[PORTAL-ISLAM.ID] Pasukan Amerika tiba di Saudi, Sabtu (20/7/2019). Trump pernah bilang bahwa Raja Salman tidak akan bisa bertahan lebih dari dua minggu di singgasana tanpa penjagaan dari Amerika ternyata bukan bercanda.
Salman beranggapan dengan dilindungi Amrik negaranya akan aman. Salman ga paham bahwa dengan masuknya pasukan Amrik ke Saudi artinya Saudi dalam situasi genting dan kedaulatan telah hilang. Terus kita menitipkan dua kota suci kepada rezim macam ini?
Dulu Erdogan pernah menawarkan untuk membuka pangkalan militer Turkey di Saudi. Saudi menolak dengan alasan kedaulatan. Sekarang Salman dengan bangga mengemis minta perlindungan kepada Trump, presiden terlemah sepanjang sejarah Amrik.
Dalam waktu bersamaan kondisi sosial masyarakat Saudi semakin bobrok. Baru di era Salman dan anaknya kita bisa melihat pemandangan seperti ini di Saudi. Kalian paham kenapa liberalis disini sekarang mendadak manis kepada wahabi? Video ini jawabannya.
Dalam waktu bersamaan sosial Saudi semakin bobrok. Baru di era Salman dan anaknya kita bisa melihat pemandangan seperti ini di Saudi. Kalian paham kenapa liberalis indon sekarang mendadak manis kepada wahabi? Video ini jawabannya. pic.twitter.com/X2VTF4KtRz
— Hasmi Bakhtiar (@hasmi_bakhtiar) 21 Juli 2019
Terlepas banyak hal yang gw ga sepakat dg Sadam Hussein, tapi nasehat dia fakta hari ini. Bagaimana negara Arab terutama Teluk dikhianati Amrik namun kekayaannya dikuras. Saudi masih dibombardir Houthi padahal belanja senjata kpd Amrik begitu gila. Sekarang minta perlindungan pula.
Pemerintah Arab Saudi telah memutuskan untuk menjadi tuan rumah pasukan Amerika Serikat, dalam langkah bersama untuk meningkatkan keamanan regional, menyusul ketegangan yang meningkat di Teluk Persia, kata kementerian pertahanan kerajaan itu.
"Berdasarkan kerja sama timbal balik antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, dan keinginan mereka untuk menjaga keamanan kawasan (Teluk) .... Raja Salman memberikan persetujuannya untuk menjadi tuan rumah pasukan Amerika," kata seorang juru bicara kementerian itu kepada kantor berita pemerintah Saudi, SPA.
Dikutip dari Channel News Asia pada Sabtu (20/7/2019), keputusan itu mengakhiri 'hiatus' (berhenti sementara) Arab Saudi dalam menerima kehadiran pasukan AS pada 2003 lalu, menyusul berakhirnya perang dengan Irak.
Sebelumnya, kehadiran AS di Arab Saudi berlangsung selama 12 tahun, dimulai dengan Operasi Badai Gurun pada tahun 1991, ketika Irak menginvasi Kuwait.
— Hasmi Bakhtiar (@hasmi_bakhtiar) 20 Juli 2019
— Hasmi Bakhtiar (@hasmi_bakhtiar) 20 Juli 2019
— Hasmi Bakhtiar (@hasmi_bakhtiar) 21 Juli 2019
— Hasmi Bakhtiar (@hasmi_bakhtiar) 21 Juli 2019