Nasionalis yang Tidak Nasionalis
(Sebuah Tanggapan Warga Sumbar)
Gambar ini (lihat gambar atas -red) disebarkan oleh seorang teman FB saya di Sumbar (Sumatera Barat) dan di reshare sampai 150x lebih oleh kebanyakan teman teman di Sumbar. Sebagian besar komentar persis sama dengan niatan yang menshare. Postingan ini tidak 100% benar jumlah dan hitungannya, tetapi tujuannya Ingin menyampaikan perbandingan pendapatan asli daerah Sumbar yang digambarkan dengan kelinci dan dana dari pusat yang digambarkan seperti gajah.
Walaupun dibungkus dengan kalimat untuk di cek dan recek, tujuan dari postingan ini sangat transparan. Orang Sumbar tidak membalas jasa dengan tidak memilih pasangan capres tertentu, sementara bantuannya ke Sumbar sangat besar.
Postingan seperti ini cenderung memecah belah semangat kesatuan bernegara kita. Didengungkan oleh orang yang mendengung dengungkan semangat Bhinneka Tunggal Ika, tetapi perilakunya sangat bertolak belakang.
Yang pertama.
Semua daerah di Indonesia berkontribusi untuk membangun bangsa ini, daerah kaya seperti DKI Jakarta, Kaltim dan Riau tentu saja tidak semena mena petantang petenteng menyatakan bahwa dana daerah mereka digunakan untuk membangun daerah lain. Karena jika isu ini dibangkitkan, maka tentu saja daerah yang mampu juga boleh membangkitkan isu dalam posisi berbeda.
Yang kedua.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia bersama dengan DPR RI, bukan dalam kapasitas Presiden 01 atau 02 atau Presiden PDIP ataupun Nasdem. DPR RI juga bukan DPR PDIP ataupun partai lain.
Yang ketiga.
Sejak dahulu APBD Sumbar selalu lebih rendah dibandingkan dengan PAD, tetapi para pendukung pihak tertentu tidak pernah mengaitkan pilihan politik dengan anggaran. Karena APBN adalah untuk negara dan ditujukan untuk pemerataan agar tercipta pembangunan yang berkeadilan.
Yang keempat.
Walaupun kontribusi dalam hal anggaran Sumbar sangat kecil, tahukah mereka yang menyampaikan bahwa kontribusi orang Minang terhadap terbentuknya Negara Kesatuan NKRI sangat besar dan itu tidak bisa dinilai dengan uang.
Yang kelima.
Mengaitkan pilihan politik dengan anggaran adalah suatu kemunduran dalam berpolitik, apalagi jika mengaitkan dengan legenda daerah Minang tentang anak durhaka. Pilihan politik adalah hak demokrasi dan melekat pada setiap anak bangsa. Setiap anak bangsa berhak memilih sesuai hati nuraninya.
Yang keenam.
Kontribusi APBN ke Sumbar sebagian adalah dalam bentuk belanja pegawai dan belanja daerah, yang tujuannya adalah menjalankan roda pemerintahan. Roda pemerintahan harus terus berjalan siapapun partai yang memerintah.
Yang ketujuh.
Berhentilah mengusik harga diri orang Minang, sikap ke kanak kanakan anda para pendukung capres tertentu tidak akan menimbulkan simpati orang minang. Tolong diingat bahwa orang minang yang berada diperantauan jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang Minang di Sumbar. Dan mereka semua berkontribusi terhadap negara ini .
Yang kedelapan.
Menggambarkan pendapatan Sumbar sebagai kelinci dan APBD dengan kontribusi dari pusat adalah bentuk pelecehan dan sungguh bersifat primordial.
Mohon maaf, jika ada yang tersinggung. Tulisan ini sudah saya tahan tahan untuk tidak muncul, tetapi akhirnya saya putuskan untuk muncul . Karena postingan yang menyinggung kemampuan suatu daerah sungguh sangat berpotensi memecah belah bangsa ini.
Saya yakin Pemerintah Pusat tidak pernah sekalipun menulis dan menggambarkan hal tersebut. Itu hanya postingan dari pendukung salah satu Pasangan calon yang sungguh berniat memecah belah.
Kedepannya sebaiknya postingan yang menyinggung etnis dan wilayah dihindari, karena terbukti sangat sensitif.
Padang, 6 Juni 2019
(dr. Patrianef)
*dari fb penulis
Nasionalis yang tidak nasionalis Gambar ini disebarkan oleh seorang teman FB saya di Sumbar dan di reshare sampai 150x ...
Dikirim oleh Patrianef Patrianef pada Kamis, 06 Juni 2019