka’bah kita segera ditarik kedalam pusaran panorama dan kesadaran baru: Zamzam dan Ka’bah.. Kesejahteraan dan Agama.. Kemelimpahan dan Kesalehan..
لِّيَشۡهَدُواْ مَنَـٰفِعَ لَهُمۡ وَيَذۡڪُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ۬ مَّعۡلُومَـٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَـٰمِۖ فَكُلُواْ مِنۡہَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡبَآٮِٕسَ ٱلۡفَقِيرَ
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang yang sengsara lagi fakir.” (QS: Al Hajj:28)
[Bagian Kelima: 8 Agustus 2019]
Di atas latar makna panorama Ka’bah dan Zamzam itu fondasi bangunan Islam tegak.. Menyatukan 2 hal yang terpisah saat itu dan juga sekarang: Agama dan Kesejahteraan, Ruh dan Materi, Kemelimpahan dan Kesalehan.
Sebenarnya begitulah fitrah manusia.. dan agama ini memang agama untuk manusia.. diturunkan tidak untuk mengubah manusia jadi malaikat.. diturunkan untuk manusia dengan semua bawaan fitrahnya.
Ruh dari hampir semua doa yang dianjurkan dalam perjalanan haji juga mengandung makna itu: “Ya Allah berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka..” (QS:Al Baqarah:201)
Saat mulai menghilang dari pandangan Hajar dan Ismail yang ditinggal di Mekkah, Ibrahim berdiri sejenak sambil menatap ke arah mereka dari kejauhan, lalu melantunkan doa yang mengharu biru ini:
رَّبَّنَآ إِنِّيٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيۡرِ ذِي زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفِۡٔدَةٗ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِيٓ إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS: Ibrahim, Ayat 37)
Mendirikan sholat, menjadikan tempat mereka sebagi center of gravity yang dikunjungi manusia dari segala penjuru bumi, lalu kemelimpahan dalam rezeki adalah gabungan semua kebaikan individu dan kolektif.. dunia dan akhirat..
Dlm ayat sebelumnya Ibrahim mendoakan negeri itu agar selalu aman dan tidak menyembah berhala.. keamanan dan tauhid, kombinasi yang luar biasa.
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنً۬ا وَٱجۡنُبۡنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini aman dan jauhkan aku dan keturunanku dari menyembah berhala..” (QS:Ibrahim: 35)
Makna doa2 itu menunjukkan betapa relevan agama ini dengan tabiat dan fitrah manusia.. karenanya akan ‘hidup’ dalam keseharian mereka dan takkan pernah terisolasi dari kehidupan nyata..
Agama seperti ini akan menemani mereka di tempat ibadah dan tempat kerja.. di pasar dan di pemerintahan.. siang dan malam.. lapang dan sempit.. bahagia dan derita.. suka dan duka.. saat sendiri dan bersama..
Sedikit atau banyak, kebingungan manusia terhadap agama saat ini sebagiannya karena wajah peradaban yang terbelah.. satu belahan ada kemelimpahan tanpa kesalehan.. di belahan lainnya ada kesalehan tanpa kemelimpahan atau bahkan anti kemelimpahan..
Agama dengan makna dan karakter komprehensif seperti ini harus mendominasi ruang kesadaran manusia sepanjang sejarah.. memberi arah bagi kemanusiaan secera terus menerus tanpa disrupsi.
Sebuah simbol yang kokoh dan abadi diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan kesadaran manusia tentang makna agama dan kehidupan.
Maka pada kunjungan Ibrahim ke jazirah selanjutnya ia diperintahkan membangun Ka’bah yang menyatukan arah kehidupan umat manusia sepanjang zaman hingga kiamat kelak..
Setelah itu Ibrahim mendapatkan perintah ini: “Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS : Al Haji, Ayat 27)
[Bagian Keenam: 9 Agustus 2019]
Saat menyaksikan manusia dari berbagai penjuru bumi mengitari Ka’bah dalam thawaf, memori kita segera ditarik ke tahun-tahun panjang perjuangan Ibrahim mengemban amanah nubuwwah sampai ia mendirikan bangunan ini bersama putranya Ismail.
Ibrahim hidup selama 175 tahun atau 200 tahun dalam riwayat lain.. Lahir di Babil (sekarang Irak), selanjutnya beliau ke Harran atau Carrhae (sekarang Turki), lalu Palestina, lalu Mesir, lalu Jazirah (Mekkah) dan wafat di Hebron (Al Khalil) Palestina.
Sebagian besar perjalanan hidup Ibrahim dipenuhi dengan cerita perdebatan tentang Tauhid dan pertarungan melawan syirik dan Tirani.. Dan bagian itulah yang mengambil porsi terbesar dalam seluruh ayat yang tersebar dalam banyak surat Qur’an yamg menceritakan perjuangan beliau..
Tidak ada nabi yg debat-debat teologinya diceritakan detil dalam Qur’an selain Ibrahim.. Dalam dakwah tauhid itu ia berhadapan dgn ayahnya sendiri, dgn raja dan juga publik..
Pergulatan dalam dakwah tauhid itu berlangsung dalam waktu yang lama dan tersebar dalam wilayah yang sangat luas di zamannya..
Di Babylonia orang menyembah patung, di Harran orang menyembah bintang.. Tapi yg paling mengerikan adalah karena ia lahir dan tumbuh di era puncak kejayaan kerajaan Babylonia di bawah kepemimpinan Raja Namrud.
Di Babylonia pergulatan pertamanya justru dengan ayahnya sendiri, Azar.. saat ia masih terlalu muda.. hasilnya: ayahnya tetap musyrik dan ia diusir dari keluarga..
Setelah itu Ibrahim berhadapan dgn Raja Namrud yg dikenal sebagai Raja Seribu Tahun karena berkuasa sekitar 400 thn, diktator, dan menganggap dirinya sebagai tuhan karena merasa punya otoritas dan kemampuan menghidupkan dan mematikan.
Hasilnya Ibrahim dibakar.. tapi Allah memberinya mukjizat dgn mendinginkan api itu.. Raja dan rakyatnya tergucang dan yakin kerajaannya akan hilang sesuai mimpinya sebelumnya: bintang menutupi matahari dan bulan.
Setelah itu beliau bertolak menuju Harran.. disana ia berhadapan dengan masyarakat penyembah bintang dan beliau terlibat lagi dalam perdebatan dgn sengit dgn mereka.. penolakannya juga sama.
Setelah itu beliau menuju Mesir bersama istrinya Sarah.. Di situ malah sang raja hampir merampas istrinya dari beliau.. Tapi Allah melindunginya dan akhirnya menghadiahkan Hajar, darinya kelak ia dianugerahi Ismail dan bersamanya membangun Ka’bah..
Dengan Ka’bah Allah mengabadikan dakwah tauhid Ibrahim dan karenanya dikenang sebagai Bapak Tauhid.. Sekaligus menjadi simbol arah kehidupan baru umat manusia karena disanalah Allah kelak menutup mata rantai kenabian.
Allah akhirnya juga menganugerahi putra dari Sarah: Ishak.. dari beliau lahir Ya’qub yg kelak menjadi bapak Bani Israel.. semua nabi yg datang dari jalur ini hingga Musa dan Isa.. lalu Ismail dan Muhammad saw dari jalur Hajar adalah keturunan Ibrahim.. anugerah yg sempurna..
Ibrahim adalah Bapak Tauhid, Bapak Para Nabi, Bapak Agama Samawi.. kekasih Allah dan kekasih manusia.. sekitar 4,2 milyar dari 7 milyar (60%) penghuni bumi saat ini adalah pengikut agama samawi (Yahudi, Kristen, Islam: Musa, Isa, Muhammad saw).
Ibrahim telah mengubah arah sejarah kemanusiaan.. sesuai doanya: QS:Al Syu’ara:83-85
(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yg saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yg baik bagi orang2 (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan."
[Bagian Ketujuh: 10 Agustus 2019]
Doa Ibrahim utk meramaikan Ka’bah dgn kunjungan manusia dr segala penjuru bumi diabadikan Islam dgn menetapkan haji sebagai salah satu rukunnya.. dan hanya ini rukun Islam yg dijadikan nama surat dlm Qur’an: Al Hajj.
Haji baru diwajibkan pada thn ke-6 hijriah atau 5 thn sebelum Rasulullah saw wafat.. Persis setelah kemenangan besar kaum muslimin dalam perang Khandaq dan karenanya menandai era baru dlm perjuangan.. ‘era ekspansi’.. Setelah 5 thn mempertahankan negara Madinah.
Tapi penyiapan negara Madinah sendiri dilakukan pada musim haji setelah selesainya embargo tahun ke-10 di Mekkah hingga hijrah tahun ke-13 ke Madinah.. di musim haji negara Madinah direncanakan.. dengan rukun haji juga peradaban global diawali.
Jadi haji sejak awalnya membawa ruh ekspansi dgn semangat universalisme dan globalisme Islam.. Haji disyariatkan sbg instrumen terdepan penyebaran agama.
Karena situasinya yg kompleks Rasulullah SAW hanya berhaji satu kali, pertama dan terakhir.. Makanya disebut haji wada’, haji perpisahan dilaksanakan setelah seluruh risalah tersampaikan dan semua amanah kenabian tertunaikan..
Haji wada’ adalah momen ‘meresume’ semua makna agama yang telah disampaikan dan dijalani 22 tahun sebelumnya. Haji wada’ seperti meletakkan mahkota di kepala sang raja saat inagurasi.. seperti peristiwa topping off utk menandai keutuhan sebuah bangunan.
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَـٰمَ دِينً۬اۚ
“Hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah kesempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan kuridhai Islam sebagai agamamu..” (QS:Al Maidah:3)
Jadi Haji wada’ adalah simbol kesempurnaan agama.. Ini adalah hari kesaksian bahwa risalah telah disampaikan, amanah telah ditunaikan, perjuangan telah dituntaskan..
Tapi kesempurnaan adalah awal dari sebuah akhir.. Itu mengapa Abu Bakar menangis tersedu-sedu saat mendengatkan khutbah Rasulullah SAW ini.. Kekasih dari kekasih Allah itu tahu bahwa ajal kekasihnya, Rasulullah saw, sebentar lagi akan tiba..
Maka peristiwa Haji wada’ sekaligus juga merupakan 'Hari Pewarisan'.. Pewarisan agama kepada seluruh manusia, pewarisan amanah dakwah kepada manusia biasa yang bukan nabi.. Dgn semua kelemahannya dan semua komplekstitas masalah yg ia hadapi.. Tapi kali ini tanpa wahyu..
Makna dari 'Hari Pewarisan' itulah yg membedakan haji saya kali ini.. Saya telah memahami rahasia keabadian risalah dan keagungan para pembawanya.. Tapi mewarisi amanah dakwah itu?? Apa maknanya?? Apa syaratnya?? Apa konsekuensinya?? Tapi apa saya layak??
Apakah makna 'Labbaika' saat kita datang utk melengkapi rukun agama?? Apa pula makna 'Labbaika' saat kita datang dalam semangat menghadiri 'Hari Kesaksian' dan 'Hari Pewarisan'?? Apa yg dirasakan para sahabat dalam #hajiwada’ itu?? #harikesaksian itu?? #haripewarisan itu??
Labbaika Allahumma Labbaika.. Ilhami kami kembali makna-makna yang dulu Engkau ilhamkan kepada para sahabat Rasululullah SAW di #harikesaksian itu, di #haripewarisan itu..
Labbaika Allahumma Labbaika.. ikutkanlah kami dalam kafilah para pewaris amanah nubuwwah itu.. Labbaika Ya Allah.. ilhami kami jalan perjuangan menegakkan agama-Mu..
Labbaika Allahumma Labbaika..
ilhami kami pemahaman para nabi..
ilhami kami azimah para nabi..
ilhami kami ketangguhan para nabi..
turunkan sakinah dalam hati kami..
terangi jalan perjuangan kami dgn cahaya-Mu yang tak pernah padam..
(Dari twit @anismatta)
BERSAMBUNG.... klik 👇
Anis Matta: JALAN 'AZIMAH DAN PENGORBANAN ULIL AZMI