JANGAN GUNAKAN ILMU HANYA UNTUK CARI UANG!
Bisa jadi ilmu yang sampeyan pelajari memudahkan sampeyan cari duit. Tentu dengan restu Gusti Allah.
Saya jadi mikir, Ilmu Hukum itu basah. Sampeyan bisa jadi advokat dengan bayaran duit "sak hohah". Contohnya Om Yusril. Beliau ini duitnya kaya mata air. Basah terus. Kasus-kasusnya kelas berat. Yang ditangani masalah negara.
Para politisi itu juga tajir. Ilmunya ilmu politik. Duitnya melimpah. Makanya banyak orang njago jadi anggota dewan. Pengusaha yang sudah tajir melintir wae rame-rame masuk dunia politik. Yo kuwi mau, duite akeh.
Namun orang yang ilmunya bisa mencetak duit juga banyak godaan. Godaan untuk berbuat tidak baik. Curang. Korup. Merusak. Orang yang berorientasi duit tak akan berpihak pada kebenaran. Sing penting dapat duit.
Makanya kanjeng Nabi Muhammad sering berdoa tiap hari, "Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an..." “Duh Gusti Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat... "
Kanjeng Nabi serius bro memohon ilmu yang bermanfaat. Ilmu itu kalau nggak bermanfaat ya merusak. Misalnya ahli politik tapi merusak politik. Ahli hukum merusak hukum. Ahli agama merusak agama.
Ada seorang pejabat bilang bahwa kecurangan itu bagian dari politik. Bajigur! Inilah pembelajaran bagi anak bangsa bahwa main curang itu boleh. Tipu-tipu nggak apa-apa. Main curang rapopo. Rusak tenan. Tak ada etika. Tak ada prinsip moral. Pokoke menang.
Ada politisi nyambi bisnis. Kapitalis. Perusahaannya dimana-mana. Kebijakannya sebagai pejabat harus menguntungkan bisnisnya. Laut direklamasi. Hutan dirusak. Bangun properti tanpa ijin. Melanggar hukum dan aturan "hawisben". Sing penting bisnis lancar. Kalian mau protes? Aku yang berkuasa, Ndul. Kalian itu receh. Jelata.
Ada ahli hukum merusak hukum. Keberpihakannya pada kebenaran nggak bisa dipercaya. Dia akan membela siapa yang berkuasa dan punya duit banyak. Duit bisa membuat yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar.
Ahli agama merusak agama. Ada departemen paling korup. Ternyata yang ngurusi masalah agama. Ada profesor pinter ilmu agama. Ternyata pikiran-pikirannya melenceng dari aturan agama. Hobinya menyebarkan keraguan-keraguan terhadap ajaran agama. Ada yang dikenal sebagai ulama. Tapi mereka hanya berpihak pada yang mau memberi kekuasaan dan harta. Fatwa bisa dipesan. Kebenaran-kebenaran versi penguasa disyiarkan melalui podium-podium ulama.
Jika ilmu hanya digunakan untuk cari uang, spiritualitasnya hilang, semangat moralnya sirna, orientasi pada kebaikannya musnah.
Dalam serat Wedhatama, Mangkunegara, Mangkunegara IV menulis:
"Ngelmu itu kelakone kanti laku"
Ilmu itu bisa terwujud dengan "laku", yakni menjalani hidup dengan ilmu, selalu melakukan refleksi atas hidup yang dijalani.
"Lekase lawan kas"
Dengan kemauan yang menguatkan
"Setya budya pangekese dur angkara"
Gunakan ilmu berlandaskan ketulusan budi, spirit untuk melawan kejahatan dan angkara murka. Ikhtiar untuk selalu berada pada jalan moral dan kebaikan.
(By Endro Dwi Hatmanto)