SKOR TELAK, 5 – 0 UNTUK ANIES BASWEDAN
Banyak kegunaan sosmed, rata-rata kegunaan sosmed di hubungkan dengan aktifitas sehari-hari. Namun ada sekelompok orang menganggap sosmed adalah sebuah hiburan. Lelah dan letih saat bekerja, membuka sosmed akan membuat hati tertawa. Mendapatkan hiburan dan kelucuan dari penggunanya.
Dan itu salah satu kegemaran saya ketika mengamati sosmed yang berhubungan dengan pendukung ahok.
Setelah ahok kalah, mereka menyimpan dendam. Apapun akan mereka lakukan untuk membuat citra Anies turun. Pemberitaan yang baik bagi Anies adalah neraka bagi mereka. Dan solusi mereka untuk melawan berita itu adalah memunculkan berita tandingan yang memperlihatkan kekurangan Anies.
Sayangnya, pemberitaan tandingan mereka kerap blunder dan melakukan gol bunuh diri.
Setelah pemberitaan akan bambu yang memperlihatkan kedangkalan berpikir, lagi-lagi mereka mencoba menyerang dengan penampakan rumah susun DP 0 rupiah yang peminatnya banyak orang kaya yang memiliki Alphard dan Harley Davidson. Mereka hanya tertarik pada judul berita dari media namun gak mampu mencerna isi. Mungkin ini yang di katakan Prabowo bahwa 55% masyarakat Indonesia itu mengalami Buta Huruf literasi.
“Di World Bank, 55 persen Indonesia itu functionally illiterate. Saya sedih,” kata Prabowo.
Functionally illiterate alias buta huruf fungsional berbeda dengan buta huruf yang berarti tak bisa membaca sama sekali. Orang yang mengalami buta huruf fungsional bisa membaca tapi tidak menangkap pesan yang mereka baca.
Dan itu terbukti dengan pendukung ahok yang hanya tertarik pada judul, namun gak bisa mencerna isi pemberitaan atas judul yang di hadirkan. Rumah susun DP 0 rupiah memang banyak peminatnya. Ada 2000-an lebih pendaftar dan panitia melakukan verifikasi atas data pendaftar.
Di ketahui, dari pendaftaran itu ada yang orang kaya. Mempunyai kendaraan mewah seperti Alphard, Porsche, dan Harley Davidson. Oleh karena itu, dari 2000-an yang daftar, petugas verifikasi hanya loloskan 1700-an saja. Artinya, mereka yang ketahuan golongan menengah ke atas dengan daftar kepemilikan kendaraan mewah di diskualifikasi dari keinginan memiliki rumah susun DP 0 rupiah.
0 – 2 skor untuk Anies.
Setelah melakukan blunder akan hal itu, lagi-lagi pendukung ahok melakukan serangan dengan membawa pemberitaan akan penanggulangan sungai di DKI. Mereka membawa capture sebuah sungai yang di ramaikan oleh tanaman Enceng gondok. Sayangnya, pemberitaan itu bukanlah di DKI, melainkan di luar negeri. Tepatnya foto di sungai Brazil.
Sedangkan penanganan enceng gondok tetap selalu di bersihkan. Setiap musim hujan tiba di Banjir Kanal Timur (BKT), selalu dipenuhi sampah dan enceng gondok. Pasukan oranye setiap hari membersihkan saluran tersebut.
Luar biasa, bukan hanya impor barang kebutuhan yang di lakukan Indonesia. Untuk menjatuhkan seorang Anies, perlu juga impor pemberitaan hoax dari negara luar. Gol bunuh diri lagi…
Skor 0 -3, untuk kemenangan Anies sementara.
Lelah dengan pemberitaan yang membuat diri menjadi bulan-bulanan netizen, pendukung ahok bukannya menyerah. Kembali mereka melancarkan serangan membabi buta. Untuk semangat, saya mengilustrasikan pendukung ahok ini seperti Setan yang gigih menggoda.
“Setan sebelum keinginannya tercapai, dia gak akan kenal menyerah. Dan itu tercermin pada diri pendukung ahok.”
Mereka mencari sosok yang bisa di bandingkan dengan anies. Sosok ini pastinya mempunyai kelebihan yang harus bisa mengalahkan Anies di pemberitaan. Dan pilihan mereka, jatuh pada sosok Ibu Risma walikota Surabaya.
Mereka anggap, sosok ibu Risma bisa kalahkan anies dalam program kerja dan kebijakan. Dan ini sungguh lucu, karena pembanding Anies adalah seorang Risma. Bukankah Risma hanya walikota?
Not Apple to Apple jika pembandingnya adalah Risma. Malah kesannya jadi Apple to wortel.
Mereka memuja Risma karena mampu selamatkan aset Pemda surabaya, lalu bertanya,
“Anies sudah lakukan apa?”
Wah, ini kalau di bahas lebih dalam lagi bisa-bisa skor jadi 0-4 buat Anies. Telak gol nya.
Aset Jakarta yang di selamatkan Anies luar bisa banyaknya. Tau apa peringkat DKI ketika di audit BPK? 2 tahun di tangan Anies, DKI memperoleh WTP. Capaian ini, gak pernah di raih Jokowi dan Ahok di masa mereka memimpin, baru era Anies DKI mendapatkan WTP.
Mengapa DKI era anies mendapatkan WTP?
Karena masalah aset yang pertama di benahi oleh Anies. Mulai dari kendaraannya, mulai dari penagihannya pada pihak ke-3 yang menyewa dan mengambil kembali aset yang sudah di anggap hilang. Dan Rekomendasi Bpk ketika Anies mulai memimpin, BPK berkata..
“Tolong benahi masalah aset DKI”
Dan itu lah yang di lakukan Anies. Apakah pendukung tau tanah Cengkareng? Itu adalah tanah milik sendiri yang di beli oleh Ahok. Aset DKI di beli oleh DKI. Logika gak? Kenapa itu terjadi, karena selama memimpin, Ahok tidak tau mana aset DKI. Leadership Ahok dalam hal ini sangat lemah.
Di era Anies, masalah tanah Cengkareng di buka kembali. Masalahnya sudah masuk proses hukum. Dan saat ini, tanah itu sudah masuk lagi ke dalam aset DKI.
Jika masih ngotot menyodorkan Risma melawan Anies dalam hal penyelamatan aset, Anies bisa sodorkan nama lurah Kramatjati yang selamatkan aset DKI. Sebuah tanah kosong yang sudah di kuasai pihak ke-3 selama puluhan tahun, saat ini sudah kembali ke DKI. Dan itu di lakukan oleh seorang lurah, jabatannya masih 4 level di bawah Anies.
“Apakah adil jika seorang Risma di sandingkan dengan lurah saja?”
Berapa skor sekarang? 0-4 untuk Anies.
Masih belum puas, pendukung Ahok masih saja menyodorkan nama Risma. Kali ini dengan keberhasilan Surabaya mengelola sampah dan masalah polusi udara, dimana DKI menjadi tempat polusi tertinggi di Indonesia. DKI di tertawakan karena menganggarkan dana 3,7 Triliun untuk pengelolaan sampah. Sedangkan Surabaya hanya 30M saja.
Lagi-lagi bunuh diri. Memaksakan Risma sebagai lawan Anies, gak tepat. Surabaya itu masih hitungan kota Depok. Skalanya gak bisa di bandingkan dengan Anies yang memimpin DKI secara keseluruhan.
Untuk masalah polusi udara, ini adalah masalah komplek di kota besar. Polusi karena banyaknya kendaraan yang memadati DKI. Perbandingan nya sudah gak bisa di katakan normal ketika ketersediaan jalan tidak sebanding dengan jumlah kendaraan. Maka itu di DKI di bangunlah tol dalam kota yang perencanannya dulu sejak era Jokowi
Pembukaan tol dalam kota ini, ternyata gak membuat arus kendaraan lancar. Hukum alam, banyaknya jalan di perkotaan membuka peluang menambah jumlah kendaraan.
Jika Surabaya polusi udaranya lebih kecil, ya jelaslah. Surabaya kok di bandingkan DKI. Lagi-lagi not Apple to Apple. Surabaya itu kota dari sebuah provinsi di Jawa timur, sedangkan DKI adalah provinsi. DKI mencatatkan nilai paling tinggi jumlah kendaraan yang di pakai setiap hari di jalan raya. Dan polusi udara di DKI, di sumbangkan oleh knalpot kendaraan yang memadati jalan raya. Selain 10 PLTU batubara yang ikut memanaskan udara DKI.
Jika anggaran pengelolaan sampah DKI mencapai 3,7 T, itu karena DKI akan membuat sistim pengolahan sampah yang berintegrasi dengan pengadaan listrik. Dana sebesar itu untuk pembangunan sistim tersebut, wajar apabila mahal karena namanya saja membangun awal. Membandingkan dengan anggaran berjalan Surabaya dimana sistim pengelolaan sampah mereka sudah di mulai sejak tahun 2012 silam. Ya gak tepat .
Risma sudah menjabat di walikota Surabaya sejak tahun 2010. Dan tahun 2012, Surabaya sudah menerapkan sistim pengelohan sampah yang terintegrasi dengan bank sampah yang di kelola masyarakat. Ada pendapatan bagi masyarakat yang membentuk Bank sampah di wilayahnya, karena sampah yang di kumpulkan bisa di kelola menjadi pupuk.
Risma saat ini hanya mengeluarkan anggaran untuk pengelolaan sampah yang berjalan. Tidak ada membangun sistim seperti layaknya DKI yang akan membangun pengelolaan sampah yang di namakan Intermediate Treatment Facility (ITF) yang berlokasi di Sunter , Jakarta Utara.
Nantinya, ITF akan menggantikan TPA Bantar gebang di Bekasi.
Ibarat membuat rumah, pastinya dana membangun rumah lebih mahal dari pada perawatannya. Ilustrasi Membangun rumah butuh dana 200 juta – 500 juta. Sedangkan perawatannya, pertahun hanya 3-5 juta saja.
Jadi jangan samakan dana membangun ITF yang di anggarkan anies, dengan dana kegiatan berjalan yang di lakukan Risma. Jika di lihat dari anggaran DKI untuk LKH tahun 2018 hanya 384 M.
Dengan sampah harian mencapai 9000 ton, dan pertahun mencapai 3 juta ton, DKI menganggarkan dana 384 M. Sedangkan Surabaya, dengan sampah 1.600 ton per hari, anggaran dananya hanya 30M. Dan perlu di catat, di DKI masih membuang sampah ke Bekasi, TPA Bantar gebang. Ada insentif yang diberikan DKI ke Bekasi atas ekspor sampah tersebut.
Jadi wajar saja apabila anggaran berjalan DKI untuk sampah lebih besar dari Surabaya yang hanya sebuah kota di dalam provinsi.
Boleh kita buat skor 0-5 sekarang?
Hitungan untuk DKI adalah hitungan provinsi, lalu di bandingkan dengan hitungan kota surabaya. Harusnya, lawan Surabaya itu hanya sekelas Jakarta pusat atau Jakarta Utara saja. Bukan atas nama DKI secara keseluruhan.
Nasi sebakul untuk makan 5 anggota keluarga, di lawan nasi sepiring dari Risma. Logika gak? Bagi pendukung Ahok, itu logika. Nyata lucunya.
Kadang heran, kenapa Surabaya yang di sodorkan mereka?
Kenapa gak bandingkan gubernur Jawa timur, Jawa tengah, Jawa barat atau gubernur Bali untuk lawan Anies? Kenapa memaksakan Risma yang hanya walikota?
“Apa gak ada sosok lain untuk melawan kehebatan Anies yang setingkat gubernur?“
Ternyata emang gak ada. Sosok gubernur Jawa tengah, masih bermasalah dengan BAB masyarakatnya yang harus adakan arisan jamban. Sosok gubernur Jabar, masih berkutat dengan banyaknya jumlah pengangguran. Belum lagi masalah bandara Kertajati yang mulai di tinggalkan penumpang. Sosok gubernur Jawa timur, malah tersandung kasus suap jual beli jabatan di kementrian agama.
Mau membanggakan siapa lagi mereka?
Akhirnya, menaikkan nama Risma untuk melawan Anies. Kasihan Risma, di paksa berlari oleh pendukung Ahok yang terlalu memaksa.
Ibarat pertandingan sepakbola, pendukung ahok selalu melakukan blunder yang menyebabkan gawang kebobolan. Clean sheet, skor telak tercipta…
Jika butuh hiburan di tengah kepenatan aktifitas sehari-hari, sudilah tuan dan puan mampir ke akun pendukung ahok. Kami pastikan tuan dan puan akan terhibur melihat polah mereka yang lupa membawa otak.
Salam…
Bukittinggi, 30 Juli 2019