[PORTAL-ISLAM.ID] Assalamu’alaikum warahmatullah wa barokatuh untuk anda semuanya.
Pak Prabowo, Bang Sandi, saya bukan siapa-siapa, hanyalah remahan rengginang dari satu “kontainer” besar para relawan yang selama 10 bulan ini ikut berjibaku, timbul dan tenggelam dalam hiruk pikuk masa kampanye dan pilpres. Saya hanyalah satu diantara sekian banyak emak-emak yang ikut berpanas-panas di jalanan dari masjid Sunda Kelapa hingga sekitaran KPU, untuk mengantarkan Pak Prabowo dan Bang Sandi mendaftar sebagai capres dan cawapres. Dalam perjalanan selanjutnya, saya bersama relawan lainnya larut dalam kesibukan acara kampanye, deklarasi dukungan komunitas ini-itu, ikut pelatihan ini-itu, meramaikan kegiatan yang dihelat BPN, dan…, tentu tak lupa yang terpenting adalah menggunakan “kecerewetan” khas emak-emak untuk mengedukasi masyarakat sekitar agar mereka bisa memilih calon pemimpin negeri yang tepat, yang cerdas, berkualitas, berintegritas, amanah dan berwibawa. Kami sudah tak pernah berhitung berapa uang yang kami sisihkan bulan demi bulan untuk mengadakan APK, Alat Peraga Kampanye, apapun bentuk dan ragamnya. Kami sengaja tak pernah menghitungnya, karena tak ingin mengurangi keikhlasan, toh kami memang tak pernah berniat menagihkan berapapun yang telah kami infakkan. Semua itu semata-mata hanyalah bentuk kontribusi kami terhadap calon pemimpin yang kami dukung sepenuh hati, yang jadi harapan besar kami untuk memperbaiki masa depan negeri yang kami cintai ini.
17 April 2019 adalah hari paling bersejarah bagi kami. Sehari sebelum hari H pencoblosan, sampai malam kami emak-emak masih belum bisa istirahat, mengurus surat mandat untuk bertugas mengawal TPS esok harinya. Sebagian teman kami bahkan sampai menjelang subuh baru tiba di rumah, padahal jam 6.30 sudah harus duduk di TPS, menjadi saksi. Makanan dan minuman kami siapkan sendiri, atau bekerjasama dengan anggota keluarga lainnya dan teman-teman yang bisa mengantarkan makanan dan minuman untuk kami. Pilpres kali melelahkan, kami baru bisa meninggalkan TPS larut malam, bahkan khusus yang saya alami, saya baru bisa pulang jam 5 pagi keesokan harinya. Puji syukur pada Allah kami termasuk yang diberi kesehatan sehingga tidak terkapar sakit. Sebagian teman-teman kami sakit, tidak sehari dua hari mereka bisa pulih. Tak terhitung biaya berobat yang harus dikeluarkan. Semua itu kami harap terbayar lunas dengan kemenangan Pak Prabowo dan Bang Sandi.
Sungguh tak disangka, melubernya massa yang hadir di setiap event kampanye, di semua titik yang didatangi Pak Prabowo dan Bang Sandi, sama sekali berbeda dengan kenyataan yang ditampilkan oleh KPU. Meski di TPS-TPS kami dapati kemenangan bagi paslon 02, namun entah bagaimana jadinya, kok 01 yang unggul bahkan jauh melampaui kemenangan Jokowi di tahun 2014, ketika dia berada di puncak popularitas. Namun kami tidak menyerah! Kami meyakini ini ada kecurangan.
Hingga tiba saatnya KPU mengumumkan perolehan suara pada 21 Mei dini hari, saat sebagian besar bangsa ini terlelap tidur karena esoknya harus bangun sahur. Saat itulah amarah kami tak dapat lagi dibendung. Berdatanganlah kami ke Jakarta, di depan kantor Bawaslu kami melakukan unjuk rasa, memperlihatkan kepada para penguasa dan kepada seluruh dunia, bahwa KAMI MENOLAK PENGUMUMAN KPU YANG KAMI YAKINI PENUH KECURANGAN! Selama 2 hari kami disana, dalam kondisi berpuasa kami tak surut langkah. Banyak relawan dan pendukung 02 yang harus jadi korban dalam arti sesungguhnya. Sebagian mereka ada yang meregang nyawa diterjang peluru tajam aparat atau remuk raganya dihajar popor senjata dan tendangan sepatu lars. Sebagian lainnya terluka parah, pingsan, sesak napas, muntah, keracunan gas air mata. Sebagian lagi hilang entah kemana, raib bak ditelan bumi, keluarga tak tahu kemana harus mencari karena sejak 21 – 22 Mei 2019 mereka tak pernah kembali ke rumah.
Idul Fitri tahun ini menjadi lebaran paling tragis dan mengenaskan bagi kami para pendukung 02. Selain keluarga yang berduka karena anggota keluarganya tewas diterjang peluru, atau keluarganya hilang, masuk penjara tanpa diadili, ada lebih dari 600-an keluarga yang terpaksa berlebaran tanpa suami/ayah mereka terkasih, karena meninggal setelah menjadi anggota KPPS atau saksi/Panwas. Sungguh mahal sekali biaya “democrazy” yang harus dibayar anak bangsa ini, hanya sekedar karena kami menginginkan lahirnya seorang pemimpin bangsa yang mencintai rakyatnya dan dicintai rakyatnya. Pak Prabowo dan Bang Sandi, sampai pada paragraf ini saya nyaris tak sanggup melanjutkan. Mata saya basah oleh air mata yang deras mengalir, mengaburkan pandangan pada layar laptop.
Tidak, tak sekalipun kami menyesali seluruh rangkaian perjuangan kami bersama anda berdua. Tak sedikitpun kami merasa rugi baik materiil, immaterial, waktu, tenaga, pemikiran, semuanya sudah kami ikhlaskan, sebab kami yakin BERJUANG DI JALAN YANG BENAR. Air mata ini tumpah karena tak menyangka bahwa sudah sedemikian parah dan brutalnya permufakatan CURANG di negeri ini. Sehingga yang jelas kasat mata massa membludak dimana-mana, namun bisa begitu saja tak bermakna dalam perhitungan KPU. Meskipun bukti-bukti video kecurangan diserahkan, namun hakim MK menganggap itu semua bukanlah barang bukti. Yaa Robb kami, begitu besarkah dosa bangsa ini sehingga kami harus mengalami cobaan seberat ini, hanya sekedar menginginkan pemimpin yang amanah?!
Baiklah, jika ini semua adalah qodaruLlah, kami harus menerimanya, sebab hanya Allah yang tahu hikmah dibalik semua ini. Kenapa Bapak Prabowo dan Bang Sandi masih belum diijinkan Allah untuk memimpin negeri ini, pasti Allah punya alasan yang tepat. Tapi satu hal yang kami – saya dan ribuan bahkan jutaan relawan lainnya – yakini, yaitu bahwa : PERJUANGAN BELUM SELESAI!! Kami bisa menerima kenyataan (meskipun berat) bahwa seluruh rangkaian proses Pilpres telah selesai sampai di MK. Tidak ada lagi capres 02, namun di mata kami, Bapak Prabowo Subianto dan Bang Sandiaga Salahuddin Uno tetaplah pemimpin harapan kami. Kami memilih anda berdua karena anda berdua BERBEDA jauh dalam segala hal, bak langit dan bumi jika dibandingkan petahana yang kini “dimenangkan” lagi. Okelah, KPU dan MK bisa memenangkan mereka, tapi mereka tidak bisa memenangkan hati rakyat. Secara de jure mereka diakui sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih, namun secara de facto pengakuan itu tidak lahir dari mulut dan hati kami, sebagian besar rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, Pak Prabowo dan Bang Sandi, kami punya SATU PERMINTAAN yang kami mohooooonn… dengan amat sangat agar jangan ditolak. Maaf, saya mungkin tidak dalam kapasitas mewakili atau mengatasnamakan jutaan relawan dan pendukung Prabowo – Sandi, namun saya meyakini bahwa ada jutaan relawan dan pendukung Prabowo – Sandi lainnya yang sependapat dengan saya, seperti tercermin dalam obrolan di banyak WhatsApp grup dan media sosial. Satu permintaan itu adalah : JANGAN SEKALI-KALI PRABOWO – SANDI MELAKUKAN REKONSILIASI DENGAN PRESIDEN YANG DIMENANGKAN KPU DAN MK!! Tidak ada rekonsiliasi dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun, tidak juga atas nama apapun!! Tak perlu mengucapkan selamat, sebab sang juara sejati tak butuh ucapan selamat, tak butuh pengakuan. Janganlah berdalih akan rekonsiliasi demi rakyat pendukung, demi sekian banyak orang yang ditahan tanpa pengadilan, yang dikriminalisasi.
Percayalah : kalau itu anda jadikan bargaining untuk rekonsiliasi, maka anda berdua hanya akan ditipu mentah-mentah. Lihatlah apa yang menimpa Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan kebebasan yang dijanjikan. Semuanya janji palsu belaka. Jika pun Bapak dan Bang Sandi ingin membantu para relawan yang pendukung yang dikriminalisasi, upayakan saja bantuan hukum untuk mereka.
Mari kita bergandeng tangan, jika perlu membuka kotak infak untuk membantu proses hukum para korban kriminalisasi dan membantu biaya hidup bagi keluarganya. Insyaa Allah para pendukungmu masih punya cukup rizki untuk disisihkan demi membantu sesama relawan yang jadi korban kriminalisasi. Bahkan, sesungguhnya kami menyadari betul, pasca putusan MK 27 Juni lalu, ke depan “nasib” kami sebagai anak bangsa asli Indonesia, pewaris sah negeri ini, akan makin berat! Sebab kriminalisasi kemungkinan akan terus terjadi. Kami yang saat ini masih bisa berbicara dan menulis, siapa tahu hanya tinggal menunggu giliran untuk jadi “korban” selanjutnya.
Kami mendukung Pak Prabowo dan Bang Sandi TIDAK USAH HADIR dalam pelantikan presiden Oktober nanti. Toh itu bukan kewajiban. Ibu Megawati saja, selama 10 tahun mengabaikan eksistensi Pak SBY sebagai presiden terpilih. Bu Mega sama sekali tidak pernah mau menginjakkan kaki di istana, meskipun secara resmi diundang pada peringatan HUT RI setiap tahun. Lalu, mengapa kita sekarang diminta harus mau mengakui presiden yang kami yakini dimenangkan dengan penuh intrik kecurangan dan ketidakadilan! Kalau perlu, jika Bapak dan Bang Sandi mengadakan upacara HUT RI 17 Agustus nanti, biarlah kami ikut meramaikan “istana” anda berdua, istana rakyat. Kalau sedang tak ada urusan di luar negeri, mari kita bersilaturahmi bersama dengan para pendukung anda berdua, pada hari pelantikan presiden yang “dimenangkan”. Intinya : kami siap untuk terus membersamai anda berdua, ASALKAN Pak Prabowo dan Bang Sandi MASIH TETAP MEMBERSAMAI RAKYAT PENDUKUNG. Membersamai bukan hanya secara fisik, namun juga hati dan pikiran. Luka hati kami belumlah sembuh, masih menganga lebar. Tumpahan darah saudara-saudara kami masih basah, tanah kuburan saudara-saudara kami masih merah. Mana mungkin kami LUPAKAN PERJUANGAN MELAWAN KECURANGAN, KETIDAKADILAN, KEDZHOLIMAN?! Maka, TIDAK MUNGKIN KITA SEMUA AKAN BER-REKONSILIASI.
Tuduhan dan fitnah yang dilontarkan pada kami sungguh keji : golongan ISLAM RADIKAL, ISLAM GARIS KERAS, PENGUSUNG KHILAFAH YANG ANTI PANCASILAN, TIDAK CINTA NKRI!! Lalu, setelah semua issu itu mereka goreng sampai gosong selama 2 tahun terakhir ini, sekarang dengan mudah mereka akan merangkul kami dan melupakan semua fitnah itu?! Bahkan issu 30 orang teroris saja baru sepekan lalu seolah ditimpakan kepada kami yang datang ke Jakarta untuk mengawal sidang MK. TIDAK, tak akan semudah itu! Pak Prabowo dan Bang Sandi harus paham benar bagaimana luka hati kami. Jika mereka yang selama ini doyan ngibul, suka bohong, gampang ingkar janji, yang mengkhianati kami, kami tidak terlalu sakit, sebab sudah lama kami tak mempercayainya. Namun…, jika sampai Pak Prabowo dan Bang Sandi yang mengkhianati kami, maka luka yang menyayat hati kami perihnya tak terkirakan dan amarah kami sebagai relawan dan pendukung akan jauh lebih besar lagi.
Kami akan tetap setia membersamai Pak Prabowo dan Bang Sandi, percayalah!! Sebab kesetiaan dan dedikasi relawan sudah terbukti. Kami sedikitpun tak meminta imbalan, tidak juga tergiur kursi jabatan. Sejak awal mula kami bertekad, jika anda berdua terpilih memimpin negeri ini, kami dengan senang hati akan kembali ke kehidupan normal kami, kembali bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga.
Kepada para elite partai politik Gerindra, PKS dan PAN, sadarilah bahwa sesungguhnya kami memilih caleg dari partai anda bukan karena kami kenal baik. Tetapi karena kami yakin partai anda BERBEDA dengan parpol-parpol pendukung petahana. Jadi…, jika sampai ada politisi busuk yang berkhianat, mencoba main mata, tergiur kursi jabatan dan “harta ghonimah”, maka percayalah : rakyat akan membuang partai kalian ke tong sampah, bahkan ke comberan. Terima kasih kepada PKS yang telah menegaskan akan menjadi OPOSISI. Kami berharap Gerindra dan PAN pun akan sama sikapnya dengan PKS. Oposisi kali ini bukan hanya kalian yang di parpol politik, melainkan lebih dari separuh rakyat Indonesia yang menolak kecurangan pemilu. Kami sama sekali tak akan menuntut partai oposisi memenangkan voting dalam setiap issu, sebab kami paham jumlah kalian akan kalah dengan yang mayoritas. Tidak, sekali lagi bukan kemenangan yang kami tuntut, namun JEJAK PERJUANGAN MEMBELA KEPENTINGAN RAKYAT!!
Sekali lagi, Pak Prabowo, cobalah ingat perjalanan kekuasaan Pak Jokowi selama periode pertama jadi presiden. Ketika dia mengajukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri kepada DPR, lalu akhirnya berkonflik dengan KPK dan sebagian rakyat marah, maka kepada siapa Jokowi meminta dukungan?! Pak Prabowo yang diundang ke istana!! Ketika dia tak punya nyali menghadapi ulama dan ummat yang akan menggelar Aksi Damai 411, kepada siapa dia datang?! Ke Hambalang, menemui Pak Prabowo!! Tapi lihatlah, betapa menyakitkan kata-katanya selama debat capres kemarin : mengaku tak keluar uang sedikitpun saat maju dalam Pilgub DKI, padahal semua orang tahu bahwa yang membiayai dia berlaga di DKI adalah Pak Prabowo dan keluarga. Tak cukup hanya dengan kesombongannya itu, di debat berikutnya dia mengungkit tanah Pak Prabowo. Dan banyak lagi hal menyakitkan yang dia lakukan ketika sedang tidak butuh bantuan Bapak. Karena itu Pak Prabowo, cukup sudah, JANGAN SEKALI-KALI PERCAYA LAGI PADA MULUT MANISNYA. Rekonsiliasi hanyalah salah satu bentuk lain dari JANJI MANIS yang hanya akan jadi “diabetes” bagi rakyat!
Sekali lagi, Pak Prabowo, Bang Sandi, Gerindra, PKS, PAN, mari kompak : SAY NO to ajakan rekonsiliasi, apapun bentuknya dan apapun alasannya. Sesungguhnya mereka sedang mencoba membusukkan citra diri Pak Prabowo dan Bang Sandi dihadapan para pendukungnya, agar terlihat sebagai pengkhianat. Begitu pula 3 parpol itu sedang diupayakan agar di mata rakyat tampak SAMA SAJA dengan parpol lainnya jika sampai memilih jalan berkoalisi. Jadilah OPOSISI BERSAMA RAKYAT, insyaa Allah keberkahan akan bersama kita. Mari kita rumuskan lagi jalan perjuangan ke depan, sebab PERJUANGAN BELUM USAI! (*)
Penulis: Iramawati Oemar