[PORTAL-ISLAM.ID] Saya berusaha memahami cara fikir Ketua PBNU Said Agil Siradj, yang memposisikan di samping minoritas di negeri ini. Dalam pemikiran sederhananya, umat Islam di negeri ini adalah mayoritas, dimana kurang lebih dari 80% populasinya. Dan sebagai mayoritas, beliau berfikir kemungkinan mayoritas berpotensi mencederai umat minoritas sangat besar.
Tapi jika dilihat dari gesekan sosial di negeri ini, bermuara pada faktor ekonomi. Jurang pemisah antara ekonomi yang berkemampuan dengan yang misikin sangat besar.
Nah disinilah pusat masalahnya, bahwa ekonomi umat Islam di negeri ini menempati di posisi MINORITAS. Penguasaan sentra ekonomi di kendalikan oleh 2% populasi yang kebanyakan etnis tionghoa dan bukan beragama Islam.
Jadi jika pak Kyai Said ingin memposisikan di minoritas agar tidak timbul gejolak sosial, maka pak Kyai harusnya ada disamping umat Islam dengan melakukan aksi nyata pemberdayaan umat.
Pemberdayaan baik secara lahir maupun bathin, mengkritik keras kepada kekuasaan yang kebijakannya tidak pro rakyat, dan juga melakukan perlawanan terhadap perampasan hak-hak kesetaraan dalam ekonomi dan hukum di negeri ini.
Sepertinya pak Kyai Said harus merubah cara melihat mayoritas dan minoritas, setelah itu barulah bersikap.
Penulis: Alhadi Muhammad