Oleh: Edi A Efendi (@eae18)
1. Sikap keras kepala Megawati, tak mau menginjak istana selama dua periode dan tak mau bertemu @SBYudhoyono, secara moral tak benar. Tapi secara prinsip berpolitik, bisa dibenarkan. Harusnya @prabowo meniru cara Mega.
2. Padahal ketika Mega dan SBY bertarung, pendukung SBY tak melakukan fitnah keji ke Mega. Beda dengan pendukung JKW. Dua kali tarung, JKW vs PS, Prabowo dinistakan pendukung, elit, dan akar rumput JKW. Difitnah dan dihina dina.
3. Dari @wiranto1947 @edo751945 (A.M. Hendropriyono) @GeneralMoeldoko sampai buzzer bayaran JKW, @prabowo dibilang orang sakit jiwa, penculik dan pembunuh sampai tuduhan keji kalau PS itu homo. Pendukung PS juga dinistakan. Kaum radikalis, teroris plus satu per satu diciduk.
4. Kalau realitas ini, tak dianggap oleh @prabowo dan melakukan rekonsiliasi dg JKW, maka benar tuduhan elit kubu @jokowi dan jokowers, bahwa Prabowo itu sakit jiwa.
Sakit jiwa karena dia tak menyadari sakitnya pendukung PS dinistakan begitu rupa.
5. Jika @prabowo melakukan rekonsiliasi, Prabowo layak menyandang gelar jahil murokkab. Sedungu-dungunya manusia. Prabowo layak menyandang gelar Bapak Dungu Nasional.
Agar terhindar dari label itu, tolak rekonsiliasi dengan @jokowi. Biarkan JKW menikmati kemenangan semu.
(Dari twit @eae18 02-07-2019)
— Nadiku (@eae18) 2 Juli 2019
— Nadiku (@eae18) 2 Juli 2019
— Nadiku (@eae18) 2 Juli 2019
— Nadiku (@eae18) 2 Juli 2019
— Nadiku (@eae18) 2 Juli 2019