[PORTAL-ISLAM.ID] Akhir zaman.....
Orang Islam sendiri membantu menghina Agama nya.....
Orang yang menghina Al-Quran di Bela.....
Ini lah akhir zaman.......
***
Perempuan bernama lengkap Dewi Purnamawati itu tumbuh besar di lingkungan kristen Katolik. Kekristenan sang ibu sangat kuat.
Sang ibu adalah aktivis gereja yang berhasil memurtadkan tokoh agama Islam di kampungnya di Lombok. Sejak kecil, Dewi dan adik-adiknya dididik menjadi Kristen fanatik.
Dewi juga menapaki jalan serupa sebelum berislam. Perempuan kelahiran Solo pada 13 Oktober 1962 ini, sewaktu kecil sering mengajak teman-temannya ikut sekolah Minggu. "Pada 1970-an, mereka dibaptis bersama saya. Herannya, orang tua mereka tidak risau sama sekali," kata dia.
Misi tersebut dia jalani hingga remaja. Sang ibu bahkan mendorong agar dia berpacaran dengan Muslim. Dewi pun menjalin hubungan dengan seorang aktivis gerakan mahasiswa Islam. Selama masa pacaran itu, Dewi tak menampakkan misinya, justru menonjolkan toleransi dan kepedulian.
"Jadi, kita bisa banyak membantunya dan membuatnya banyak bergantung pada kita," kata Dewi. Pelan-pelan, aktivis itu mulai merasa goyah dan rela dibaptis tanpa perlawanan. Pada 1985, mereka menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki.
Perkawinan itu tidak berumur panjang. Pada 1992, ia bercerai. Anaknya diasuh oleh orang tuanya di Lombok dan dididik menjadi Kristen militan.
Jadi Mualaf
Berawal sebuah peristiwa mengerikan yang nyaris merenggut nyawanya. Awal 1999, saat Dewi tengah melaju kencang dengan mobil menuju Madiun, ban mobilnya tiba-tiba bocor terkena potongan pelat besi. Sontak, mobil berjalan zig-zag tak keruan. Dia pucat pasi.
Ketakutan akan kematian spontan menghantui. Untungnya, dia belum ditakdirkan meninggal saat itu. Tuhan masih menyelamatkan. Dewi berhasil mengendalikan mobil dan menepi. Dia berhenti di pinggir persawahan yang sangat luas, jauh dari permukiman. Saat itulah, tiba-tiba terdengar kumandang azan Maghrib. Hatinya bergetar.
Setelah bertahun-tahun dalam pergulatan batin dan memohon petunjuk Tuhan, pada Februari 1999, Allah melapangkan dadanya untuk memeluk Islam.
Tak lama setelah berislam, Dewi menikah dengan seorang Muslim taat. Suaminya seorang manajer di sebuah perusahaan otomotif besar. Lelaki itu teguh memegang keislaman.
Ujian demi ujian Pada awal masuk Islam, Dewi menghadapi berbagai ujian. Keluarga, teman, dan tetangganya yang beragama Kristen mengucilkan dia, sementara orang-orang Islam masih mencurigai keislamannya.
Pada 18 Agustus 2003, ketika keislaman Dewi mulai bersemi, sang suami yang mengenalkan dan membimbingnya berislam, tanpa sakit dipanggil ke hadapan Allah.
Sepekan setelah kematian suaminya, sang ibu datang dari Lombok. Ibunya mendesak Dewi kembali pada kekristenan. Menghadapi desakan itu, Dewi tetap teguh. Ia tidak ingin melepas kebenaran yang telah dia pegang.
Akibatnya, semua biaya hidup Dewi sejak kecil hingga dewasa dihitung utang dan diberi tempo satu pekan untuk mengembalikan. Bila tidak mampu, dia harus kembali memeluk Kristen. [Republika]
[VIDEO]