[PORTAL-ISLAM.ID] Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic. Eng., Ph. D, resah dengan PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru. Ia menilai pemerintah gagal total dalam penerapan PPDB dengan sistem zonasi ini.
"Metoda zonasi adalah metoda salah urus yang menjungkir-balikkan proses persaingan terbuka dan merampas kebebasan anak untuk memilih sekolah sesuai cita-citanya. Ini sangat tidak mendidik dan tidak bermutu," kata Bagas.
Bagas pun menulis surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo soal sistem zonasi tersebut. Berikut ini surat lengkap:
Kepada Yth, Presiden Republik Indonesia di Jakarta
Hal: Metoda Zonasi Gagal Total
Dengan hormat,
Ini yang kedua kalinya saya menulis kritik tentang metoda zonasi dalam penerimaan murid baru di tingkat SMP dan SMA/SMK. Tahun kemarin sudah saya kritik secara keras.
Kekacauan di berbagai daerah termasuk di Jogjakarta dan protes dari banyak orang tua murid mustinya jadi bahan pertimbangan serius Kemendikbud.
Metoda zonasi adalah metoda salah urus yang menjungkir-balikkan proses persaingan terbuka dan merampas kebebasan anak untuk memilih sekolah sesuai cita-citanya. Ini sangat tidak mendidik dan tidak bermutu.
Yang terjadi, hanya gara-gara rumahnya dekat dengan sekolah negeri favorit, dengan nilai UN super jelek, bisa diterima. Sedang calon murid yang nilai UN-nya super tinggi, karena rumahnya jauh dari sekolah, tidak bisa diterima.
Metoda zonasi ini super konyol. Mohon bapak Presiden memerintahkan Mendikbud untuk tidak ngotot menerapkan sistem zonasi dan segera menghentikannya.
Lambat atau cepat, dengan diberlakukannya sistem zonasi, kualitas sekolah akan menurun. Itu sudah pasti!
Kita semua sepakat, nilai UN adalah gambaran prestasi anak. Maka, kita seleksi calon murid berdasar nilai UN.
Seleksi terbuka dan fair! Bagi calon murid yang tidak bisa ditampung di sekolah negeri, pemerintah harus menyalurkan mereka ke sekolah swasta sesuai pilihannya dengan membebaskan biaya administrasi, terutama bagi calon murid dari keluarga yang kurang mampu.
Masalahnya teramat sederhana, mengapa harus dibikin ruwet dengan mengorbankan anak didik.
Sekali lagi saya memohon agar sistem zonasi ini segera dihentikan.
Terimakasih.
Yogyakarta, 2019-06-14
Hormat saya,
(BP. Widyakanigara)
*Sumber: Tempo