(Kader mengibarkan bendera PKS dalam Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di Stadion GBK, Ahad (7/4/2019) - by PKSFoto)
[PORTAL-ISLAM.ID] Tulisan ini, bisa dikatakan telat terbit, karena sebenarnya sudah ready akhir bulan Mei kemarin. Karena sesuatu dan lain hal, pertimbangan antara dinaikkan atau disimpan untuk koleksi pribadi saja. Dipikir-pikir, kok ya eman, dibuang sayang. Begitu kalau kata anak millennial jaman sekarang.
Di luar dugaan Saya ingin mengatakan, bahwa suara PKS mengalami peningkatan. Jika 2014 mendapatkan 8.480.204 suara, sekarang naik jadi 11.493.663 atau dari 6,79 persen menjadi 8,21 persen. Banyak pengamat politik yang salah prediksi. Termasuk Litbang Kompas yang survey terakhirnya waktu itu, PKS hanya memperoleh 4,5 persen.
Saya percaya jika para pimpinan partai dan kadernya sangat optimis untuk sekedar PKS lolos Parlementery Threshold. Karena memang harus seperti itu tabiatnya sebuah perang, Ia harus dimenangkan. Tapi, dinamika pilpres dan konflik internal, mau tidak mau, membuat mereka harus bekerja lebih keras. Tapi di dalam lubuk hati yang dalam, Saya yakin, ada semacam perasaan kemenangan besar yang tak disangka, mengingat mereka sibuk dengan perpecahan internal yang terjadi dan itu sangat menguras energi.
Soal “pertolongan Allah SWT” tentu saja itu ada dan tak perlu dibahas disini. Soal keberkahan? Tentu tidak bisa kita ketahui bagaimana tanggapan Allâh atas ikhtiyar yang telah dilakukan. Sebab keduanya, mutlak prerogatifNya mau kasih pertolongan kepada PKS, Nasdem, PKB atau siapapun ya terserah saja. Mau diberikan raport keberkahan atau tidak ya terserah Dia.
Tapi, demi menjawab penasaran Saya darimana saja suara PKS terkumpul sebanyak itu, saya melakukan riset kecil-kecilan yang mungkin menarik untuk dibicarakan, hanya antara aku dan kamu.
(1) Pertama, tentu saja ini adalah hasil dari kerja keras serta doa qiyadah, caleg, kader, simpatisan, dan timses (saya juga timses). Mungkin, juga termasuk buah dari kerja keras konsultan yang menyelenggarakan sangat banyak pelatihan caleg di setiap daerah siang dan malam selama berbulan-bulan.
(2) Kedua, endorsement tokoh dan influencer di waktu akhir jelang pencoblosan. Jangan lupakan faktor ini. Dukungan Habib Rizieq (Imam Besar FPI), Ust Abdul Somad, Ust Hanan Attaki, Ust Adi Hidayat, dan beberapa Ulama di GNPF yang banyak jamaahnya, yang mengajak untuk memilih partai yang berpihak pada islam dan ulama, bahkan secara langsung ada yang menyebut PKS, ini sangat menguntungkan PKS.
Saya pernah iseng menghitung berapa folower (fans) mereka, dan kira-kira berapa yang loyal sami’na wa atho’na dengan dhawuhnya, terutama arahan memilih pada pemilihan umum.
Jika dilihat dari akun IG dan FB saja, UAS folower/fansnya mencapai 10 juta dan yang sangat loyal (diukur dari intensitas rerata interaksi per-postingan) mencapai 2,5 juta. Ust Hanan Attaki folower/fansnya hampir 7 juta, dan loyalisnya sekitar 1,5 juta. Ust Adi Hidayat follower/fansnya sekitar 2jt, dan loyalisnya hampir 1jt. Bagaimana dengan Kader FPI? Tentu saja, Saya kira semua kadernya loyal kepada fatwa Imamnya Habib Rizieq, yang jumlahnya juga jutaan se-Indonesia.
Tentu saja, pqra loyalist itu, angkanya tidak dijumlah begitu saja karena ada irisan-irisan juga. Follower UAS juga follower Ust Adi Hidayat, kader FPI juga follow Hanan Attaki, dan seterusnya. Satu pertanyaannya kan begini, berapa banyak darinya, yang memang kader PKS dan sudah memilih PKS di Pemilu 2014? Ini penting untuk mengidentifikasi seberapa banyak pemilih baru dan dari pemilih baru itu, seberapa banyak yang murni hasil rekruitmen partai atas tawaran program, dan seberapa banyak yang hasil endorsement.
Prediksi saya tak kurang ada 4 juta lebih pemilih baru PKS, berasal dari hasil endorsement para tokoh yang Saya sebutkan di atas. Jadi ada baiknya PKS juga berterima kasih secara khusus kepada influencer / endorsernya.
Pekerjaan selanjutnya adalah, litbang partai harus mampu membaca, seberapa banyak pemilih karena efek koalisi mendukung Prabowo serta pemilih baru yang tertarik karena program yang ditawarkan; perlindungan ulama, sim sekali seumur hidup, dan pajak gratis.
(3) Ketiga, banyak yang mengasumsikan secara matematis suara PKS pasti berkurang karena sebagian kadernya yang pindah ke GARBI. Tapi, asumsi matematis itu ternyata tidak terjadi. Saya kebetulan bertanya langsung ke beberapa kader GARBI, terkait preference politik mereka. "Ya kalau pilihan politik masih sama, tapi kalau diminta berjuang seperti dulu ya ga bisa" Kira-kira begitu jawabannya.
Ternyata banyak juga kader GARBI yang terus terang masih milih PKS. Alasanya, karena pertemanan, nggak kenal dengan caleg partai lain, dan nggak ada arahan khusus dari Garbi untuk milih siapa. Jadi, dari situ saya memprediksi (di Jogja) sekitar 90 persen kader GARBI masih milih PKS, dan 60% nya bahkan masih membantu temannya yang dicalegkan PKS.
(4) Keempat, bangkitnya politik identitas atau tengah-kanan (kelas menengah muslim, post muslim, kalangan terpelajar, dan alumni 212) yang mendukung pasangan 02. Ini menjadi blessing in disguise yang menguntungkan bagi PKS.
Kenapa preference politik mereka bukan ke PAN atau Demokrat? Sebab, sejak awal PKS lah yang relatif paling konsisten jadi oposisi dan mungkin juga terlihat lebih islami.
Jadi , beberapa faktor itulah yang menurut saya cukup menjawab pertanyaan darimana saja suara PKS.
Mungkin lewat semua itulah jalan pertolongan Allah diwujudkan.
Jadi, ada baiknya PKS tak perlu terlalu bangga dengan hasil ini, bahwa seolah semua kerja sendiri. Kemenangan adalah kerja kolektif semua entitas, bukan milik orang-orang yang terjangkiti penyakit politik sectarianisme; merasa paling benar dan paling lurus perjuangannya.
Utamanya, pembahasan pada point kedua sampai keempat, itu logika kemenangan yang di bawa ke ruang publik. Pada point inilah, kita diharuskan berpikir pada timeline yang berlapis-lapis sekaligus, agar tidak parsial dalam mengambil kesimpulan.
Jika PKS ingin tetap mempertahankan pemilihnya di ruang publik sebagaimana point dua sampai empat, PKS harus eksis di ruang publik dan menang dengan sangat baik pada semua tingkatan logika publik.
19-07-2019
(By Ale Ikhwan Jumali)
Serial Keprajuritan Ale Ikhwan Jumali #9 Tulisan ini, bisa dikatakan telat terbit, karena sebenarnya sudah ready akhir...
Dikirim oleh Ale Ikhwan Jumali pada Kamis, 18 Juli 2019