Akankah PKS Terkucil?
Sekalipun tidak bergabung dengan koalisi pendukung capres Joko-Ma’ruf, partai-partai Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat dipilih juga karena kepercayaan pemilih kepada mereka. Mereka dipilih karena sebagian rakyat menginginkan alternatif selain koalisi lain. Menjadi penting bagi partai-partai ini untuk menjaga kepercayaan rakyat kepada mereka dengan tidak mudah tergiur oleh tawaran mayoritas pemenang pileg untuk masuk ke dalam pemerintahan.
Meskipun jumlah peroleh kursi DPR mereka (secara gabungan 226 kursi) masih lebih kecil dibandingkan dengan gabungan PDI-P, Golkar, PKB, Nasdem, dan PPP (total 349 kursi), namun posisi mereka diperlukan sebagai penyeimbang pemerintah. Komposisi ini bahkan bisa berubah drastis apabila partai-partai yang semula mendukung Prabowo tergoda oleh transaksi-transaksi politik dan beralih perahu.
Apakah partai-partai ini akan benar-benar tergoda oleh tawaran itu? Tampaknya mereka tengah berhitung. Bagi Joko-Ma’ruf, apabila partai-partai ini jadi bergabung, maka rintangan bagi realisasi program-program pemerintah akan terhalau sedari awal. Sikap kritis dari parlemen telah mampu diredam sejak dini. Inilah jurus melemahkan perlawanan dengan merangkul lawan.
Apabila Demokrat dan PAN, yang hingga kini masih menimbang-nimbang atau mungkin sedang bernegosiasi, ternyata memutuskan pindah ke perahu pendukung Joko-Ma’ruf, maka jumlah anggota legislatif koalisi pemerintah akan membengkak. Apa lagi jika Gerindra juga tidak tahan terhadap bujukan untuk duduk di kabinet. Bila skenario ini terwujud, tinggallah PKS sendirian dengan perkiraan 50 kursi di DPR.
Dengan tinggal sendirian, PKS memang menjadi minoritas yang ‘terkucil’ dan terbayang beban berat yang mesti dipikul anggota legislatif partai ini manakala berhadapan dengan mayoritas ‘gendut’ yang menghimpun 8 partai lainnya dengan 525 kursi. PKS, yang tampaknya menjadi satu-satunya partai peraih kursi DPR yang tidak ditawari untuk bergabung ke koalisi pendukung pemerintah, bakal kerepotan.
Meski begitu, tidak akan sia-sia bagi partai apapun menjadi minoritas di DPR selama wakil mereka menjalankan fungsi kontrol secara konstruktif dan menyuarakan pandangan kritis yang mewakili rakyat serta mampu menawarkan alternatif dan pembanding terhadap pandangan pemerintah. Sekalipun seandainya suara mereka tidak diadopsi oleh partai-partai pendukung pemerintah, tidak ada yang sia-sia.
Menjadi minoritas di parlemen barangkali akan tertekan, namun mereka akan dicatat sebagai partai-partai yang menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pemilih dan tidak ikut-ikutan ‘trend’ pindah perahu. Mereka juga ikut merawat demokrasi karena tetap menjalankan fungsi penyeimbang terhadap eksekutif, sekalipun itu jalan yang tidak mudah. Meluruskan yang kurang atau tidak benar sama bernilainya dengan yang menjalankan hal yang benar.
(By Dian Basuki)
Sumber: Indonesiana.id